Air Mata dan Doa Peziarah di Tanah Mati Batu Sapi

Air Mata dan Doa Peziarah di Tanah Mati Batu Sapi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 10 Apr 2024 11:00 WIB
Warga berziarah ke makam di Pemakaman Umum Batu Sapi.
Warga berziarah ke makam di Pemakaman Umum Batu Sapi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Momen haru menyergap saat menapaki komplek Tanah Mati atau Pemakaman Umum Batu Sapi, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Urai air mata dan doa mengalir dari para peziarah.

"Harapannya mudah-mudahan semua menjadi fitri kembali, amal ibadah kita diterima dan yang sudah tiada juga merasakan hangatnya Idul Fitri ini," kata Dewi, salah seorang peziarah yang datang dengan keluarganya ke lokasi, Rabu (10/4/2024).

Dewi merupakan warga asli Palabuhanratu, namun ia kini menetap di Jakarta. Ia merasakan momen mudik kemarin, sepanjang perjalanan harapan bisa segera berkumpul dengan sanak keluarganya di kampung halaman membuncah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berkumpul dengan keluarga di kampung halaman itu yang dirindukan ketika lebaran, kemudian membacakan doa untuk orang tua yang sudah tiada di sini. Tentu merasakan rindu dengan orang tua ya, beliau wafat sudah kurang lebih dua tahun," ujarnya.

Peziarah terus berdatangan mendatangi area pemakaman Batu Sapi melalui pintu masuk utama dan pintu masuk kedua yang berada di jalan lingkungan. Satu per satu peziarah larut dalam doa, mendoakan mereka yang telah tiada.

ADVERTISEMENT
Warga berziarah ke makam di Pemakaman Umum Batu Sapi.Warga berziarah ke makam di Pemakaman Umum Batu Sapi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)

"Berdoa ke almarhum ayah, baru dua bulan beiau pergi. Momen Lebaran kan biasanya berkumpul, tapi takdir berkata lain, beliau pergi lebih dulu. Ini sengaja datang bawa anak, istri, kakak dan adik," kata Farhan, peziarah lainnya.

Lantunan ayat suci terdengar, Farhan larut dalam doa menundukkan kepala seraya matanya terpejam. Air mata mengalir di sudut matanya, menahan rindu akan sosok sang ayah.

"Kalau anak laki-laki kan mungkin pandai menyembunyikan air mata, menangis. Tapi kalau di momen seperti ini, apalagi masih baru kehilangan tentu rasanya lain. Lebaran tahun kemarin masih bisa antar ketupat lebaran, makanan segala rupa namun di momen lebaran tahun ini saya sekeluarga hanya bisa mengantarkan doa untuk orang tua," lirihnya.

Matahari semakin terik, namun itu tidak menyurutkan lautn peziarah yang terus berdatangan. Sejumlah orang tua terlihat dibantu anak-anaknya meniti undakan tangga yang terlihat licin karena berlumut.




(sya/orb)


Hide Ads