Berbuka puasa menjadi waktu yang paling dinanti oleh seluruh umat Muslim usai berjuang menahan lapar dan dahaga. Tak hanya berburu takjil di pusat-pusat keramaian, ada pula sebagian yang memilih masjid sebagai tempat untuk berbuka dengan harga percuma.
Seperti halnya di Kota Kembang, sejumlah masjid terlihat ramai dipadati oleh para jemaah sambil menanti waktu berbuka. Tentu saja, pihak masjid telah mempersiapkan ratusan hingga ribuan takjil untuk dibagikan. Salah satunya, yakni Masjid Salman ITB, Bandung lewat program Berbagi Buka Ramadan 1445 Hijriah.
Berkolaborasi dengan Rumah Amal Salman, kali ini Masjid Salman ITB menghadirkan santapan berbuka yang spesial dari tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, mereka menawarkan berbagai hidangan menu variatif dari sejumlah wilayah seperti Sunda, Jawa, Minang, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditemui detikJabar, Steering Committee (SC) Berbagi Buka Salman Ramadan 1445 H, Muhayan menuturkan langkah ini adalah strategi baru para pengurus untuk memuliakan jemaah Masjid Salman ITB saat bulan Ramadan. Selain itu, ia menekankan untuk selalu memberi kenyamanan dan keleluasaan bagi jemaah saat memilih menu berbuka puasa.
"Kita ingin terus memperbaiki layanan agar jemaah merasa nyaman dan puasanya tuh lebih bermakna. Serta, tujuan utama dari pembagian makanan dengan menu variatif ini adalah untuk memuliakan para jemaah yang hadir," ucap Muhayan.
Lebih lanjut, program ini bersamaan pula dengan kajian rutin Masjid Salman ITB selama sebulan penuh, bertajuk Inspirasi Ramadan. Meski jumlahnya cenderung fluktuatif, Muhayan mengaku jika animo masyarakat pada tahun ini jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu.
"Jika dibandingkan dengan tahun lalu, yang tahun ini justru memang lebih banyak masyarakat yang datang ke Masjid Salman. Kita lihat, di pelataran ini memang (selalu) penuh, apalagi saat pelaksanaan Inspirasi Ramadan hingga salat berjamaah," tambahnya.
Menggunakan Kupon
Pantauan detikJabar di lokasi belum lama ini, antrian jemaah muda hingga dewasa mengular di sekitar halaman Masjid Salman ITB untuk registrasi. Setelah itu, pihak panitia mempersilahkan jemaah memilih satu kupon yang nantinya ditukar dengan pilihan varian menu yang tersedia.
Tak serta-merta langsung dibagikan, para jemaah terlebih dahulu mengikuti kajian bersama pembicara handal untuk mengupas sebuah tema yang beragam setiap harinya. Usai kajian dan suara azan Magrib mulai berkumandang, mereka lalu saling merapatkan barisan untuk melakukan salat berjamaah dengan khusyuk.
Kemudian, satu-persatu deru langkah kaki para jemaah mulai menghampiri booth penukaran kupon yang berada di samping masjid. Para panitia pun tak bosan mengingatkan setiap jemaah berbaris rapi. Serta, tidak menyerobot antrian untuk menukarkan kupon dengan menu berbuka yang sudah dipilih.
"Diingatkan kepada setiap jemaah Masjid Salman ITB yang telah memiliki kupon, dimohon untuk segera menukarkannya di booth sesuai shafnya, untuk ikhwan di sebelah kanan dan akhwat di sebelah kiri," ucap salah seorang panitia dengan lantang.
![]() |
Lebih lanjut, ada tiga kategori menu yang tersedia, antara lain Nasi Kebuli dan Nasi Ayam Tumpeng di kategori Timur Tengah, lalu Nasi Ayam Bakar di kategori Sunda, serta Chicken Katsu dan Teriyaki di kategori Jepang. Jika terdapat dua menu, setiap jemaah hanya boleh memilih satu menu saja untuk disantap saat berbuka.
Berlangsung Selama Ramadan
Muhayan juga menuturkan jika setiap harinya, total kurang lebih 1.200 porsi paket berbuka puasa dibagikan kepada seluruh jemaah. Terlebih lagi, seluruh menu tersebut sudah lolos uji verifikasi Sehat, Aman, dan Halal atau SAH dari Lembaga Halal Center Masjid Salman ITB.
Bahkan, pihaknya juga menargetkan di Ramadan ini dapat membagikan santapan buka puasa kepada 45 ribu jemaah. Muhayan menambahkan, selain memberi kenyamanan mereka juga ingin seluruh masyarakat dari berbagai kalangan mampu merasakan nikmatnya berkah Sang Pencipta di bulan suci ini.
"Kita juga ingin mengurangi (anggapan) jika program Berbagi Buka ini seperti (hanya) ditujukan kepada mereka yang membutuhkan. Padahal sejatinya, program ini adalah hak semua jemaah, baik yang kurang mampu atau (mungkin) mereka yang (berkecukupan) sebetulnya bisa membeli makanan," pungkasnya.
(dir/dir)