Mondok di Ponpes Bandung Ini Wajib Pakai Bahasa Inggris dan Arab

Mondok di Ponpes Bandung Ini Wajib Pakai Bahasa Inggris dan Arab

Yuga Hassani - detikJabar
Kamis, 14 Mar 2024 10:30 WIB
Suasana Pondok Pesantren Jawahirul Umam.
Suasana Pondok Pesantren Jawahirul Umam. (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Bandung -

Lantunan ayat suci terus terdengar dibacakan oleh para santri Pondok Pesantren Jawahirul Umam. Mereka dengan fokus membaca ayat demi ayat tanpa ada yang terlewat.

Ponpes tersebut berada di Komplek Pilar Biru, Desa Cibiru Hilir, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Kemudian di dalamnya terdapat beberapa ruangan terbuka hingga satu mushola untuk mereka beribadah dan berkumpul.

Suasana sejuk terasa ketika berada di ponpes tersebut. Pasalnya di ponpes tersebut terdapat area terbuka yang dilengkapi sebuah gazebo. Kemudian pada area belakang terdapat beberapa kamar untuk santri tersebut bermukim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Santri tersebut nampak tengah membereskan setiap kamar-kamarnya untuk dihias. Pasalnya pada bulan Ramadan terdapat perlombaan dari ponpes tersebut untuk kamar yang dihias semenarik mungkin.

Yang unik dalam ponpes tersebut adalah gaya komunikasi dari setiap santrinya. Mereka selalu menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Arab. Bahkan tidak terdengar sedikit pun bahasa Indonesia atau bahasa Sunda ketika berada di ponpes tersebut.

ADVERTISEMENT

Pimpinan sekaligus pendiri Ponpes Jawahirul Umam, Bangbang Abdul Gani mengatakan ponpes tersebut menggunakan kurikulum KMI (Kulliyatul Mu'alimat Al-Islamiyah). Kata dia, kurikulum KMI itu adalah yang terintegrasi dengan pendidikan pesantren.

"Semua kurikulumnya itu terintegrasi antara intra yang ada di dalam kelas, dan ekstra yang ada di luar kelas. Kemudian kokulikuler yang menunjang itu semua, contohnya dari ibadahnya, bahasanya, kesehariannya, disiplinnya, itu saling berkaitan," ujar Bangbang, saat ditemui detikJabar, Rabu (13/3/2024).

Suasana Pondok Pesantren Jawahirul Umam.Suasana Pondok Pesantren Jawahirul Umam. Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Bangbang menceritakan bagaimana kurikulum tersebut digunakan saat dirinya nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor. Makanya dirinya memutuskan mengadopsi kurikulum tersebut di ponpes yang didirikannya saat ini.

"Pesantren Jawahirul Umam ini berdiri pada 15 Juni 2021. Diawali dengan adanya santri yang mukim, kami anggap itu sebagai berdirinya pesantren. Karena kegiatannya, pengajaran di kelas, maupun di luar kelas baru dimulai," katanya.

Pihaknya menyebutkan kulikuler KMI dilakukan selama enam tahun untuk kelas reguler yang lulusan SD. Kemudian dirinya juga membuka program intensif untuk lulusan SMP selama 4 tahun.

"Enam dan empat tahun ini ditambah dengan program pengabdian selama satu tahun. Jadi program pendidikannya 6 tahun dan 4 tahun, nanti ada program pengabdian selama satu tahun yaitu bersifat wajib," jelasnya.

"Jadi 6 tahun dan 4 tahun ini tidak bisa dipisah. Anak SD masuk ke sini, selesai 6 tahun sudah siap untuk melaksanakan perkuliahan," tambahnya.

Dalam kesehariannya ponpes tersebut menerapkan dua bahasa, yakni bahasa Arab dan bahasa Inggris. Kata dia, pemahaman bahasa telah masuk dalam kokulikuler atau kulikuler pendukung.

"Jadi di pelajaran kelas 2 KMI itu hampir mayoritas menggunakan bahasa arab. Dari tauhidnya, fiqihnya, tajwidnya, maka anak itu dipaksa dan dibiasakan untuk berbahasa Arab setiap hari. Karena basicnya bahasa Arab itu ada di kelas 1 KMI," tegasnya.

Suasana Pondok Pesantren Jawahirul Umam.Suasana Pondok Pesantren Jawahirul Umam. Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Santri tersebut selama enam bulan fokus mempelajari bahasa Arab. Kemudian setelah memasuki kelas dua langsung disisipkan bahasa inggris.

"Kalau kelas 2 itu sudah mulai 2 minggu berbahasa Arab, 2 minggu berbahasa Arab. Disiplin itu wajib, bagi siapapun dan dimanapun," bebernya.

Dia menambahkan bagi santri yang melanggar bahasa tersebut akan diberikan sanksi. Menurutnya sanksi yang diberikan adalah dengan diberikan kembali hafalan kosa kata bahasa Arab atau Inggris yang terbaru.

"Diharapkan hukuman ini bukan hanya memberikan efek jera, tetapi juga memberikan pendidikan kebahasaan yang baru linguistik kepada anak-anak," jelasnya.

Program Ramadan kali ini adalah memfokuskan para santrinya untuk menghafal Al-Qur'an. Hal tersebut dilakukan saat selepas salat subuh dan setelah salat isya.

"Harapannya mereka selalu dekat dan ingat Al-Qur'an," tuturnya.

Kemudian ada juga lomba festival rRmadan. Dari cerdas cermas, menghias kamar, estafet sarung, memanah, kaligrafi, nasyid, hingga dai.

"Alhamdulillah kita ada sebanyak 31 santri mukim. Kemudian santri yang tidak mukim sebanyak 47 santri, totalnya ada 78 santri," pungkasnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads