Belasan anak di Karawang menjadi korban sodomi dua remaja. Ironisnya, belasan anak tersebut akan menghadapi ujian sekolah. Lantas bagaimana kondisinya?
Kepala DP3A Wiwiek Krisnawati mengatakan pihaknya turut prihatin atas peristiwa seks menyimpang yang menimpa belasan anak sekolah dasar (SD) beberapa waktu lalu.
"Iya pertama kami turut prihatin atas peristiwa ini, namun demikian proses hukum juga tetap berjalan. Sampai dengan saat ini kami masih berkoordinasi dengan Polres Karawang terkait penanganan kasus tersebut," kata Wiwiek, saat ditemui di Kantor DP3A, Komplek Islamic Center, Kabupaten Karawang, Selasa (21/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, kata Wiwiek, pihaknya tengah melakukan pendampingan psikologis serta pendampingan hukum untuk para korban. Hal ini guna memudahkan proses hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
"Ini masih berjalan pendampingan, baik oleh psikolog maupun kuasa hukum bagi anak-anak yang jadi korban," kata dia.
Beberapa anak yang menjadi korban sodomi saat ini sedang melakukan persiapan asessmen akhir atau ujian. Karena beberapa di antaranya merupakan siswa kelas VI SD.
"Anak-anak beberapa ada yang sedang melaksanakan persiapan asessmen akhir karena beberpa korban masih duduk di kelas VI. Mudah-mudahan korban kuat dan sehat secara fisik dan psikologis tidak mengganggu proses belajar," ungkapnya.
Pihaknya melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), dan Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak di Kecamatan saat ini masih memberikan pendampingan untuk pemulihan psikis korban.
"Saat ini kami juga ada UPTD melalui Satgas PPA masih melakukan pendampingan untuk pemulihan psikologis korban, kita juga melibatkan tokoh masyarakat setempat untuk melakukan pendekatan kepada korban dan keluarga korban," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, belasan anak diduga jadi korban sodomi dua remaja. Peristiwa itu terungkap pada Sabtu (11/5) ketika salah satu orang tua korban melihat percakapan tak senonoh melalui pesan singkat di gawai milik anaknya yang menjadi salah seorang korban.
(dir/dir)