Di bawah teriknya sinar matahari yang menyinari Kota Bandung di siang hari, terlihat seorang pria memakai kemeja kotak-kotak dan topi hitam duduk di atas trotoar Jalan Laswi sembari menyeduh kopi dalam gelas plastik. Di sekitarnya, botol-botol air mineral dari berbagai merek tersusun rapi di samping keranjang pembawa kopinya. Pria tersebut akrab disapa Wawan.
Pria kelahiran 1956 yang kini telah berusia 68 tahun ini mengaku telah menjual kopi seduh sachet di Jalan Laswi sejak 42 tahun yang lalu, dan hingga hari ini masih konsisten berjualan setiap harinya.
"Sudah 42 tahun saya jualan kopi di sini dan nggak pernah pindah, selalu di sini. Dulu waktu Jalan Laswi belum bagus, sekarang sudah perbaikan. Bahkan tempat ini (Bandung Creative Hub) dulu belum dibangun sama sekali," ucap Wawan, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dagangan kopi seduh Wawan bisa ditemui tepat di trotoar seberang Bandung Creative Hub, Jalan Laswi, Kota Bandung mulai pukul 06.00 hingga 15.00 WIB setiap harinya. Wawan mengaku alasan dirinya berjualan di tempat ini karena lokasinya yang strategis untuk menjajakan kopi seduh hingga rokok dagangannya.
"Tempat ini lumayan konsisten pendapatannya karena lokasinya di lampu merah. Sambil menunggu, orang-orang bisa melihat dagangan saya yang banyak macamnya seperti air mineral, kopi sachet seduh, tisu, rokok. Atau orang-orang yang mau masuk BCH biasanya juga beli untuk minum di dalam," ujar Wawan.
Hal tersebut juga tervalidasi dengan pendapatan harian Wawan dari hasil dagangannya setiap hari yang stabil di angka Rp 400.000 per hari dan bahkan bisa mencapai Rp 500.000 jika sangat laris. Walaupun sesekali ada hari di mana ia hanya mendapat Rp 50.000 padahal sudah berjualan seharian penuh.
"Lumayan sehari bisa dapat Rp 400.000 normalnya bertahun-tahun jualan kopi di sini. Tapi ya namanya jualan, dapatnya nggak pasti, pernah dapat sehari cuma Rp 50.000 jadi sisa banyak sekali dibawa pulang ke rumah," tutur Wawan.
Seperti rutinitasnya setiap hari, Wawan sudah mulai beraktivitas sejak pagi buta untuk berbelanja kebutuhan dagangannya. Ia menggendong barang dagangan serta kebutuhan jualan seperti dua buah termos dan gelas plastik dalam satu keranjang dan satu ransel miliknya dari tempat tinggalnya di Cibangkong menuju Jalan Laswi seorang diri setiap harinya.
"Saya jualan setiap hari dari jam 6 pagi, sebelumnya belanja dulu barang dagangan. Biasanya saya beli sekitar 3 renceng atau sekitar 40-an sachet kopi untuk didagangin. Saya juga siapkan 2 termos penuh air panas yang pasti harus dibawa, sama dagangan lain seperti rokok, biasanya bawa masing-masing merk sebungkus sampai dua bungkus nggak banyak, soalnya biasanya pada beli satuan," ucap Wawan.
Kopi seduh Wawan sendiri dibanderol dengan harga Rp 5.000 per gelasnya yang sudah diseduh dalam gelas plastik bawaannya. Wawan pun mengaku hasil kerja keras dari jualan kopinya setiap hari adalah untuk kedua istri dan anak-anaknya.
"Hasil dagangan saya semua buat anak dan istri. Anak saya totalnya ada 7 dari dua istri berbeda. Istri pertama ada di Maleer, yang satu lagi di Ciparay jadi saya tinggal sendirian sekarang," cerita Wawan.
"Saya paling kasih duit aja ke mereka, alhamdulillah dari 7 anak 3-nya sudah menikah, dan sebelumnya saya sekolahkan sampai lulus kuliah mereka. Bahkan anak pertama sudah sampai S2 dan sekarang dia jadi guru privat. Jadi alhamdulillah bersyukur aja saya dititipkan rezeki buat mereka. Uang yang saya dapat cuma lewat aja di saya, ujungnya buat mereka. Saya mah nggak apa-apa sehari-hari makan nasi sama garam saja tapi anak-anak jadi orang semua ke depannya," tambah Wawan.