.webp)
Sebagian bangunan milik SMPN 1 Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi memprihatinkan. Kerusakan parah sudah terjadi bahkan hingga 10 tahun terakhir. Alhasil bangunan rusak ditinggalkan dan sejumlah siswa terpaksa belajar di ruang perpustakaan.
Oke Ramdani, salah seorang tenaga pendidik di sekolah tersebut mengaku sempat ada perbaikan di SMPN 1 Jampang Tengah, namun tidak menyeluruh dan hanya di beberapa ruangan saja.
"Ada beberapa yang sudah diperbaiki, namun ada yang memang belum tersentuh, harus direhab total di renovasi. Ruangan rusak parah ada empat, ruangan itu tidak bisa digunakan total," kata Oke kepada detikJabar, Rabu (10/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan detikJabar, salah satu ruangan yang tidak bisa dipergunakan total salah satunya adalah ruangan lab. Terlihat cat di dinding sudah mengelupas, bagian atap sudah ambruk. Menurut Oke, kondisi itu sudah terjadi sejak 5 tahun terakhir.
"Itu ruangan lab, bahasa inggris dan IPA, sudah 5 tahun ambruk kemudian ruangan lainnya yang hancur adalah ruangan guru. Itu sangat dibutuhkan juga, dulu memang sempat ada dari Dinas Pendidikan datang katanya mau ada 6 bangunan yang akan direnovasi tapi sampai sekarang enggak ada jadi yang direalisasi baru tiga ruang," ujarnya.
"Kebutuhan perbaikan dengan ruang guru sementara ruang guru menggunakan ruang kelas, tiga lokal lagi. Yang atapnya bolong itu, sudah enggak bisa diperbaiki lagi karena kuda-kuda atapnya sudah rapuh kayu baloknya. Itu bekas ruangan guru sudah tidak digunakan selama 10 tahun karena enggak layak pakai," sambung Oke.
Akibat kerusakan di beberapa ruangan termasuk ruang kelas, sejumlah siswa terpaksa harus belajar di ruang perpustakaan.
 Ruang kelas di SMPN 1 Jampang, Sukabumi rusak Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar |
"Jumlah siswa dari kelas 7 sampai 9 ada 630 siswa, ia memang siswa ada yang sementara belajar di ruang perpustakaan jadi sementara ruang kelasnya rusak mengisi rungan itu dulu," katanya.
Kondisi itu makin miris ketika hujan. Secara kasat mata memang terlihat genangan air di beberapa sudut ruangan yang rusak. Kursi dan bangku rusak juga dibiarkan berserakan. Air hujan bebas terjun masuk ke ruangan tersebut.
"Kalau hujan turun ada beberapa kelas bocor, siswa terpaksa harus bergeser, dampak dari genting dan usuk dalamannya yang memang kalau tidak diperbaiki imbasnya ke ruangan yang lain. Jadi harus total perbaikannya," ungkapnya.
Raditya, siswa kelas 8 mengeluhkan kondisi itu. Menurutnya suasana belajar terasa tidak nyaman ketika hujan ia harus disibukan dengan cipratan dan genangan air.
"Atap bocor dan rembesan air mengenangi ruangan kelas, jadi menyita belajar. Belajar terganggu, harapan kami bisa secepatnya diperbaiki," tuturnya.
(sya/dir)
