Pergerakan tanah terjadi di Desa Sukamaju, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis. Akibatnya puluhan rumah mengalami retak-retak. 13 keluarga terpaksa mengungsi di musala dan rumah kerabatnya karena rumahnya rawan ambruk.
Pantauan detikJabar, Rabu (1/5/2024), sejumlah rumah di Dusun Desa, Desa Sukamaju telah dikosongkan karena terdampak pergerakan tanah. Bahkan ada beberapa rumah yang dindingnya jebol dan belah di bagian lantai.
Baca juga: Gempa M 4.2 Guncang Bandung |
Sejumlah kolam warga pun surut karena air masuk ke dalam retakan tanah. Termasuk juga saluran irigasi yang kini tidak dapat mengaliri air karena banyaknya retakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga pun sementara menutup akses jalan yang menuju lokasi tanah bergerak menggunakan bambu. Pergerakan tanah itu telah terjadi sejak Sabtu (27/4/2024), yang kemudian terus melebar usai diguyur hujan setiap hari.
"Hasil dari lapangan, pergerakan tanah di Desa Sukamaju masih aktif. Total yang terancam ada 32 keluarga (rumah). Yang sudah mengungsi ada 13 kepala keluarga dengan jumlah 44 jiwa. Mengungsi dari tanggal 29 April," ujar Kepala Pelaksana BPBD Ciamis Ani Supiani.
Ani menjelaskan warga yang mengungsi di musala terdekat sebanyak 8 keluarga atau 23 jiwa. Sedangkan 5 keluarga mengungsi di rumah kerabatnya.
Selain rumah yang terdampak, pergerakan tanah juga berdampak terhadap saluran irigasi. Hal ini menambah potensi pergerakan tanah di wilayah tersebut.
"Kami sudah menyalurkan bantuan logistik berupa 22 sembako, 22 selimut, 22 matras untuk warga yang mengungsi," ucapnya.
Sementara itu, Beben, Perangkat Desa Sukamaju mengatakan akibat pergerakan tanah ada 3 rumah yang jebol dan 30 rumah lebih terancam. Sebanyak 8 keluarga kini mengungsi di musala.
"Pergerakan tanah awalnya masyarakat merasakan ada getaran seperti gempa. Lalu disusul rumah retak-retak. Warga berteriak berhamburan, kemudian laporan. Hasilnya 8 KK diungsikan. Sedangkan warga lain diminta tetap siaga," jelasnya saat ditemui di lokasi kejadian.
Kesulitan Air Bersih
Mimin (55), jadi salah satu yang sudah dua malam ini harus tidur di musala bersama dengan belasan warga lainnya. Rumah Mimin mengalami kerusakan cukup parah akibat pergerakan tanah.
"Semua barang sudah diangkut dikeluarkan karena rumahnya sudah tidak bisa dihuni, belah-belah. Sekarang sudah dua malam di sini (Musala)," ujar Mimin saat ditemui detikJabar di musala, Rabu (1/5/2024).
Wariah (53), warga lainnya, mengaku was-was setiap datang hujan atau pada malam hari. Mengingat pergerakan tanah di wilayahnya masih terus terjadi hingga sekarang. Wariah sudah dua hari ini tidur di Musala, sedangkan pada siang harinya pulang ke rumah untuk beraktivitas.
"Kalau siang beraktivitas pulang ke rumah. Tapi kalau mau hujan atau malam langsung buru-buru ke musala," ucap Wariah.
Wariah berharap pergerakan tanah di wilayahnya segera berhenti. Supaya ia dan warga lainnya dapat memperbaiki kembali rumahnya dan beraktivitas seperti biasa.
"Sekarang kami kesulitan air bersih. Untuk mandi, untuk minum. Semoga ini bisa segera berakhir," ungkapnya.
Beben, Perangkat Desa Sukamaju, mengatakan warga yang terdampak pergerakan tanah saat ini membutuhkan air bersih. Mengingat saluran irigasi sebagai sumber air masyarakat juga terkena dampak pergerakan tanah.
"Warga kalau mau mandi atau butuh air harus naik ojek ke Sungai Cibaruyan. Jadi warga sangat membutuhkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari," jelasnya.
(sud/sud)