Saadah (55), tenaga kerja wanita (TKW) asal Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, sudah 14 tahun hilang tanpa kabar usai pergi bekerja ke Timur Tengah. Kabarnya pun dinanti keluarga, berharap perempuan tersebut masih selamat dan bisa pulang berkumpul bersama keluarga.
Maryam (22) anak TKW Saadah, menjelaskan mengatakan ibunya berangkat sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) di Timur Tengah melalui salah satu perusahaan penyalur tenaga kerja ke luar negeri pada 2010 lalu.
Dia menyebut sang ayah awalnya menolak ibunya bekerja sebagai TKW. Namun telat merubah nasib dan memperbaiki perekonomian keluarga membuat Saadah bersikeras untuk berangkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ibu saya berangkat ke Timur Tengah pada 2010 lalu tepatnya saat saya berusia 8 tahun. Tujuannya untuk memperbaiki ekonomi keluarga," kata dia, Senin (25/3/2024).
Menurut dia, pada penghujung 2010, Saadah pun berangkat ke Timur Tengah meninggalkan suami dan anak-anaknya. Saadah yang sudah tiba dan bekerja di Jeddah Arab Saudi itu pun memberikan kabar melalui handphone milik ART lain.
"Jadi mamah itu ke sana bekerja menggantikan ART yang akan pulang. Mamah kan tidak bawa HP, jadi kontak keluarga melalui temannya yang akan digantikan posisinya sebagai ART di majikannya," kata dia.
Namun setelah sepekan bekerja, Saadah tiba-tiba tak memberikan kabar. Teman Saadah yang saat itu sudah pulang ke tanah air pun mengaku tidak memiliki kontak yang bisa dihubungi untuk sekadar menanyakan kabar Saadah.
"Jadi hanya di pekan pertama mamah sering beri kabar. Setelah sepekan itu tidak ada lagi kabar dari mamah. Nomor temannya saat dihubungi juga mengakui tidak punya kontak mamah atau yang bisa dihubungi di sana," kata dia.
Setahun berlalu tanpa kabar, sang ayah atau suami dari Saadah yakni Jejen Jaenudin (60) pun berusaha mencari tahu kabar dan keberadaan Saadah.
"Mulai 2011 bapak sudah nyari kabar mamah. Bahkan berusaha mendatangi pihak perusahaan penyalur TKW di Jakarta. Sempat dapat kontak majikan dari mamah," kata dia.
"Namun saat dihubungi, si orang Arab yang di dokumen merupakan majikan mamah ini membantah punya ART atas nama mamah. Padahal di dokumen jelas datanya," tambah dia.
Dia menjelaskan pada 2020 lalu, seseorang yang mengaku dari organisasi buruh migran datang. Tetapi bukannya memberikan informasi keberadaan Saadah, orang tersebut malah menyebut jika Saadah sudah meninggal usai dikurung.
"Keterangan itu juga bukan informasi yang jelas, tetapi dari perantara orang yang kesurupan. Jadi orang ini nunjukin yang kesurupan, katanya kesurupan oleh arwah mamah. Kami tentu tidak percaya begitu saja," kata dia.
Maryam menuturkan, di tahun ini genap sang ibu 14 tahun hilang tanpa kabar. Menurutnya, sang ayah masih tetap berusaha mencari keberadaan Saadah dengan berkomunikasi dan membuat laporan ke Kementerian Luar Negeri serta KJRI di Arab Saudi.
Dia mengaku sangat merindukan sosok sang ibu yang meninggalkannya sejak kelas 2 SD hingga kini, dimana dirinya telah menikah.
"Tentunya rindu mamah, berharap mamah masih selamat. Masih bisa berkumpul dengan kami. Anak-anak mamah kini sudah berkeluarga dan sudah punya anak atau cucu untuk mamah. Terakhir kami dapat informasi kalau mamah kabur dari majikan sebelumnya dan sekarang sedang dicari. Kami harap segera ada kabar baik. Kami berharap pemerintah bisa membantu semaksimal mungkin," kata dia.
Sementara itu, Ketua Astakira Kabupaten Cianjur Ali Hildan, mengatakan masalah TKW yang hilang kontak tersebut bukan yang pertama, bahkan kerap terjadi dna menimpa para TKW asal Cianjur.
Menurutnya Astakira juga akan menerjunkan tim untuk mencari dan menelusuri keberadaan TKW Saadah. "Tim sudah cari data, sekarang tengah menghubungi jaringan kita di luar negeri. Ada informasi sedikitpun pasti kami akan kabari dan koordinasi dengan pemerintah," pungkasnya.
(iqk/iqk)