Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan.
Santri salah satu pondok pesantren di Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, jatuh dari lantai tiga. Kejadian itu membuat gempar. Santri itu sempat meracau ingin mempersembahkan hafalan Al-Qur'an kepada orang tuanya yang sudah meninggal.
Santri berusia 16 tahun itu yatim piatu dan dikenal baik. Ia mengalami patah tulang setelah jatuh dari lantai tiga ponpes. Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengatakan pihaknya masih menelusuri penyebab korban jatuh dari ketinggian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Informasi yang kami telusuri memang ada peristiwa jatuhnya ananda ini. Santri juga pelajar di pondok pesantren tersebut," kata Ato Rinanto kepada detikJabar Minggu (23/3) pekan ini.
Dalam kejadian ini, korban alami patah tulang, rahang bengkak dan gigi patah. Saat ini korban masih menjalani penanganan medis secara intensif. "Jam 9 pagi telah operasi di bagian pergelangan tangan, rahang bengkak, gigi patah, masih ditangani," tutur Ato.
Kejadian santri jatuh dari lantai 3 ini, sudah dalam penanganan pihak kepolisian. Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya, AKP Ridwan Budiarta mengaku sudah menurunkan anggota untuk mengungkap kasus ini.
Dia menduga ada unsur kesengajaan dalam kejadian ini, jika melihat barang bukti CCTV. Dalam rekaman CCTV korban sempat mundur beberapa langkah sebelum lompat.
"Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dari CCTV, kejadian awal bermula sekira jam 14.30 WIB pada saat itu waktu istirahat dan siswa tidur siang, korban terlihat seperti bingung dan berdiri sendirian di lokasi kejadian. Kemudian korban terlihat berlari ke arah ujung tangga dan melompat ke bawah sampai lantai dasar gedung Kelas," ungkap Ridwan.
Sejumlah saksi diperiksa dalam kejadian ini. Dari hasil pemeriksaan saksi Ridwan menyebut, jika MF termasuk siswa berprestasi dan tidak memiliki masalah dengan teman maupun tenaga pengajar. Namun, korban disinyalir memiliki beban mental karena korban merupakan anak yatim piatu dan hidup sebatang kara.
Persembahkan Hafalan Al-Qur'an ke Almarhum Ortu
Setelah kejadian itu terjadi, saat dilarikan ke rumah sakit korban meracau dan ingin mempersembahkan hafalan 30 juz Al-Qur'an kepada orang tuanya.
"Dan selama perjalanan dari TKP ke IGD saksi mendengar korban terus berbicara sendiri mengigau. Mah, Pak, aa tos khatam hafalan 30 juz, aa bade ngajemput mamah bapa di surga (mah, pak, aa sudah hafal 30 juz, aa mau menjemput mama dan bapak di surga)," terang Ridwan.
Sebelum kejadian, teman-teman korban yang sama duduk di bangku kelas X dijemput orang tuanya karena bertepatan hari libur. Namun, korban tidak ada yang menjemput.
"Dipastikan korban tidak ada permasalahan apa baik itu dengan teman ataupun yang lainnya, namun siswa tersebut kemungkinan mengalami beban mental atau psikologis dikarenakan siswa tersebut yatim piatu. Kemungkinan korban merasa sendiri karena melihat teman-teman lainnya dijemput oleh orang tuanya sedangkan korban tidak ada yang menjemput," jelas Ridwan.
Pihak keluarga angkat bicara terkait kejadian yang menimpa MF. Keluarga membantah tidak menjemput korban karena waktu kejadian masih belum libur serta korban akan dijemput pulang di hari Minggu.
"Jadi kejadian bukan waktu hari libur itu jatuhnya, Sabtu sore dan baru mau dijemput Minggu pagi," kata kakak kandung korban, MD.
MD menyebut, adiknya dikenal sebagai anak yang baik dan soleh. Selain tidak miliki masalah di sekolah, dipastikan korban juga tidak bermasalah di keluarga.
"Baik banget, di sekolah gak ada masalah di keluarga juga gak ada masalah," ucap MD.
MD tambahkan, kondisi adiknya berlangsung baik dan sudah dapat berjalan kembali. "Sudah bisa berjalan sekarang," ujarnya.
(wip/sud)