Dari Garasi Rumah, Asep Buat dan Pasarkan Jaket Kulit Garut ke Jepang

Dari Garasi Rumah, Asep Buat dan Pasarkan Jaket Kulit Garut ke Jepang

Wisma Putra - detikJabar
Kamis, 28 Mar 2024 05:00 WIB
Produk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga Jepang
Produk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga Jepang (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Garut -

Garasi rumah, menjadi saksi bagi pria asal Kabupaten Garut, Jawa Barat bernama Asep Mauludin dalam memulai usaha sebagai perajin kulit. Beragam produk fesyen hingga craft handmade dapat dibuat di tempatnya.

Sebelum menjadi perajin produk kulit, pria kelahiran 1990 itu mengaku pernah menjadi reseller produk kulit seperti jaket, sepatu hingga beragam aksesoris berbahan baku kulit.

Perjalanan Asep sebagai perajin kulit cukup panjang. Dia pernah merasakan pahit manis dalam usaha ini, khususnya di masa Pandemi COVID-19, tapi Asep juga merasakan manis dari usahanya karena produk kulitnya bisa merambah pasar luar negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Asep terjun ke bisnis produk kulit dimulai pada tahun 2016. Asep mengaku jika dirinya punya basic di dunia SEO (search engine optimization) semasa menempuh pendidikan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung.

Asep yang berkuliah di Fakultas Tarbiyah itu menyebut, jika dia memiliki teman yang sama-sama ahli SEO dan memiliki ilmu tentang berjualan online. Hal tersebut, turut dimanfaatkan Asep untuk berbisnis produk kulit online. Kenapa kulit yang dipilih karena sebagai warga asli Kota Intan, produk kulit Garut menurutnya sudah mendunia, sehingga dirinya ingin terjun langsung ke bisnis ini.

ADVERTISEMENT

"Saya garap dari kulit siap produksi jadi produk," kata Asep saat dijumpai detikJabar di tempat produksinya yang berada di Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Sabtu, 23 Maret 2024.

"Sebelum jadi perajin, saya belajar dulu. Mulai saya jualan produk orang lain, saya jualan produk mereka, ke sini ya karena berbasis modal kecil supaya efisien tidak boleh banyak stok," tambahnya.

Asep masih ingat, awal produksi produk kulit, dia manfaatkan garasi rumah yang seharusnya digunakan untuk tempat kendaraan. Meski usaha produk kulitnya dimulai dari titik nol, Asep yakin jika usaha produk kulit yang dinamainya Gravis Leather bisa besar.

"Karena ke sininya semakin banyak orderan masuk akhirnya bikin sendiri, di garasi rumah," ungkapnya.

Asep menyebut, di kala pandemi COVID-19 dia pernah membuka toko di kawasan Sentra Kulit Sukaregang dengan menyewa satu kios dengan Rp 30 juta. Tak hanya itu, dia juga menyewa rumah untuk tempat produksi.

Karena pada saat Pandemi COVID-19 ada PSBB dan PPKM, toko yang disewanya di Sukaregang tidak menghasilkan uang. Akhirnya Asep memilih kembali ke tempat usahanya.

Sebelum pandemi COVID-19, produk kulit yang dibuatnya memiliki sasaran semua kalangan. Namun, pada saat pandemi hingga pasca pandemi terjadi penurunan daya beli masyarakat, akhirnya Asep harus berpikir keras agar bisa tetap menafkahi istri dan anaknya.

"Ada tren produk kulit dianggap di masyarakat kita masuk kelas mahal, sehingga mulai menurun omzetnya. Kita alihkan target marketnya," ujarnya.

Mengapa target market harus diganti, Asep berkeyakinan jika kalangan menengah ke atas meski dihantam badai pandemi, soal belanja produk fesyen tetap berjalan.

"Kan ada golongan orang meski COVID-19 mereka teatap belanja produk mahal bisa. Kita geser ke sana, baru bisa bertahan, kalau enggak gitu repot," tuturnya.

Merambah Pasar Asia

Produk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga JepangProduk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga Jepang Foto: Wisma Putra/detikJabar

Siapa sangka, produk kulit milik Asep yang awalnya diproduksi di garasi rumahnya, kini merambah pasar Asia. Menurutnya jaket kulit yang dibuatnya dijual ke Malaysia hingga Jepang.

"Penjualan ke Jepang, Malaysia. Kirim bisa (bukan bentuk ekspor) dan yang belanja satuan atau perorangan," ujarnya.

Asep menyebut, untuk produk sepatu dan tas kulit dibuat langsung di tempatnya langsung. Sedangkan produk aksesoris itu dilakukan maklun. "Produk yang dibuat di tempat saya jaket, tas, aksesoris lain juga ada. Ada juga yang dimaklunin," ucapnya.

Asep mengatakan, sebelum pandemi COVID-19 dia bisa produksi jaket kulit hingga 20 pcs, namun sekarang menurun 2-5 pcs per hari. Meski berkurang, tapi jaket yang dibuat bukan hanya dilihat dari segi kuantitas saja tapi dari kualitas juga.

"Kapasitas produksi 2-5 pcs jaket, tas juga sama, sebelumnya 20 pcs," ucapnya.

Dalam menjalankan bisnisnya, Asep juga manfaatkan media sosial (medsos) hingga marketplace untuk memasarkan produknya.

"Harga paling murah Rp 25 ribu sampai Rp 2,5 juta paling mahal. Jaket gunakan material impor, sapi dan domba impor," tuturnya.

Disinggung mengapa dia lebih memilih kulit sapi impor, Asep berujar, kembali lagi dengan target pasar. "Ketika kita kerucutkan target market, enggak masalah harga untuk barang yang dengan kualitas terbaik," ujarnya.

Suntikan KUR Rp 100 Juta Bangkit Dari Pandemi

Produk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga JepangProduk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga Jepang Foto: Wisma Putra/detikJabar

Usaha Asep tidak akan besar seperti saat ini, hingga merekrut banyak pekerja jika dirinya tidak mendapatkan suntikan modal dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI.

Asep menyebut, untuk membesarkan bisnisnya dia bertahap melakukan pinjaman KUR. Menurut Asep, tanpa bantuan modal dari BRI, dia tak akan tahu bakal seperti apa bisnisnya.

"Dapat KUR awal Rp 10 juta, lalu Rp 20 juta, pasca pandemi tahun 2022 dapat lagi Rp 100 juta," ucap Asep.

Asep menuturkan, bantuan KUR Rp 100 juta sangat membantu sekali bagi bisnisnya. Pasalnya, di kala pandemi dia mengalami kerugian yang cukup besar.

"Barang enggak ke jual. Adapun yang kejual kita rugi karena barang dijual dengan harga di bawah standar," ujarnya.

Tak hanya itu, bantuan Rp 100 juta itu digunakan untuk menambah artikel baru jaket kulit yang diproduksinya hingga dia melakukan promosi di media sosial.

"Bantuan KUR itu juga, bisa memperbaharui produk, bisa untuk biaya marketing, kan kita iklan ke medsos, sehari Rp 100 ribu di Facebook, lumayan efektif, target market lebih jelas kalau di medsos," tambahnya.

Belajar Bisnis di Rumah BUMN

Produk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga JepangProduk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga Jepang Foto: Wisma Putra/detikJabar

Selain mendapatkan bantuan KUR, Asep juga aktif berkegiatan di Rumah BUMN BRI dengan mengikuti banyak pelatihan.

"Saya sering main ke rumah BUMN, dari sana saya dapatkan pelatihan dan workshop untuk pengembangan usaha. Dari mulai merubah mindset, bagaimana cara manajemen marketing dan manajemen produksi semua diajarkan termasuk permodalan," tuturnya.

Ayah dengan satu istri dan tiga anak ini berharap, jika dia ingin terus membesarkan usahanya. Dia memiliki target ingin memiliki banyak distributor karena bisnis jaket kulit memiliki prospek yang bagus kedepannya.

"Kita ingin punya sejenis distributor di berbagai wilayah, jaket kulit ini prospeknya bagus dan dibutuhkan, apalagi sekarang lagi gencarnya di Indonesia banyak pengguna sepeda motor, enak naik motor pakai jaket kulit," jelasnya.

Keberpihakan Pemkab Garut untuk Industri Kulit

Produk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga JepangProduk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga Jepang Foto: Wisma Putra/detikJabar

Pemerintah Kabupaten Garut mengeluarkan aturan pakaian dinas ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut yang di mana salah satunya diwajibkan menggunakan produk kulit.

Aturan baru pakaian dinas ASN tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor: 000.1.12/347/ORG tentang Penggunaan Seragam Pakaian Dinas di Lingkungan Pemkab Garut dan ditandatangani langsung oleh Pj Bupati Garut Barnas Adjidin, 29 Januari 2024 lalu.

Surat edaran itu mengatur pakaian dinas ASN mulai Senin-Sabtu. Aturan itu didasarkan atas Peraturan Bupati Garut Nomor 135 Tahun 2021 tentang Pakaian Dinas di Lingkungan Pemkab Garut.

Aturan itu memiliki tujuan untuk menjaga wibawa dan disiplin ASN, menanamkan dan menumbuhkan nasionalisme, citra dan kekhasan Kabupaten Garut yang melekat pada identitas ASN perlu memanfaatkan potensi yang ada di Kabupaten Garut.

Juga mendorong partisipasi ASN terhadap potensi Garut sebagai sentra industri kulit dunia dan mendorong partisipasi seluruh masyarakat Kabupaten Garut termasuk Aparatur Sipil Negara dalam mendukung produk dalam negeri khususnya industri kulit sebagai produk lokal Kabupaten Garut.

Adapun aturan ASN diwajibkan gunakan produk kulit Garut, dilakukan di Hari Selasa di mana ASN diwajibkan mengenakan seragam PDH casual serta atribut dan kelengkapan berbahan kulit asli Garut seperi cover id card, sabuk, topi, jaket atau sepatu.

BRI Salurkan Triliunan Rupiah untuk Bantu UMKM

Produk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga JepangProduk kulit asal Garut merambah Pasar Malaysia hingga Jepang Foto: Wisma Putra/detikJabar

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, Asep merupakan satu dari jutaan pelaku UMKM yang memanfaatkan bantuan KUR dengan baik. Hal itu, dapat dilihat dari tahapan pinjaman KUR hingga kemajuan usahanya.

"Selama enam tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah, dengan total nominal penyaluran sebesar Rp102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung," kata Sadmiadi kepada detikJabar.

Menurut Sadmiadi, BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan. "Membina Klaster Usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah," ujarnya.

Dalam pemberdayaannya, BRI mendorong para pelaku UMKM naik kelas melalui LinkUMKM yang merupakan Platform Pemberdayaan Digital.

"Tuhuannya untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website dan aplikasi. Terdapat scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," paparnya.

Selain itu, BRI juga mendorong para pelaku UMKM untuk go global di mana produknya dapat dipasarkan ke luar negeri. "BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM go.odern, go digital, go online dan go global," pungkasnya.

(wip/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads