Sepanjang Januari-Maret 2024 ini, catatan penyakit DBD di Kota Bandung mencapai 2.215 kasus. Diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian bahwa kasus DBD melonjak tinggi dibandingkan dengan tahun 2023 yang hanya mencapai 1.856 kasus.
"Faktornya banyak, bisa cuaca salah satunya. Para ahli sudah perkirakan tahun 2024 DBD akan tinggi karena tahun 2023 ada kemarau panjang. Saat itu nyamuk tetap kawin dan bertelur. Meski tidak kena air, telurnya tidak mati atau dorman. Nah saat kemarau menabung nyamuk, sekarang masa panennya begitu istilahnya," kata Anhar dalam Bandung Menjawab, Kamis (28/3/2024).
Telur yang dorman tersebut, kemudian berkembang menjadi jentik, pupa, dan nyamuk. Maka penyebaran virus DBD dari nyamuk aedes aegypti pun terjadi berbarengan di wilayah Indonesia, karena musim hujan intensitas tinggi yang kini terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu Anhar menyebut beragam faktor lain sampah, perilaku masyarakat, dan lainnya. Kasus DBD yang tinggi ini membuat tingkat keterisian rumah sakit mencapai 73,6 persen. Beberapa rumah sakit pun didominasi pasien DBD.
"Kota Bandung sedang terjadi kenaikan kasus demam berdarah yang cukup signifikan dan ini menjadi beban juga bagi rumah sakit karena dari data yang kami dapatkan ketelisian tempat tidur di rumah sakit saat ini 73,6 persen itu cukup tinggi sebetulnya," katanya.
"Salah satu keluhan juga oleh masyarakat sulit ketika mau ke pelayanan kesehatan atau UGD karana penuh. Jadi kami minta agar rumah sakit membuka ruangan tambahan dan semua berkomitmen tidak akan menolak pasien DBD," lanjutnya.
Selain itu Anhar mengatakan bahwa sebetulnya penyakit DBD adalah salah satu penyakit yang paling mudah dicegah. Hanya saja, kerap kali sering diabaikan.
Dinkes Kota Bandung pun mengatakan terus melakukan sosialisasi di tingkat kewilayahan terkait pencegahannya. Dikatakan bahwa nyamuk butuh air yang bahkan hanya sedikit agar telur nyamuk bisa berkembang.
"Airnya harus yang jernih tidak beralaskan tanah, jadi kalau selokan itu sebenarnya hanya sebagai tempat kembang nyamuk tapi bukan nyamuk aedes aegypti. Kemudian air hujan di pagar, lubang pohon, itu pun bisa jadi tempat. Cara basminya cukup ditutup dengan tanah," ucap Anhar.
Kini, Kota Bandung bakal kembali menggalakkan GIRIJ atau gerakan satu rumah satu jumantik. Gerakan ini akan menunjuk satu orang di tiap rumah sebagai petugas rutin mengecek genangan air di sekitar rumah masing-masing.
Pemkot Bandung juga bakal menyebar Obat Pembunuh Jentuk Nyamuk (Abate) untuk menekan kasus DBD di 151 kelurahan. Pemkot Bandung telah menyiapkan 300 kilogram bubuk Abate dan 15 ribu RDT sebuah alat pengetesan DBD yang akan disebar mulai besok, Jumat (29/3/2024).
Selain itu di lingkungan sekolah, pihak Dinkes bakal bekerja sama dengan Disdik untuk membentuk kelompok keliling anti genangan air. Sebab, data mayoritas penderita nyamuk DBD menyerang usia produktif terutama anak 5-15 tahun.
"Kemudian pada toren air bisa diberi abate yang itu akan aktif selama tiga bulan. Jangan bak mandi atau selokan yang ditaburkan itu nanti akan menghamburkan. Penyebaran abate 300 kg itu masyarakat bisa minta tapi dikoordinir. Khawatir pemakaian tidak pas," ucap Anhar.
(aau/sud)