Kemenag RI Soroti Maraknya Kasus Sodomi hingga Pembunuhan di Jabar

Kemenag RI Soroti Maraknya Kasus Sodomi hingga Pembunuhan di Jabar

Siti Fatimah - detikJabar
Kamis, 16 Mei 2024 22:30 WIB
ilustrasi kejahatan kriminal perampokan pembunuhan pemerkosaan pencopetan
Ilustrasi (Foto: andi saputra/detikcom).
Sukabumi -

Kementerian Agama RI menyoroti maraknya kasus kejahatan di Jawa Barat. Seperti kasus sodomi yang terjadi di Sukabumi, Cianjur hingga Karawang.

Di Kabupaten Sukabumi misalnya, seorang bocah yang masih berusia 14 tahun menyodomi bocah 7 tahun. Tak hanya itu korban juga dibunuh pelaku. Aksi pelecehan dilakukan pelaku sebanyak tiga kali, baik saat korban hidup dan sudah tak bernyawa.

Tak hanya perilaku seksual menyimpang, pembunuhan juga marak terjadi di Jawa Barat. Terlebih, pembunuhan itu dilakukan oleh pelaku yang masih memiliki hubungan keluarga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Ciamis, Tarsum (41) membunuh dan memutilasi tubuh istrinya sendiri yang bernama Yani. Sedangkan di Kabupaten Sukabumi, pemuda R alias Herang (26) membunuh ibu kandungnya, Inas (45) menggunakan garpu tanah.

Ragam peristiwa pembunuhan dan kekerasan seksual menyimpang itu disoroti Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kementerian Agama. Pendidikan agama dinilai menjadi titik berat dalam moralitas masyarakat.

ADVERTISEMENT

"Ini menunjukkan pentingnya pendidikan agama dan seyogyanya pendidikan agama itu menyeluruh. Semua pelajar atau individu masyarakat harus mendapatkan porsi pendidikan yang seimbang," kata Subkoordinator Pengembangan Regulasi dan Metoda Dakwah Subhan Mur Mahmud di Kota Sukabumi, Kamis (16/5/2024).

Menurutnya, maraknya kejahatan mencerminkan jika pendidikan agama tidak seimbang di masyarakat. Tak hanya akal, manusia juga membutuhkan asupan hati agar berada dalam koridor moralitas yang semestinya.

"Adanya kejahatan, degradasi moral ini menunjukkan bahwa pengetahuan agama itu tidak seimbang. Makanya porsi pendidikan agama tidak hanya terfokus di madrasah atau pondok pesantren saja," ujarnya.

"Lembaga-lembaga formal seperti sekolah umum ya harus memiliki porsi pengetahuan agama uang seimbang sehingga ada balancing (keseimbangan) antara akal dengan hati. Ini makanya banyak kejahatan karena memang tidak ada keseimbangan antara isi akal dan hati," sambungnya.

Ditanya terkait kontribusi ulama di daerah, menurutnya semua pihak sudah terlibat dalam upaya mengangkat moral umat. Akan tetapi, kata dia, MUI maupun ulama di daerah memiliki keterbatasan.

"Kita semua satu sikap, satu langkah untuk mengangkat moralitas bangsa. Mungkin ada yang belum terjangkau atau yang namanya ulama itu berkewajiban untuk menyampaikan, penerimaan masyarakat ini berbeda-beda tingkatannya makanya tetap kita berusaha, upaya agar dakwah ini bisa menyentuh semua kalangan, baik kalangan pelajar, orang dewasa, masyarakat kota maupun desa," tutupnya.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads