Selubung Misteri sang Mekanik Jerman Ludwig Hogel di Sukabumi

Lorong Waktu

Selubung Misteri sang Mekanik Jerman Ludwig Hogel di Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Sabtu, 16 Mar 2024 13:33 WIB
Ludwig Hogel dan sang istri Pauline.
Ludwig Hogel dan sang istri Pauline. (Foto: https://www.van-imhoff.com/ludwig-hoegel/)
Sukabumi -

Film Titanic mengungkap sejarah kelam dunia pelayaran berlatar kisah nyata yang digarap secara kolosal. Namun ada kisah nyata lainnya yang berlatar sama, yakni tenggelamnya kapal Kapal Van Imhoff pada 19 Januari 1942.

Seorang mekanik bernama Ludwig Hogel berada di kapal tersebut. Status Ludwig masih belum diketahui, pria yang juga berprofesi sebagai mekanik itu entah tewas atau hilang, karena jasadnya hingg kini tidak ditemukan saat kapal Van Imhoff tenggelam di Samudera Hindia.

Menyitat dari halaman daring berbahasa Belanda, https://www.bnnvara.nl/imhoff/slachtoffers, dalam laman itu ditulis Van Imhoff berangkat dari Sibolga pada tanggal 18 Januari 1942 dengan jumlah penumpang dan awak kapal 477 orang dan tenggelam pada 19 Januari 1942.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nama Ludwig Hogel tercatat sebagai salah seorang penumpang. Namanya tertulis sebagai korban hilang di urutan 73 Högel, Ludwig, ia ditulis berasal dari Jawa. Masih dari laman tersebut, ditulis sebanyak 68 orang berhasil diselamatkan dan 415 orang hilang.

Catatan sejarah menulis, Ludwig Hogel ternyata pernah berada di Sukabumi. Ia diketahui pernah beberapa kali bekerja di perusahaan pelayaran Jerman, Norddeutscher Lloyd. Namun, di tengah perjalanan, Perang Dunia I pecah dan kapten kapal harus mengalihkan arah menuju daerah netral. Akhirnya, kapal berlabuh di pelabuhan Tjilatjap dan awak kapal terpaksa terdampar serta harus tinggal di sana selama perang.

ADVERTISEMENT

"Di tahun-tahun perang tersebut, Ludwig membangun hidup baru di Hindia Belanda dan memutuskan untuk tinggal, bersama dengan beberapa teman Jerman lainnya. Hingga tahun 1922, ia bekerja sebagai asisten karyawan di sebuah perusahaan di pantai barat Sumatera," kata Rangga Suria Danuningrat pegiat sejarah dari Soekaboemi History, Jumat (15/3/2024).

Kisah kehidupan Ludwig di Sukabumi bermula pada tahun 1923. Ia bekerja sebagai ahli mesin di sebuah perkebunan teh di Sukabumi. Ia menikahi perempuan Belanda bernama Pauline Caroline van der Leij.

"Dia bekerja sebagai ahli mesin di perkebunan teh Parakansalak Di sana, dia menikah dengan Pauline Caroline van der Leij pada tanggal 25 Desember 1925. Hasil pernikahan itu mereka dikaruniai tujuh anak mereka bernama Anna Carolina, Margarete (Margreet), Carl, Maria, Ernst, Friedrich (Frits), dan Lulu, dalam rentang tahun 1926 hingga 1939," kisah Rangga yang mengutip dari beberapa sumber narasi sejarah.

Memulai Bisnis di Sukabumi

Jenuh bekerja, Ludwig kemudian mengembangkan bakatnya sebagai mekanik. Pada tahun 1933 ia membuka bisnis sendiri sesuai keahliannya. Ia mendirikan pabrik yang merancang mesin untuk perkebunan teh.

"Ludwig mendirikan pabrik yang merancang dan memproduksi mesin-mesin untuk perkebunan teh. Bisnis ini berkembang pesat, sehingga Ludwig membangun pabrik yang lebih besar di Tjipoho (sekarang di Jalan Palabuhan II), Soekaboemi, yang ia namai n.v. Technische Industrie L," kata Rangga.

"Hogel di mana kemudian perusahaan bernama Borneo Sumatra Handelmaatschappij mau berinvestasi dalam bisnis Ludwig dan memiliki kepentingan finansial dalam perdagangan dengan perusahaan tersebut. Selain mesin-mesin untuk perkebunan teh, mereka juga merancang mesin-mesin untuk perkebunan karet, serta menyediakan suku cadang dan layanan perbaikan," sambungnya.

Pada 1 Agustus 1939, bisnis ini kemudian resmi beroperasi, dan keluarga Ludwig tinggal dekat dengan pabrik tersebut. Namun, saat baru memasuki tahap awal, Jerman menyerbu Belanda pada 10 Mei 1940 dan dilakukan penahanan terhadap semua pria dengan kewarganegaraan Jerman yang berusia 17 tahun ke atas.

Awal Kehancuran Bisnis Ludwig

Ludwig yang memang berdarah asli Jerman ikut dalam penahanan itu, ia segera berstatus sebagai penghuni interniran atau kamp konsentrasi. Operasi dengan kode 'Berlin'.

"Kepala polisi, seorang teman dari keluarga Hogel, datang ke rumah Ludwig dan memintanya untuk mengemas barang dan ikut dengannya. Penahanannya berpindah, pertama di Pulau Onrust dan kemudian dipindahkan penahannanya ke Lawé Sigala-Gala di Sumatera. Seketika karir bisnisnya hancur disita oleh pemerintah," ujar Rangga.

Pada tanggal 18 Mei 1940, mitra bisnis Ludwig, Borneo Sumatra Handel Maatschappij, mengajukan proposal kepada Komisi Hubungan Hukum dalam Waktu Perang untuk mengambil alih bisnis tersebut. Karena belum semua investasi terbayar, usulan ini akan didanai dengan modal Ludwig.

Dikabarkan Hilang Tenggelam di Samudera Hindia

Ludwig tidak pernah kembali, pada tanggal 19 Januari 1942, di usia 48 tahun, ia dikabarkan hilang bahkan tewas dalam tenggelamnya kapal Van Imhoff.

"Saat itu, putri bungsunya, Lulu, belum genap berusia setengah tahun dan ayahnya tiba-tiba menghilang dari kehidupannya dimana kemudian ada surat yang dikirimkan kepada ayahnya di kamp, dan ia mendapatkan foto dari kedua anak bungsunya, Frits dan Lulu. Putra mereka yang berusia lima tahun, Ernst, juga mengalami kesulitan karena kehilangan ayahnya," tutur Rangga.

"Bahkan Margreet, anak perempuan Ludwig, merasakan dampak peristiwa dramatis ini. Ia mengumpulkan informasi tentang bencana tersebut dan membuat album keluarga yang berisi kenangan tentang ayahnya, leluhurnya, dan keluarga Hogel," pungkas Rangga menambahkan.

Sementara itu, dari situs yang juga berbahasa Belanda www.van-imhoff.com, situs ini membahas secara mendalam soal tenggelamnya kapal Van Imhoff. Bahkan tidak sedikit investigasi dilakukan untuk mengungkap kapal tersebut.

"Investigasi Van Imhoff berkaitan dengan bencana kapal Van Imhoff pada tanggal 19 Januari 1942, yang menewaskan lebih dari 400 warga sipil Jerman di Samudera Hindia. Penelitian ini meliputi interniran orang-orang keturunan Jerman dan Austria di Hindia Belanda sejak 10 Mei 1940, musibah kapal tanggal 19 Januari 1942 dan akibat peristiwa tersebut, juga (berdampak) terhadap sanak saudaranya," kutip detikJabar dari situs tersebut yang diterjemahkan menggunakan aplikasi terjemahan Google Translate.




(sya/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads