Kabupaten Bandung adalah satu di antara kabupaten tua di Priangan. Daerah ini secara administratif terbentuk pada 20 April 1641 M, sebagai hadiah bagi yang telah berjasa menumpas pembangkangan Dipati Ukur.
Sebagai sebuah daerah administratif tingkat kabupaten, maka Kabupaten Bandung punya logo daerah, sebagaimana yang telah diatur oleh Undang-undang.
Pada lambang daerah atau logo Kabupaten Bandung, terdapat gambar-gambar mulai dari Gunung Tangkuban Parahu, pohon kina, bendungan, dan air. Semua ini dipadu-padankan menjadi simbol kondisi dan harapan daerah Kabupaten Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum lebih jauh membahas perihal logo Kabupaten Bandung dan maknanya, lebih elok detikers menyimak dahulu bagaimana sejarah terbentuknya Kabupaten Bandung ini.
Mulanya Bagian Kerajaan Sumedang Larang
Wilayah yang menjadi Kabupaten Bandung saat ini, yang lokasinya berada di bagian selatan administratif Kota Bandung, adalah wilayah yang termasuk kepada kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang, penerus Kerajaan Sunda (Pajajaran).
Situs Pemerintah Kabupaten Bandung memuat wawancara dengan Prof. Dr. A. Sobana H. M.A, yang mengungkapkan bahwa Kerajaan Sumedang Larang mulai berdiri dan diperintah pertama kali oleh Prabu Geusan Ulun pada 1580-1608, dengan ibukota di Kutamaya, kawasan Alun-alun Sumedang sekarang. Wilayah kekuasaan kerajaan ini meliputi daerah yang kemudian disebut Priangan, kecuali daerah Galuh (Ciamis saat ini).
Kerajaan Sumedang Larang adalah basis pertahanan Kerajaan Mataram yang dipimpin Sultan Agung di Priangan. Sementara Sultan Agung Sendiri adalah yang berpolemik dengan Kesultanan Banten dan berkonfrontasi dengan Belanda.
Ketika Kerajaan Sumedang Larang diperintah oleh Raden Suriadiwangsa, anak tiri Geusan Ulun dari Ratu Harisbaya, Kerajaan Sumedang Larang berubah status menjadi Kabupaten Sumedang, tepatnya pada 1620. Perpindahan status ini sekaligus menjadi tanda bahwa Sumedang ada di bawah kekuasaan Mataram.
Untuk mengawasi wilayah Priangan, Sultan Agung mengangkat Raden Aria Suradiwangsa menjadi Bupati Wedana (Bupati Kepala) di Priangan (1620-1624). Suriadiwangsa bergelar Rangga Gempol Kusumadinata atau Rangga Gempol I.
Pada 1624 M, Sultan Agung menyuruh Rangga Gempol I untuk menaklukan Sampang, Madura. Dan jabatan Bupati Wedana dipegang adiknya, Pangeran Dipati Rangga Gede. Sayangnya, belum lama menjabat, Priangan diserang Pasukan Banten dan Rangga Gede tidak dapat mengatasi serangan tersebut. Dia lantas menjalani hukuman.
Jabatan Bupati Wedana Priangan diserahkan kepada Dipati Ukur, dengan syarat ia harus dapat merebut Batavia dari kekuasaan kompeni. Hingga tibalah pada tahun 1828 ketika Dipati Ukur diharuskan membantu pasukan Mataram menyerang Batavia, yang serangan itu gagal.
Dipati Ukur sadar bahwa dia juga akan mendapat hukuman dari Mataram, sebagaimana Rangga Gede. Maka dia memilih membangkang dengan tidak datang ke Mataram untuk melaporkan kegagalan serangan itu. Tindakan Dipati Ukur itu dianggap oleh pihak Mataram sebagai pemberontakan terhadap penguasa Kerajaan Mataram.
Dipati Ukur jadi buronan yang akhirnya, dengan bantuan beberapa kepala wilayah di Priangan, Dipati Ukur tertangkap di Gunung Lumbung, daerah Kabupaten Bandung. Jabatan Bupati Wedana Priangan dikembalikan ke Rangga Gede yang telah bebas dari hukuman, sementara sebagian wiayah Priangan dipecah menjadi tiga kabupaten sebagai hadiah bagi yang berjasa menumpas loyalis Dipati Ukur.
Daerah Priangan di luar Sumedang dan Galuh dibagi menjadi tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Parakanmuncang dan Kabupaten Sukapura dengan cara mengangkat tiga kepala daerah dari Priangan yang berjasa itu.
"Ketiga orang kepala daerah dimaksud adalah Ki Astamanggala, umbul Cihaurbeuti diangkat menjadi mantri agung (bupati) Bandung dengan gelar Tumenggung Wiraangunangun, Tanubaya sebagai bupati Parakanmuncang dan Ngabehi Wirawangsa menjadi bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha,"
"Ketiga orang itu dilantik secara bersamaan berdasarkan "Piagem Sultan Agung", yang dikeluarkan pada hari Sabtu tanggal 9 Muharam Tahun Alip (penanggalan Jawa). Dengan demikian, tanggal 9 Muharam Taun Alip bukan hanya merupakan hari jadi Kabupaten Bandung tetapi sekaligus sebagai hari jadi Kabupaten Sukapura dan Kabupaten Parakanmuncang," tulis situs Pemerintah Kabupaten Bandung.
Logo Kabupaten Bandung
Perda Nomor 11 Tahun 1956 menjelaskan tentang logo Kabupaten Bandung. Yaitu, logo berbentuk perisai tersebut terdiri atas empat bagian.
1. Bagian kanan atas berlatar kuning emas dengan gambar gunung, yang menurut bentuknya merupakan Gunung Tangkuban Parahu berwarna hijau.
2. Bagian melintang bergerigi merupakan bentuk bendungan kokoh kuat berwarna hitam.
3. Pohon kina berwarna hijau dan berlatar belakang merah.
4. Di bawah perisai tertulis dalam pita kuning: répéh rapih kerta raharja
Makna Logo Kabupaten Bandung
1. Bagian kanan atas berlatar kuning emas dengan gambar gunung, yang menurut bentuknya merupakan Gunung Tangkuban Parahu berwarna hijau, memberi makna Kabupaten Bandung termashur karena tanahnya yang subur di daerah yang bergunung-gunung. Sebagai cirinya, Kabupaten Bandung punya Gunung Tangkuban Parahu yang sangat terkenal.
2. Bagian melintang bergerigi merupakan bentuk bendungan kokoh kuat berwarna hitam. Ini melambangkan masyarakat Kabupaten Bandung memiliki pendirian yang kokoh dan kuat.
3. Pohon kina berwarna hijau dan berlatar belakang merah memberi arti bahwa Kabupaten Bandung betul-betul subur, kaya akan air, baik air tanah (sumur) maupun air danau. Kabupaten Bandung dilintasi oleh Sungai Citarum dan pohon kina menjadi pohon yang mujarab untuk mengobati malaria.
4. Di bawah perisai tertulis dalam pita kuning: répéh rapih kerta raharja berarti kehidupan tentram, tertib, lingkungan bersih, dan sejahtera lahir batin.
Répéh adalah suasana kehidupan yang aman dan tentram; Rapih adalah suasana kehidupan yang rukun dan tertib dalam lingkungan yang bersih, sehat, dan asri; Kerta Raharja adalah tatanan kehidupan yang sejahtera lahir dan batin secara seimbang, serasi adil, dan merata.
Analisa Makna Logo Kabupaten Bandung
Jurnal Lokabasa Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. 13, No. 2, Oktober 2022 menjelaskan analisa atas logo Kabupaten Bandung itu. Yang ditekankan adalah analisa pada unsur bentuk logo dan wara yang ada di dalamnya.
Dalam lambang tersebut terdapat tameng/perisai, warna kuning emas, hitam, hijau, putih, merah, dan biru yang memiliki arti, di antaranya:
1. Tameng atau perisai merupakan alat yang digunakan sebagai pertahanan dalam menghadapi segala sesuatu.
2. Kuning emas, yang berarti kesejahteraan, dan keagungan.
3.Hitam, yang artinya kokoh, ajeg, kuat.
4. Hijau, artinya kemakmuran, kesuburan, dan udara yang segar.
5. Putih artinya suci.
6. Merah, artinya keberanian.
7. Biru, artinya kesetiaan.
(iqk/iqk)