Ngerinya Angka Perokok di Kota Bandung

Ngerinya Angka Perokok di Kota Bandung

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Rabu, 22 Mei 2024 23:15 WIB
Ilustrasi Rokok
Ilustrasi (Foto: (iStock))
Bandung -

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian mengungkapkan data terkini jumlah perokok di Jawa Barat dan Kota Bandung. Provinsi Jabar menduduki posisi ketiga se-Indonesia dengan persentase perokok terbanyak.

"Sejauh ini Jawa Barat menjadi provinsi ketiga tertinggi persentase jumlah perokok. Pertama dipegang oleh Lampung 34,38%, NTB 32,7%, dan Jabar 32,78%. Tapi kalau secara jumlah, Jabar pasti juara karena penduduknya saja ada 50 jutaan. Sementara itu survei internal kami, ada sebanyak 33,3% perokok di Kota Bandung. Jadi persennya lebih tinggi dari pada provinsi," kata Anhar memaparkan dalam acara Bandung Menjawab di Balai Kota Bandung, Rabu (22/5/2024) sore.

Persentase tersebut dapat dikatakan cukup tinggi, sebab dengan jumlah penduduk sekitar 2,5 juta jiwa, maka setidaknya ada 800 ribu jiwa yang menjadi perokok di Kota Bandung. Anhar pun merasa miris, karena para perokok itu tentunya membawa dampak pada orang-orang di sekitarnya sebagai perokok pasif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini angkanya tinggi dan mengkhawatirkan, orang-orang di sekitarnya tercemar jadi perokok pasif, belum lagi yang punya bayi di rumah tapi bapaknya merokok di sekitar atau bahkan dalam rumah. Ini bahaya sekali," ucap Anhar.

"Saya sering dapat cerita, awal mula merokok itu kebanyakan karena dikatain kalau nggak merokok itu banci. Padahal banci atau nggak banci itu nggak ada kaitannya dengan merokok. Maaf, saya pernah menjadi pendamping kesehatan di lingkungan waria, itu malah mereka semua merokok. Jadi ini tidak relevan," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Perokok pasif adalah orang yang berada di sekitar yang terpapar dan secara tidak sengaja menghirup asap rokok. Dalam data Kementerian Kesehatan, terungkap ada setidaknya 7.000 zat kimia pada asap rokok, minimal 250 di antaranya diketahui merugikan kesehatan.

Partikel-partikel berbahaya di dalam rokok dapat bertahan di udara selama beberapa jam atau lebih lama. Bukan hanya asap yang menjadi fokus bahaya, tetapi residu yang menetap pada rambut, kain, dan benda lainnya juga memiliki risiko bahaya asap rokok bagi perokok pasif, terutama anak-anak. Dampaknya beragam, bukan hanya masalah paru-paru tapi juga ancaman penyakit jantung, kanker, alergi, dan imun yang buruk.

"Setiap 31 Mei, dunia merayakan hari tanpa tembakau sedunia. Tujuannya mengingatkan bahaya dari produk tembakau seperti rokok dan lainnya. Tahun ini, Kota Bandung menjadi tempat bagian tuan rumah penyelenggaraan Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) 2024. Poinnya Dinkes Kota Bandung, ini kesempatan menyampaikan pesan, gemanya terdengar kemana-mana, dan itu bagian upaya promosi bahaya merokok," tutur Anhar.

Dalam acara tersebut turut hadir Ketua TCSC-IAKMI (Tobacco Control Support Centre-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia), dr Sumaryati Amin Arjoso. Ia menerangkan bahwa kegiatan ICTOH sudah berlangsung sejak tahun 2014, yang tahun ini akan membawa tema dari WHO yakni 'Protecting children from tobacco industry interference'.

"Jadi Indonesian Conference on Tobacco or Health itu ya berkaitan dengan menyadarkan masyarakat, mana yang akan dipilih tembakau atau kesehatan? Semoga warga Bandung memilih kesehatan. Tema tahun ini dari WHO yakni perlindungan anak dari gangguan industri tembakau. Pengaruh rokok pada anak sangat berbahaya," ucap Sumaryati.

"Karena kita tahu, industri tembakau itu mencari sasaran anak muda supaya jadi perokok. Kalo mudanya perokok, ya perokok seumur hidup karena rokok itu adiktif. Jadi pengaruhnya dari iklan yang keren-keren, terutama anak muda itu dari media daring. Terlebih iklan rokok ini kan belum ada aturannya, jadi WHO melihat pengaruh industri tembakau ini kuat untuk anak muda," lanjutnya.

Ia memaparkan data bahwa mirisnya, sebanyak 60% perokok di Indonesia merupakan warga yang tidak mampu. Mayoritas perokok berjenis kelamin laki-laki, sementara 3% di antaranya berjenis kelamin perempuan.

"Sementara remaja ini tadinya ada di 9,1% dan tahun ini ada penurunan meski baru sedikit. Tak sedikit generasi perokok itu tidak bekerja dan tidak sekolah, nah itu mau jadi apa? Padahal kita ada proyeksi menuju generasi emas. Jadi peringatan ini sangat penting untuk menyadarkan akan bahaya rokok," ucap Sumaryati.

Maka, sepanjang tanggal 28-31 Mei 2024 nanti akan ada perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Kota Bandung. Lokasi perayaan akan dilakukan di Hotel Holiday Inn, Jalan Dr Djunjunan, Pasteur, Kota Bandung. Sementara acara puncaknya yakni di Taman Dewi Sartika, Jl Wastukencana, Kota Bandung pada tanggal 31 Mei 2024.

"Bandung itu remajanya banyak, universitasnya banyak, istimewanya sudah ada Kawasan Tanpa Rokok (KTR) tertuang dalam Perda. Nah bagaimana agar para pemudanya menyadari merokok itu tidak sehat, uang kuliah naik jadi jangan beli rokok lah," pesannya.

"Nanti pada tanggal 28 Mei itu adalah pra acara, ada Youth Forum jadi khusus pemuda akan memaparkan hasil diskusi bersama tokoh muda, ahli paru-paru, akan mengemukakan bahaya rokok pada kesehatan. 29-30 Mei hari bersama tokoh mancanegara membahas bahaya rokok di Indonesia dan pengaruh tembakau pada anak dalam hasil penelitian universitas. Acara tanggal 31 akan diserahkan sepenuhnya pada Pemda Kota Bandung," lanjut Sumaryati.

Terakhir, Sumaryati pun memberikan pesan yang cukup unik. Katanya, bukan cuma iklan yang membuat anak muda tertarik merokok. Namun adanya stigma bahwa perokok itu lebih keren, yang ingin dibalik dan dilawan oleh Sumaryati dan para peneliti kesehatan lainnya.

"Nah stigma itu yang ingin kita balik, merokok itu justru tidak keren. Jadi jangan pilih pacar yang merokok. Keren apanya? Wong itu menyebabkan penyakit lebih banyak lagi. Pemuda itu berlaku yang bersih, coba kalo lihat perokok itu juga berkaitan dengan masalah sampah, biasa membuang puntung rokok sembarangan. Jadi pesan saya stop merokok dan jauhi perokok," ucap Sumaryati dengan tegas.

(aau/iqk)


Hide Ads