Suara kicauan burung yang terdengar nyaring di telinga, menjadi hal biasa bagi Imas (58), warga 'Kampung Belekok' atau Kampung Rancabayawak, Kelurahan Cisarenten Kulon, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat.
Bagi Ima, riuh suara burung adalah hal biasa. Jika suara riuh hilang, itu menjadi hal yang tidak biasa dan dianggapnya tidak baik-baik saja.
Imas mengatakan, habitat burung belekok, kuntul, kuntul kerbau hingga kowak ada di pohon bambu yang tersebar di kawasan tersebut. Ada yang hidup di pohon bambu yang ada di lahan milik warga bernama H Suryana (85) yang merupakan ayah dari Imas dan ada juga yang hidup di pohon bambu yang saat ini masuk kawasan Summarecon Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rumpun bambu di sini ada empat, di tanah seluas sekitar 400 meteran. Lahan milik bapak," kata Imas kepada detikJabar.
Pohon bambu itu ada di depan rumah milik Imas dan rumah yang ditempati ayah serta adik-adiknya.
"Ada juga yang hidup di pohon bambu yang saat ini lahannya milik Summarecon, dulu lahan itu juga milik warga," tambah Imas.
Meski di dekat pohon bambu itu ada pohon lantoro raksasa, burung-burung itu lebih nyaman hidup di pohon bambu. Mereka bersarang, berkembang biak hingga bertelur di pohon bambu.
"Itu pohon lantoro, suka ke sana untuk bermain, tapi untuk bersarang dan bertelur di pohon bambu, lebih enak di pohon bambu mungkin," ujarnya.
Menurut Imas, burung-burung lebih senang hinggap di pohon bambu daripada hinggap di genteng yang ada di pemukiman warga.
"Nggak hinggap di genteng, turun ke bawah sewaktu-waktu, kalau ada ikan yang jatuh diambil lagi. Sebelum dikasihkan ke anaknya, mereka cari ikan ke sawah dan kembali ke sarangnya untuk ngasih makan," jelasnya.
Menurut Imas, pohon bambu itu tumbuh dengan sendirinya. Tidak dilakukan pemangkasan dan terpangkas secara alami karena dikhawatirkan mengganggu habitat mereka.
"Dipangkas kasihan, banyak sarang, mereka juga bakal takut, kalau ada pergerakan sedikit aja mereka langsung terbang," ucapnya.
Imas menyebut, empat rumpun pohon bambu itu tumbuh di lahan pribadi. Disingung sewaktu-waktu pohon bambu itu ditebang untuk kebutuhan pemilik, Imas sebut tidak ada rencana untuk menebang pohon itu, karena dia beserta keluarga sayang terhadap burung-burung itu.
Bahkan keluarga Imas dari mulai ayah hingga adik-adiknya peduli terhadap kelestarian burung-burung itu. Karena menurutnya bukan satu tahun atau dua tahun mereka hidup berdampingan dengan burung-burung.
"(Lahan) Bisa digunakan (kebutuhan pribadi), tapi sayang sama belekok, saling lah ya (saling menyayangi)," ujarnya.
Meski riuh suara burung mengganggu di telinga bagi siapa saja yang belum terbiasa, Imas sebut jika dia dan keluarganya tak merasa terganggu.
Namun, menurutnya kerap risih dengan kotoran burungnya. Tapi karena sudah biasa, maka hal tersebut dianggap biasa.
"Ngeganggu nggak, cuman ada kotorannya kalau kena ujan, bau, kena ujan kecil, baunya menyengat, hujannya hujan tanggung ya baru itu bau," pungkasnya.
(wip/mso)