Al Qur'an adalah kitab suci bagi umat Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia yang beriman dan bertakwa. Dengan 114 surah yang terbagi dalam 30 Juz, Al-Qur'an menjadi sumber ajaran dan kisah agama bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Namun, bagaimana jika seseorang tidak dapat membaca Al-Qur'an karena masalah penglihatan, seperti tunanetra? Untuk mengatasi hal ini, teknologi braille sangat penting untuk memfasilitasi mereka yang ingin membaca Al-Qur'an. Salah satu tempat Al-Qur'an braille diproduksi adalah di Yayasan Penyantun Wyata Guna, yang terletak di Jalan Pajajaran, Kota Bandung.
"Penyandang tunanetra di Indonesia tuh ada sekitar 150 ribu orang penyandang low vision atau pandangannya terganggu. Dan 85% dari tunanetra itu beragama Islam, maka dari itu kita di sini Yayasan Penyantun Wyata Guna berusaha semaksimal mungkin memfasilitasi penyandang gangguan penglihatan tersebut. Dan salah satunya dengan membuat Al-Qur'an braille dan mendistribusikannya ke seluruh Indonesia," ujar H. Ayi Ahmad Hidayat selaku Kepala Sekretariat Yayasan Penyantun Wyata Guna, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembuatan Al-Qur'an braille di Yayasan Penyantun Wyata Guna masih menggunakan alat tradisional yaitu mesin Thomson. Bahkan alat ini di klaim merupakan mesin satu-satunya yang masih berfungsi di Indonesia.
"Mesin Thomson ini sendiri dulu asal usulnya hanya ada 6 buah dan dibagi satu per benua dan tidak pernah diproduksi maupun diperbaharui lagi. Dan mesin-mesin lain itu bahkan kebanyakan udah nggak berfungsi lagi, sehingga dijadikan pajangan saja di museum. Jadi bisa dibilang mesin yang berada di sini satu-satunya yang masih aktif berfungsi," tambah Ayi.
Walau sudah tua tapi mesin Thomson ini masih sangat produktif. Faktanya, dalam waktu sehari, mesin tersebut mampu memproduksi Al-Qur'an braille sebanyak 4 set atau 4 boks yang berisi lengkap dari juz 1 hingga juz 30.
"Sebernarnya kita bisa aja memproduksi lebih, tapi kan yang kita pakai ini mesin tua jadi kita membatasi diri. Ibaratkan seperti lansia yang disuruh berlari cepat khawatir tertatih-tatih atau patah tulangnya," ucap Ayi.
Pemakaian mesin Thomson bukan tanpa alasan "dipaksakan" digunakan, selain memanfaatkan mesin tua yang masih sampai saat ini digunakan, faktor lain karena teman-teman tunanetra lebih meminati format huruf yang dihasilkan mesin tradisional dibandingkan dengan hasil mesin print modern.
"Untuk pembelian sendiri biasanya dilakukan dari sponsor atau komunitas-komunitas, yang biasa dana pembeliannya itu dari donasi orang-orang sehingga terbeli beberapa set Al-Qur'an braille setelah itu didistribusikan oleh mereka itu ke seluruh penjuru Indonesia tanpa di pungut biaya sepeserpun dari penerima. Dan juga biasanya selain didistribusikan juga dilengkapi dengan pembinaan sehingga memudahkan teman-teman tunantra untuk membaca dan memahami Al-Qur'an," ucap Ayi mengenai penjualan dan pendistribusian Al-Qur'an braille buatan Yayasan Penyantun Wyata Guna.
Ayi mengaku momen Ramadan merupakan waktu gencarnya pemesanan Al-Qur'an braille. Al-Qur'an braille produksi Yayasan Penyantun Wyata Guna dibanderol dengan harga Rp. 1.250.000 untuk tanpa terjemah dan Rp. 1.750.000 dengan versi terjemahan.