Sopian (37) mengaku akan menyimpan batu yang ditemukan oleh mertuanya, Banan (48) warga Kampung Nyarogsog, Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Diketahui, batu itu mengeluarkan asap berbau mirip kemenyan saat dibakar.
"Saya akan simpan karena sifatnya yang unik, berbau kemenyan ketika dibakar. Saya sambil menunggu kabar soal jenis batu yang saya temukan ini," kata Sopian, Senin (3/6/2024).
Sopian menyebut batu itu ditemukan oleh mertuanya di dalam tanah kedalaman setengah meter. Sengaja dibawa pulang karena sifatnya yang unik. Selain mengeluarkan asap, batu itu juga mencair dan lengket ketika di simpan di atas sendok yang dipanaskan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil uji coba yang lain, batu tersebut juga meleleh saat sengaja disimpan di atas sendok yang dipanaskan, cairannya juga lengket. Bau kemenyan juga tercium saat diuji coba begitu," tuturnya.
Penelusuran detikJabar, batu dengan jenis dan sifat serupa juga pernah ditemukan di area penemuan fosil gigi Hiu Purba atau Megalodon di Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Serupa, ketika batu dibakar mengeluarkan asap berbau kemenyan.
Oleh warga, batu itu juga dijadikan penanda keberadaan fosil yang dikenal dengan sebutan huntu gelap oleh warga setempat. Warga mengaku aneh dengan temuan batu tersebut, sebagian dari mereka menyimpannya namun tidak sedikit yang membuang batu-batu tersebut.
"Ditemukan di sekitar fosil, di dalam tanah. Batu itu rapuh ketika sengaja dipatahkan, ketika dibuat serpihan dan ditempel ke bara rokok mengeluarkan asap dengan wangi kemenyan," kata Mansyur warga setempat kepada detikcom, Rabu (20/1/2020) silam.
Warna bebatuan itu juga beragam, coklat, putih dan hitam. Ukurannya juga ada yang memiliki panjang 1 meter hingga beberapa centimeter saja.
Diketahui, saat ini kawasan Surade temoat ditemukannya fosil gigi hiu purba itu sudah dibangun museum purba yang berisi koleksi peninggalan berupa gigi hiu raksasa itu.
(sud/sud)