Menelisik Pendapatan dan Risiko Juru Parkir di Bandung

Serba-serbi Warga

Menelisik Pendapatan dan Risiko Juru Parkir di Bandung

Rifat Alhamidi - detikJabar
Senin, 13 Mei 2024 14:30 WIB
Area trotoar di Jalan Raya Dewi Sartika, Kota Bandung, tampak jadi parkir motor. Trotoar yang dibuat untuk pejalan kaki itu justru malah dipenuhi oleh motor.
Ilustrasi parkir motor di Bandung (Foto: Wisma Putra/Detikcom)
Bandung -

Keberadaan juru parkir atau jukir, apalagi yang statusnya liar, kadang kerap bikin kepala pusing bukan kepalang. Kehadiran mereka, terutama di kawasan wisata di Bandung maupun wilayah lain di Jawa Barat, tak jarang dikeluhkan karena mematok tarif parkir dengan seenaknya.

Yang membuat penasaran, sebetulnya berapa pendapatan yang bisa juru parkir ini dapatkan setiap harinya? detikJabar pun berkesempatan berbincang dengan seorang juru parkir di Bandung yang mau menceritakan berapa pendapatan yang diterima selama melaksanakan pekerjaan tersebut.

Sebagai bentuk kesepakatan, juru parkir ini meminta supaya identitasnya dirahasiakan. Ia hanya bersedia menyampaikan bahwa tugasnya menjadi juru parkir berlokasi di pusat-pusat keramaian di Kota Bandung, Jabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau jadi tukang parkir mah dari bujangan sampai sekarang udah punya anak," kata sumber tersebut saat berbincang dengan detikJabar, Senin (13/5/2023).

Dalam sehari, ia bercerita biasanya membawa uang pendapatan bersih sebesar Rp 100 ribu untuk satu titik parkir. Uang tersebut sudah dikurangi setoran ke pihak ormas, dinas terkait yang menangani parkir, maupun iuran lainnya.

ADVERTISEMENT

"Setoran sehari abis Rp 50 ribuan lah. Belum sama makan rokok, Rp 50 ribu. Jadi Rp 100 ribu itu udah bersih dibawa ke rumah," ungkapnya.

Dalam menjalankan pekerjaannya, sumber ini pun mengaku tidak melulu setiap hari perlu bertugas jadi tukang parkir. Maklum, ia sekarang punya 4 titik lokasi parkir di Bandung yang sudah dijalankan beberapa tahun terakhir ini.

"Jadi kasarnya bisa sehari markir seharinya libur gitu lah," tuturnya.

Meski terdengar begitu gampang, ia mengaku banyak tantangan yang harus dihadapinya di lapangan. Mulai dari ancaman bentrokan sesama ormas dalam hal perebutan lahan parkir, hingga harus punya keberanian tinggi saat disatroni sekelompok orang ke lapak parkirnya.

"Pernah dulu dikepung sama orang, ditodong b******. Risikonya gitu, pasti rebutan lahan. Mau enggak mau kalau udah kayak gitu, lepas aja daripada membahayakan," ungkapnya.

Dua Sisi Dilematis

detikJabar lalu berbincang mengenai kasus jukir yang tak jarang mendatangkan keluhan dari masyarakat akibat tarif parkir seenaknya. Sumber tersebut lalu mengatakan, ia sebetulnya tak setuju jika jukir mematok tarif mahal kepada pelanggan.

Namun ia berasumsi, kondisi tersebut terjadi karena ada tekanan dari kelompok yang menguasai lahan parkir tersebut. Sehingga, jukir menurutnya, mau tidak mau menurutinya apabila ingin mempertahankan pekerjaannya.

"Kalau yang kayak gitu itu biasanya dari atasnya yang neken. Jadi sehari setornya harus sekian. Akhirnya ke yang markir juga yang kena. Tarifnya dinaikin biar memenuhi setoran," katanya.

Selain itu, minimnya lapangan kerja membuat sumber detikJabar memilih jalur pintas dengan menjadi seorang juru parkir. Sebab menurutnya, tidak dibutuhkan skil tertentu untuk menekuni pekerjaan tersebut, asalkan punya mental dan keberanian tinggi ketika bekerja di lapangan.

"Soalnya kalau enggak kerja gini, anak istri mau makan apa entarnya. Misal nih jangan ngomongin posisi saya yah. Kalau banyak juga yang markir itu yang udah sepuh-sepuh. Biasanya mereka udah pensiun dari kerjaannya, tapi harus tetep ngasih makan anak istrinya di rumah. Kalau enggak markir kan yang kayak gini mau kerja apa. Nyari kerjanya juga susah," katanya.

"Intinya gini aja. Kalau saya, kalau keberatan sama biaya parkirnya, yaudah enggak apa-apa, enggak bayar juga enggak apa-apa. Tapi kerjaan kayak kita gini kan banyak manfaatnya loh sebenernya. Hitung-hitung jagain motor orang kalau yang mau pergi belanja atau yang mau main ke tempat wisata. Jadi ada timbal baliknya juga," pungkasnya.

(ral/iqk)


Hide Ads