Kala Perjalanan Cahaya Hampiri Intan Bocah Tangguh di Sukabumi

Kala Perjalanan Cahaya Hampiri Intan Bocah Tangguh di Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 31 Mar 2024 13:30 WIB
Intan si bocah tangguh dari Sukabumi.
Intan si bocah tangguh dari Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Masih ingat kisah tentang Intan? Ia adalah bocah perempuan tangguh asal Cibadak, Kabupaten Sukabumi yang punya semangat tinggi untuk mengenyam pendidikan di tengah keterbatasan. Kehidupannya kini perlahan mulai berubah, terlebih setelah Tim Perjalanan Cahaya menghampiri gadis itu.

Diketahui, siswi kelas 3 SDN di Cibadak, Kabupaten Sukabumi dan kelurganya itu hidup tanpa penerangan ketika malam. Meskipun di tengah keterbatasan, semangat Intan tak padam. Semangatnya tetap menyala meskipun belajar gelap-gelapan hanya berbekal cahaya lampu minyak sayur.

"Kisah itu menghampiri kami dan rekan relawan dari Tim Perjalanan Cahaya. Awal puasa saat munggahan kami ke sana untuk mengecek langsung. Siang sampai sore kami mendistribusikan Iqra dan Al-Qur'an, malamnya kami mengecek kebutuhan penerangan di beberapa rumah termasuk rumah Intan," kata Suminta dari komunitas Petualang Alam Gunung Rimba Sukabumi (Paguris).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Sabtu (30/3/2023), tim Paguris dan Relawan Perjalanan Cahaya akhirnya merealisasikan mimpi Intan. Tidak hanya rumah gadis itu, namun ada enam rumah lainnya yang juga dipasangi bola lampu untuk penerangan.

"Tadi malam Kang Rei dan Kang Rama sampai menginap di lokasi. Jadi memang murni panggilan jiwa ya sebagai relawan, terlebih memang saya kerap komunikasi dengan relawan Perjalanan Cahaya ketika ada persoalan sosial serupa. Nah kemarin itu kita action pengadaan penerangan di wilayah tersebut," beber pria yang akrab disapa Suta tersebut.

ADVERTISEMENT
Intan si bocah tangguh dari Sukabumi.Intan si bocah tangguh dari Sukabumi. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Akhirnya tiga bola lampu terpasang di kediaman Intan. Meskipun masih terbatas, Intan yang tinggal bersama kakak dan ibunya itu tidak lagi hidup dalam gelap ketika malam tiba. Rei, relawan dari Perjalanan Cahaya membenarkan hal itu, ia menyebut sudah ada panel surya terpasang di rumah Intan.

"Ini merupakan bentuk THR buat warga di sana, di Kampung Cukang Lemah bisa terealisasi sebelum lebaran, biar tidak terlalu gelap banget. Di rumah Intan ada tiga titik ya di ruang tengah, di luar dan dapur. Karena memang kekuatan panel suryanya hanya tiga titik," kata Rei.

Menurut Rei, perawatan panel surya tersebut tidak terlalu merepotkan hanya cukup dilap atau dibersihkan dari jamur setiap tiga bulan sekali.

"Maintenance juga enggak terlalu repot tiga bulan sekali dibersihkan dari lumut, paling di Accu nya harus diperhatikan kekuatannya bertahan selama tiga tahun kita pakai accu motor," lanjut Rei.

Dia mengatakan, awalnya tim memang hanya akan fokus mengerjakan kediaman Intan. Namun saat melakukan pengecekan di awal Ramadan ada beberapa rumah lainnya yang juga diusulkan oleh warga untuk mendapat penerangan.

"Hasil list di awal Ramadan hanya rumah Intan, namun kemudian berkembang sampai akhirnya kemarin itu ada total 7 rumah. Hal itu setelah kami berembuk dengan Kang Rama selaku Founder Perjalann Cahaya. Awalnya mau di bulan April, namun karena ada usulan sebelum lebaran akhirnya kita eksekusi tanggal 30 kemarin, alhamdulillah tercapai," ujarnya.

Menurut Rei, pemasangan instalasi panel surya di kediaman Intan dan beberapa rumah warga lainnya hanya bermodalkan rakitan sederhana. Hal itu dilakukan untuk menekan biaya pengeluaran karena tim mereka tidak bergantung pada donasi perusahaan atau pihak lain, murni patungan para relawan.

"Kita nggak pakai converter (daya), kita pakai kiprok, itu rancangan kang Rama, kita minimalisir keuangan, yang kita install itu di bawah Rp 500 ribu, yang penting untuk mengawali saja yang sekarang, kalau ada yang mau pasang lebih bagus lagi enggak masalah," tuturnya.

Lampu tenaga surya yang dipasang tim Perjalanan Cahaya.Lampu tenaga surya yang dipasang tim Perjalanan Cahaya. (Foto: Istimewa)

Diberitakan, kisah tentang Intan, gadis pelajar sekolah dasar (SD) di Sukabumi mendadak viral di media sosial. Narasi penyerta dalam unggahan dalam foto dan video menceritakan kegigihan gadis itu mengenyam pendidikan di tengah keterbatasan menarik simpati publik.

Di balik itu, ada sisi lain yang juga mengunggah rasa iba. Tentang jerat kemiskinan, rumah tak layak, dan belum adanya penerangan yang terpasang di rumah berdinding teriplek degan ukuran kurang lebih 5 x 6 meter persegi. Bisa dibilang rumah itu berada di tengah-tengah hutan di kawasan Perkebunan Sukamaju, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.

Rumah itu dihuni tiga orang, yaitu Erna (47), Intan, dan kakaknya Galuh (17). Di bagian luar terlihat beberapa genting rumah sudah terlepas dari tempatnya, ketika hujan air deras masuk ke dalam kamar dan ruang tengah rumah.

"Dulu almarhum suami yang bangun di sini, karena jauh kemana-mana mungkin listrik juga tidak dipasang. Jadi dari dulu sudah terbiasa gelap-gelapan, Intan juga kalau belajar pakai cetir lampu kapas pakai minyak sayur," tutur Erna kepada detikJabar, Kamis (7/3/2024).

Lampu tenaga surya yang dipasang tim Perjalanan Cahaya.Lampu tenaga surya yang dipasang tim Perjalanan Cahaya di rumah Intan. (Foto: Istimewa)

Suami Erna, Hasan meninggal dunia 5 tahun silam. Sejak saat itu, Erna menjadi bapak sekaligus ibu bagi 5 orang anaknya. Intan adalah anak bungsu dari 5 bersaudara, dua anak Erna sudah menikah dan tinggal bersama suaminya. Satu sudah bekerja entah dimana dan dua lagi tinggal bersamanya di rumah tersebut.

"Misah rumah, listrik dari dulu pakai minyak sayur pakai sumbu kapas. Intan belajar penerangannya pakai sentir (lampu dari minyak), dulu sekali sekitar 5 tahunan yang lalu rumah ini pernah diperbaiki sama polisi, saya lupa nama-namanya, itu juga waktu suami masih ada," lirihnya.




(sya/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads