Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada 24 Maret 1946. Kala itu, para pejuang membakar kota tercinta demi mengusir kedatangan para tentara sekutu.
Berdasarkan catatan sejarah, pada tengah malam itu, Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan hanya tersisa kebakaran di seluruh kota yang terlihat seperti lautan api.
Diperkirakan, kobaran api terjadi selama tujuh jam akibat pembakaran yang melibatkan sekitar 200.000 penduduk dan para pejuang. Mereka meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah ini kemudian diabadikan dalam bentuk stilasi. Sebuah monumen kecil tersebar di 10 titik kota Bandung, sebagai catatan peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) sepanjang tahun 1945-1946.
Sejarah Pembangunan Stilasi
Her Suganda dalam buku Wisata Parijs Van Java menjelaskan pada tahun 1997, jejak peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) direkam Bandung Heritage (Paguyuban Pelestari Budaya Bandung) yang bekerja sama dengan American Express Foundation (AMEX Bank Fondation).
Komunitas tersehut ingin membuat Bandung Lautan Api Heritage Trail atau Jejak Perjuangan Bandung Lautan Api. Maka, dibangunlah 10 stilasi yang terletak di pusat kota Bandung.
Stilasi adalah penggambaran bentuk dengan cara menggayakan objek atau benda yang digambar. Setiap orang dapat dituntun mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang memiliki hubungan dengan peristiwa BLA, melalui stilasi tersebut.
Stilasi tersebut rata-rata memiliki tinggi sekitar 140 cm. Tugu kecil ini berbentuk prisma, dengan tiga sisi stilasi yang memberikan informasi. Stilasi ini didesain oleh seniman kenamaan Bandung, Sunaryo dan diserahkan kepada Pemerintah Kota Bandung pada tahun 1997.
Seperti peristiwa yang terjadi di lokasi lengkap dengan peta pengungsian BLA, keterangan pembuat Stilasi, dan penggalan lagu Halo-halo Bandung sebagai penanda Stilasi. Pada bagian atas stilasi terdapat sekuntuk bunga Patrakomala yang menjadi ciri khas Kota Bandung.
Rute Bandung Lautan Api Heritage Trail dimulai dari Bandung Utara ke Bandung Selatan, melintasi jalur kereta api dan berakhir di Lapangan Tegallega dengan Tugu Bandung Lautan Api yang telah dibangun beberapa tahun sebelumnya.
10 Jejak Stilasi di Kota Bandung
Berikut jejak peninggalan sejarah di Kota Bandung tersebut dan kondisinya terkini:
1. Gedung De Driekleur
Lokasi stilasi ini tak jauh dari Monumen Perpamsi, persimpangan jalan antara Jalan Sultan Agung dan Jalan Ir H Djuanda. Tepatnya, ada di depan bangunan ikonik bertuliskan 'De Driekleur'.
Gedung yang kini menjadi kantor salah satu bank ini, merupakan gedung bekas kantor berita Jepang Domei (sebelumnya konon rumah tinggal arsitek). Olivier Johannes Raap menuliskan dalam bukunya yang berjudul Kota di Djawa Tempo Doeloe, Driekleur memiliki arti triwarna atau tiga warna.
Gedung yang dirancang oleh Albert Aalbers itu, menjadi titik pertama kalinya teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan di Kota Bandung. Sayang, monumen ini sudah tak sempurna. Bunga Patrakomala di atasnya terlihat sudah hilang.
"Gedung Tiga Warna dibangun sekitar tahun 1938. Rumah tersebut didesain oleh arsitek Albert Frederik Aalbers (1897-1961) sebagai kediaman dia sendiri. De Driekleur berarti Sri Triwarna, yaitu bendera merah-putih-biru yang pernah berkibar di atasnya. Seiring perjalanan waktu, gedung pernah menjadi kantor pers, markas militer, dan kantor polisi," tulis buku tersebut.
![]() |
2. Gedung Denis
Stilasi ini terletak di jalan yang paling tenar di Kota Bandung, yakni di persimpangan Jalan Braga dan Jalan Naripan. Lokasinya ada di Taman Braga atau depan gedung bank bjb, salah satu bank Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Di gedung ini, pada Oktober 1945 pejuangBandung, Moeljono dan E Karmas merobek bendera Belanda. Peristiwa heroik ini juga dilakukan oleh pejuang Surabaya, Bung Tomo pada September 1945.
"Stilasi ini merupakan sebuah monumen yang dipakai sebagai peringatan, untuk mengenang peristiwa Bandung Lautan Api. Pada Oktober 1945, ada peristiwa perobekan bendera merah-putih-biru (bendera Belanda), tapi hanya warna biru yang dirobek. Seharusnya ada bunga Patrakomalanya, tapi mayoritas di 10 stilasi sudah nggak ada," ucap Selviana Nitami, story teller Cerita Bandung dalam walking tour beberapa waktu lalu.
Selvi menyebut, sejak awal gedung yang diarsiteki Albert Aalbers ini, memang didirikan sebagai kantor bank. Mulanya, merupakan gedung perkantoran Bank Denis sehingga disebut Gedung Denis.
![]() |
3. Eks Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij
Sebuah gedung peninggalan Belanda dengan arsitektur cantik yang masih terjaga, dapat kita lihat di seberang Masjid Raya Bandung sebelah utara. Gedung bertuliskan 'Niescomptomy' itu sempat menjadi kantor Asuransi Jiwasraya dan kini hanya berisi ATM salah satu bank BUMN.
Her Suganda menyebut gedung ini digunakan sebagai markas resimen yang dibangun pada 1922. Konon, pada 13 Oktober 1945 para pemimpin TKR (Tentara Keamanan Rakyat) melakukan rapat yang dulu disebut Gedung NILMIJ ini.
![]() |
4. Gudang di Jalan Ciguriang
Sebuah rumah di persimpangan Jalan Simpang-Jalan Ciguriang, menjadi titik stilasi selanjutnya. Stilasi satu ini justru sekilas tak terlihat, karena lokasinya yang berada di dalam sebuah rumah atau pertokoan.
Salah seorang warga sekitar menyebut, stilasi tersebut telah lama berdiri dengan terbangunnya rumah tersebut. Kini, stilasi tersebut masih terjaga utuh dengan bunga Patrakomala di atasnya, meski terdapat di balik pagar jeruji besi.
Rumah itu terlihat kosong tak berpenghuni, seperti sudah beralih fungsi menjadi gudang pertokoan. Terlihat dari luar pun hanya sudut bagian lirik lagu Halo-halo Bandung sementara dua sisi lainnya berada di dalam rumah.
"Rumah di Jalan Simpang menjadi perumusan pembumihangusan kota Bandung," tulis Her Suganda dalam bukunya.
![]() |
5. Depan SD Dewi Sartika
Di sebuah taman kecil permukiman warga, tepatnya di depan SD Dewi Sartika terdapat sebuah stilasi di bawah pohon angsana. Bentuknya masih utuh seperti aslinya.
Tak banyak catatan sejarah soal stilasi ini, namun jalan Kautamaan Istri menjadi salah satu jalur yang dilalui untuk menuju wilayah Bandung Selatan.
"Sekolah Kautamaan Istri (sekarang SD Dewi Sartika) di jalan Kautamaan Istri yang dijadikan dapur umum," tulis keterangan dalam stilasi tersebut.