Respons Keluarga soal Santri Tasik yang Jatuh dari Lantai 3 Ponpes

Respons Keluarga soal Santri Tasik yang Jatuh dari Lantai 3 Ponpes

Deden Rahadian - detikJabar
Selasa, 26 Mar 2024 15:04 WIB
Ilustrasi TKP
Ilustrasi TKP. Foto: Getty Images/gorodenkoff
Tasikmalaya -

Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan.

Kondisi santri yang jatuh dari lantai tiga pondok pesantren di Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat berangsur pulih hingga Selasa (25/3/24). MD, kakak kandung dari santri yang jatuh itu menyebut adiknya sudah bisa berjalan.

"Sudah bisa jalan sekarang," kata MD, kakak santri yang jatuh kepada detikjabar, Selasa (25/3/24).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, polisi menyebut sebelum kejadian korban sempat termenung. Saat itu, korban melihat temannya dijemput orang tuannya. Sedangkan, korban tak dijemput pada hari itu.

Pihak keluarga membantah tidak menjemput korban. Keluarga punya alasan tak menjemput pada hari kejadian, sebab saat itu bukanlah hari libur. Rencananya, keluarga menjemput korban pada Minggu.

ADVERTISEMENT

"Jadi kejadian bukan waktu hari libur itu jatuhnya Sabtu sore dan baru mau dijemput Minggu pagi," ucap MD.

Santri ini dikenal sebagai anak yang baik dan soleh. Selain tidak miliki masalah di sekolah, dipastikan korban juga tidak bermasalah di keluarga. "Baik banget, di sekolah nggak ada masalah di keluarga juga nggak ada masalah," kata MD.

Keluarga mengetahui korban jatuh dari lantai tiga dari pengasuh Pondok. Pihaknya langsung mendatangi IGD salah satu RS Swasta di Kota Tasikmalaya.

"Keluarga langsung ke IGD kang karena keluarga baru dihubungi ketika korban sudah di IGD," kata MD.

Sepeerti diberitakan sebelumnya, santri yang jatuh dari lantai 3 salah satu pondok pesantren di Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat sempat meracau saat dibawa ke rumah. Korban yang diketahui seorang yatim piatu itu, ingin mempersembahkan hafalan 30 juz Al-Qur'an kepada orang tuanya.

"Dan selama perjalanan dari TKP ke IGD saksi mendengar korban terus berbicara sendiri mengigau. Mah, Pak, aa tos khatam hafalan 30 juz, aa bade ngajemput mamah bapa di surga (mah, pak, aa sudah hafal 30 juz, aa mau menjemput mama dan bapak di surga)," ujar Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya AKP Ridwan Budiarta kepada detikJabar, Senin (25/3/2024).

Berdasarkan keterangan saksi dan dari pihak sekolah, siswa tersebut termasuk siswa berprestasi dan tidak memiliki masalah dengan teman maupun tenaga pengajar. Tetapi korban disinyalir memiliki beban mental karena hidup sebatang kara.

(sud/sud)


Hide Ads