Ibadah Puasa Untuk Memuliakan Manusia

Syarah Ramadhan

Ibadah Puasa Untuk Memuliakan Manusia

KH. Asep Asrofil Alam - detikJabar
Rabu, 13 Mar 2024 17:45 WIB
Ramadan lantern by the open window. Beautiful Greeting Card with copy space for Ramadan and Muslim Holidays. An illuminated Arabic lamp. Mixed media.
Ilustrasi bulan Ramadhan (Foto: Getty Images/iStockphoto/TanyaSid)
Bandung -

Ibadah puasa (shaum) sebagai salah satu rukun Islam, bukanlah semata-mata sebagai media Taqorrub kepada Allah SWT. Lebih dari itu, sesungguhnya puasa adalah salah satu ibadah yang sarat makna dan hikmah.

Alih-alih kita mengeluh dengan ibadah ini, seharusnya kita patut bersyukur bahwa Allah SWT memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kita untuk melaksanakan ibadah puasa tersebut.

Syeh Ali Ahmad al Jurjawi dalam Kitab Hikmatu Tasyri' wa Falsafatuhu menjelaskan bahwa diantara hikmah ibadah puasa adalah membersihkan diri dari sifat Bahimiyah. Sifat Bahimiyah adalah sifat, watak, dan tabi'at hewan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada dasarnya, sejatinya manusia memiliki sifat, naluri dan nafsu yang sama dengan hewan. Contohnya adalah keinginan untuk makan, minum, berkembang biak, bahkan yang paling ekstrim sekalipun yaitu menghabisi lawannya. Dalam posisi ini, kita tidak lebih apapun dari hewan.

Di sini lah puasa hadir untuk menempatkan manusia pada derajat yang mulia, karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan umat manusia penuh dengan kehormatan, hanya saja perilaku umat manusia sendiri yang merendahkan martabatnya (QS. At Tin [95] : 4 -5). Bahkan bisa lebih hina dari hewan (QS Al A'raf [7] : 179).

ADVERTISEMENT

Kita tentu mafhum bahwa hewan dalam kehidupan sehari-hari sepanjang hidupnya hanyalah berusaha untuk mempertahankan eksistensinya. Tidak peduli bagaimana caranya. Maka, sejak pagi hingga malam aktifitas hewan terbatas pada mencari kepuasan dalam makan, minum dan "kawin".

Kehidupan hewan kosong dari nilai, moralitas, apalagi keteraturan. Yang berlaku adalah hukum rimba, siapa kuat dia berkuasa. Obsesi hewan hanyalah mengikuti nafsunya. Ketika kita, manusia, berperilaku seperti hewan, yakni hanya mengejar keinginan nafsu dan syahwat semata, berarti kita telah menempatkan diri kita pada posisi yang sederajat dengan hewan.

Puasa melatih kita untuk dapat mengendalikan nafsu dan syahwat, karena hidup bukan sekedar makan minum ataupun melampiaskan syahwat. Puasa mengajarkan kepada kita untuk taat kepada Allah yang didasari keikhlasan.

Ikhlas dapat diraih ketika hati kita terbebas dari nafsu. Karena sesungguhnya, nafsu akan menggiring manusia kepada kehancuran dan kehinaan. Kemampuan dalam mengendalikan nafsu inilah yang akan menempatkan kita dalam derajat yang mulia.

Meskipun dalam beberapa hal kita memiliki kesamaan sifat dengan hewan, kita harus menyadari bahwa Allah SWT telah menganugerahkan hati dan akal kepada umat manusia.

Dengan hati, akan timbul kelembutan dan kasih sayang kepada sesama makhluk. Sedangkan akal akan menuntun kita untuk memilih yang terbaik. Hati dan akal ini akan dilatih dan diasah kemampuannya melalui ibadah puasa.

Dengan menjalankan puasa, kita diajarkan merasakan betapa beratnya orang yang mengalami kelaparan dalam waktu yang tidak sebentar. Kita menjadi tahu bagaimana orang miskin mempertahankan hidupnya. Dengan demikian, ibadah puasa akan melahirkan keinginan dan kemampuan berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan. Inilah yang menjadi kemuliaan umat manusia.

Wallahu A'lam.

Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren Pagelaran III Subang & Ketua FPPU Kab. Subang.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads