Provinsi Jawa Barat mencatat kenaikan kasus penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD). Tren kenaikan kasus ini juga terjadi di Kota Bandung. Pada tiga bulan pertama di tahun 2024 ini, terdapat 1.741 kasus DBD hingga menyebabkan 8 orang meninggal dunia.
Kenaikan kasus tentu terasa pada fasilitas kesehatan di Kota Bandung. Direktur RSUD Bandung Kiwari, dr Yorisa Sativa mencatat ada puncak kenaikan kasus DBD pada Januari-Maret 2024. Mayoritas pasien DBD yakni pada usia anak-anak hingga produktif.
Salah satu faktor melonjaknya pasien DBD rawat inap yakni pasien datang dalam fase lanjut, karena tidak kunjung periksa setelah ada gejala. Yorisa menuturkan, saat ini ciri utama DBD yang tidak boleh disepelekan ialah demam hingga lebih dari dua hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang pasien datang itu sudah fase DBD lanjut. Kalau sudah demam 1-2 hari maka jangan dianggap biasa, harus langsung ke faskes bisa klinik atau Puskesmas. Karena mayoritas datang ke kita sudah demam 4-5 hari. Terlebih ada komorbid ya, untuk catatan pasien meninggal itu kan ada faktor lain seperti penyakit sehingga DBD tadi memberatkan," kata Yorisa, Senin (25/3/2024).
Ia mengungkap, salah satu ciri khusus pada DBD yakni timbul bintik merah, sudah sangat jarang terlihat. Yorisa menegaskan, masyarakat perlu mengganti kewaspadaan dengan segera periksa ke dokter saat demam mulai terasa.
"Hulunya harus dicegah karena pola DBD saat ini beda dengan dulu. Cirinya nggak khas, sudah bukan bintik merah karena ada yang terkena DBD sampai meninggal itu bintik merahnya tetap tidak terlihat. Ada yang sakit tapi dianggap pilek biasa, sembuh terus panas lagi, itu bisa gejala DBD. Jadi kewaspadaannya harus diganti," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr Ira Dewi Jani menjelaskan pihaknya terus melakukan sosialisasi terkait pencegahan dan gejala DBD. Ia pun mewanti-wanti agar masyarakat tidak menyepelekan jika mengalami beberapa gejala.
"Jadi masyarakat sekarang mulai susah untuk menentukan bahwa penyakit yang dialami anaknya ini ke arah DBD atau bukan. Kalau ada yang mendadak panas tinggi, gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah itu baiknya langsung ke faskes," ucap Ira.
"Justru kalau misalnya kita lihat sudah ada manifestasi perdarahan berupa bintik merah, sebenarnya sudah terlambat. Jadi mending kalau udah ada gejala panas, mual, muntah, sakit kepala, itu langsung periksa," lanjutnya.
Ira menjelaskan, warga perlu waspada jika anak atau seseorang mengalami gejala demam, mual, muntah, sakit kepala, hingga nyeri badan. Sebab tahap paling berbahaya ialah jika terjadi shock atau peredaran darah ke bagian-bagian ujung badan mulai berkurang.
"Cara ngeceknya jika terjadi shock, pencet kukunya. Setelahnya kan kuku akan berwarna putih, normalnya harus cepat balik lagi jadi kemerahan. Kalau misalnya baliknya lama, berarti sudah ada gangguan aliran darah ke bagian ujung-ujung tubuh. Itu harus cepat dibawa ke faskes terdekat," ujar Ira.
Selain itu, ada fase panas pelana kuda. Sebab panas yang mulanya tinggi beranjak menurun seperti sudah sembuh. Padahal pada fase itu sedang terjadi penurunan trombosit. Jika tidak segera ditangani, maka akan berbahaya.
"Jadi kami akan terus menyosialisasikan tips and tricks supaya jangan sampai ada kejadian kematian di Bandung. Sudah beda cirinya. Tapi kalau memang ada ditemukan bintik merah di satu lokasi, coba ditekan saja. Kalau menghilang itu berarti bukan gejala DBD. Tapi kalau kita tekan terus, masih tetap ada, berarti memang sudah ada manifestasi perdarahan. Harus segera ke rumah sakit," pesannya.