Sempat ditelantarkan selama beberapa hari, bayi dilahirkan di tempat cukur Jalan Gunung Batu, RT 3/10, Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, akhirnya kembali ke pangkuan orang tuanya.
Proses dipulangkannya bayi itu pun berjalan alot. Kedua orang tuanya sempat menolak lantaran sibuk bekerja sehingga menelantarkan darah daging mereka sendiri.
"Betul sekarang bayinya sudah dibawa oleh orangtuanya, alhamdulillah akhirnya mau merawat anak mereka," kata Lurah Pasirkaliki, Andri Nurwantoro saat ditemui, Selasa (19/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Liku kepulangan sang bayi sempat menyedot perhatian sejumlah pihak sampai akhirnya Kelurahan Pasirkaliki, Dinas Sosial Kota Cimahi, hingga Babinsa dan Bhabinkamtibmas melakukan mediasi kedua orang tua si jabang bayi.
"Iya jadi awalnya kami undang dulu ke kelurahan untuk mediasi, memang cukup alot juga prosesnya. Mereka beralasan kan sibuk bekerja makanya anaknya diterlantarkan seperti itu," kata Andri.
Sejak dilahirkan sampai akhirnya dibawa pulang orangtuanya, kondisi bayi tersebut sangat baik. Meskipun proses lahiran yang berlangsung secara tiba-tiba dan tanpa bantuan petugas medis.
"Kondisinya alhamdulillah baik. Mudah-mudahan selalu sehat juga kedepannya," kata Andri.
Diketahui, kedua orang tua bayi terpaksa melahirkan mendadak karena motor yang tengah dalam perjalanan menuju bidan mendadak kehabisan bensin.
Kondisi sang ibu pada saat itu sedang hamil besar, tiba-tiba merasakan kontraksi yang tak tertahankan. Warga sekitar kemudian bahu-membahu memberikan bantuan, supaya perempuan tersebut bisa melewati persalinan dengan lancar.
Warga yang mengetahui perempuan tersebut akan melahirkan, sempat menyarankannya untuk dibawa ke bidan terdekat di wilayah tersebut. Tapi ternyata, kontraksi yang ia rasakan sudah tak tertahankan lagi. Akhirnya, sebuah tempat pangkas rambut yang kebetulan ditutup pemiliknya harus menjadi tempat perempuan ini melangsungkan persalinan.
"Jadi awalnya saya itu lagi jaga toko (kue kering), tiba-tiba ada orang bilang istrinya mau melahirkan. Terus saya suruh ke bidan karena kebetulan dekat, tapi dia bilang sudah nggak kuat. Akhirnya saya suruh masuk ke tempat cukur yang kebetulan lagi tutup di sebelah toko saya," kata Eka (49), penjual kue kering di lokasi kejadian saat ditemui, Senin (18/3/2024).
Di tempat pangkas rambut, sang suami dengan penuh sabar menemani istrinya yang sedang merasakan kontraksi tak tertahankan. Sebelum bidan yang dipanggil warga sekitar datang, perempuan itu rupanya telah selesai melahirkan.
Hal ini diketahui Eka setelah tangisan bayi terdengar dari dalam tempat pangkas rambut. Untungnya, warga yang mengetahui hal itu lalu menyiapkan sejumlah peralatan seadanya agar kondisi si bayi bisa bertahan.
"Jadi bidan sedang dijemput sama linmas di sini, dia sudah melahirkan. Soalnya saya dengar ada suara bayi menangis. Akhirnya warga yang sudah berkerumun di sini, banyak yang masih kain untuk alas dan selimut bayi. Jadi dia ini melahirkan sendiri, cuma ditemani suaminya," kata Eka.
Tak lama, bidan yang dipanggil warga akhirnya datang. Di tempat itu, bidang tersebut langsung mengurus si ibu sekaligus mengecek kondisi bayi yang dilahirkannya. Ari-ari bayi pun dipotong, plus kesehatannya dicek khawatir ada kondisi yang terbilang membahayakan.
Singkatnya, setelah bayi itu lahir, bidan tersebut langsung membawanya untuk mendapat perawatan. Tapi kemudian, muncul hal aneh yang tak pernah terbayangkan warga sebelumnya.
Tepat setelah sehari persalinan, tadinya tidak ada masalah apa-apa. Tapi kemudian, esoknya, Minggu (17/3/2024), tersiar kabar bahwa pasutri tersebut enggan membawa sang buah hati pulang bersama mereka. Kabar ini dibenarkan Ketua RW 10, Ratna, yang kebetulan saat kejadian ia ada di lokasi itu.
"Jadi kita bantu dengan menyiapkan ambulans kelurahan. Nah sehari setelah lahiran, saya dapat kabar dari pekerja sosial (peksos) kelurahan kalau ibu-bapaknya itu nggak mau membawa anaknya," kata Ranta.