Jurus Santri Robithoh Bandung Dapat Cuan Melalui Seni Kaligrafi

Jurus Santri Robithoh Bandung Dapat Cuan Melalui Seni Kaligrafi

Yuga Hassani - detikJabar
Rabu, 20 Mar 2024 16:30 WIB
Santri Ponpes Modern Robithoh saat membuat kaligrafi.
Santri Ponpes Modern Robithoh saat membuat kaligrafi. Foto: Yuga Hassani/detikJabar
Bandung -

Kaligrafi telah menjadi salah satu seni budaya islami melalui tulisan atau gambar. Bahkan dalam bahasa Arab, seni tersebut disebut dengan khat atau tulisan indah.

Seni kaligrafi tersebut ditekuni oleh para santri Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Robithoh. Mereka menekuni seni tersebut hingga bisa menghasilkan cuan.

Tim detikJabar mencoba mengunjungi ponpes tersebut yang berada di Jalan Raya Pacet, Kampung Sekesalam, Desa Pakutandang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Telihat para santri tengah membuat kaligrafi di dalam kelas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka terlihat ada yang membuat kaligrafi dengan menggunakan kertas dan kanvas. Santri yang membuat kaligrafi di kertas terlihat menggambar di lantai dan di atas meja. Sementara yang menggunakan kanvas dipasang pada sebuah tripod.

Nampak santri tersebut serius membuat kaligrafi yang indah. Mereka membuat kaligrafi sambil menunggu waktu azan magrib.

ADVERTISEMENT

Ketua Galeri Kaligrafi Ponpes Modern Robithoh, Alwi Fauzan mengatakan kaligrafi telah menjadi pelajaran utama bagi para santri. Apalagi hal tersebut diperkuat dengan adanya ekstra kulikuler kaligrafi.

"Adanya kaligrafi itu untuk pembelajaran atau ilmu yang menjadikan para santri kreatif, berimajinasi, santri yang memiliki kualitas seni yang lebih," ujar Alwi kepada detikJabar, belum lama ini.

Alwi mengungkapkan seni kaligrafi di ponpes tersebut telah menjadi ladang bisnis. Pemasarannya telah memasuki berbagai wilayah di Indonesia. "Iya bahkan kaligrafi di ponpes ini telah menjadi bisnis seni kaligrafi islami, dan telah dipasarkan di Jawa Barat hingga seluruh (daerah) Indonesia," katanya.

Menurutnya pemasaran kaligrafi tersebut dilakukan secara online. Kata dia, hal tersebut diawali dengan para santri belajar di kelas, praktik, dan menjadi sebuah karya.

"Setelah itu nantinya langsung dimasukan ke galeri yang kita miliki. Selanjutnya kita pasarkan melalui facebook atau instagram," jelasnya.

Hasil penjualan kaligrafi tersebut bisa menjadi pemasukan bagi ponpes. Kemudian sang pembuat karya kaligrafi tersebut turut mendapatkan bagiannya.

"Harga rata-rata dimulai dari Rp 200 ribu sampai Rp 5 juta. Kalau yang tadi saya gambar Rp 1,5 juta," ucapnya.

Alwi mengaku tidak bisa memastikan pendapatan dari penjualan kaligrafi tersebut. Pasalnya penjualan kaligrafi tersebut tak selamanya ramai.

"Tapi sekali ada, kan lumayan beberapa juta. Kalau menjual pernah yang seharga Rp 1,5 juta," tuturnya.

Sebanyak 10 santri yang aktif di dalam ekskul kaligrafi tersebut. Namun di dalam kelas pun turut diajarkan kaligrafi tersebut.

"Yang mengajarkan kaligrafi ini, saat ini saya. Nah sebelum saya itu ada lagi, saya aja udah generasi ke empat," bebernya.

Alwi mengungkapkan terdapat beberapa kesulitan dalam membuat kaligrafi. Apalagi bagi orang yang pertama kali mencobanya. "Kalau kesulitan ada sih, terutama di dalam kaidah penulisan kaligrafinya. Karena memerlukan waktu yang sangat panjang, teliti," kata Alwi.

Dia menambahkan saat ini terdapat kurang lebih 50 karya kaligrafi yang dibuat oleh para santri. Karya-karya tersebut dipajang pada sebuah galeri yang ada di ponpes.

"Keinginan saya kalau setelah menggambar kaligrafi ini bisa bermanfaat bagi orang lain. Apalagi setelah dijual, dipajang di rumah atau di mana, nah yang melihatnya bisa ingat kepada Allah, kepada nikmat Allah," pungkasnya.

(sud/sud)


Hide Ads