Tradisi Ramadhan Melalui Takjil: Menikmati Kenikmatan dan Kebaikan Bersama

Syarah Ramadhan

Tradisi Ramadhan Melalui Takjil: Menikmati Kenikmatan dan Kebaikan Bersama

Mustaqim - detikJabar
Senin, 18 Mar 2024 17:45 WIB
Sejumlah warga berburu takjil sembari menunggu waktu berbuka puasa (ngabuburit) di Jl Inspeksi Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Minggu (17/3/2024). Berbagai jajanan dan foodstreet hingga baju serta wahana permainan ditawarkan di pasar tiban ini. Keramaian ini terlihat saat Ramadan terutama menjelang berbuka puasa.
Ilustrasi donat (Foto: Ari Saputra)
Bandung -

Ramadhan, bulan suci dalam agama Islam, tidak hanya tentang menahan lapar dan haus dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Ia juga tentang meningkatkan spiritualitas, menunjukkan kasih sayang kepada sesama, dan merayakan kebersamaan.

Salah satu aspek yang memberikan warna khas pada tradisi Ramadhan adalah takjil, hidangan ringan yang disajikan untuk berbuka puasa.

Takjil adalah hidangan ringan yang dimakan saat berbuka puasa untuk memberikan energi dan menghilangkan rasa haus setelah seharian menahan diri dari makan dan minum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi ini telah ada sejak zaman Rasulullah SAW, yang dianjurkan untuk berbuka dengan kurma atau air putih. Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan budaya, takjil berkembang menjadi beragam variasi hidangan yang menarik dan lezat.

Dari generasi ke generasi, masyarakat Muslim telah mengembangkan takjil menjadi berbagai macam hidangan yang menggugah selera.

ADVERTISEMENT

Mulai dari kolak, es buah, kurma, agar-agar, hingga minuman segar seperti es teler, es cincau, dan jus buah. Takjil tidak hanya sekadar hidangan untuk memuaskan rasa lapar dan haus, tetapi juga sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman, mempererat tali persaudaraan, serta meningkatkan rasa syukur atas nikmat berbuka

Meskipun takjil telah menjadi bagian integral dari tradisi Ramadhan, tidak jarang kita melihat inovasi-inovasi baru dalam penyajian takjil. Misalnya, ada penambahan bahan-bahan baru atau kombinasi yang lebih kreatif dalam pembuatan takjil, seperti es krim goreng, brownies kurma, atau smoothie bowl berbuka puasa.

Inovasi semacam ini tidak hanya menghidupkan kembali tradisi, tetapi juga memberikan variasi yang menyegarkan bagi mereka yang merayakan Ramadhan.

Selain menjadi kesempatan untuk menikmati hidangan lezat, takjil juga mengajarkan nilai-nilai berbagi dan empati. Banyak masyarakat yang menggunakan kesempatan berbuka puasa untuk membagikan takjil kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti fakir miskin, janda, yatim piatu, atau pengemis di jalanan.

Ini adalah bagian penting dari ajaran Islam yang menekankan pentingnya saling membantu dan peduli terhadap sesama, terutama selama bulan Ramadhan.

Pada kesimpulannya, Ramadhan bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga tentang memperkaya tradisi dan nilai-nilai kebaikan.

Takjil, sebagai bagian tak terpisahkan dari tradisi Ramadhan, tidak hanya memberikan kenikmatan bagi lidah, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial, menghidupkan nilai-nilai kebersamaan, dan menjalankan ajaran agama dengan berbagi kepada sesama dengan mempertahankan tradisi.

*Penulis adalah salah satuasatid PonpesTahfidz Al-Qur'an Bina InsanQur'ani (BIQ) Susukan-Cirebon dan mahasiswa semester 2PJJ PAIUIN Siber SyekhNurjati Cirebon. Penulis juga merupakan pengurus Forum Pemberdayaan Pesantren dan Umat (FPPU) Kabupaten Cirebon.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads