Bagi sebagian orang, objek wisata menjadi salah satu ladang penghasilan. Termasuk wisata Pantai Tirtamaya di Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu.
Siang itu, seorang pria paruh baya terlihat sibuk di antara tumpukan tikar anyam. Sesekali, tampak menyambut pengunjung yang baru saja tiba di pantai legendaris Tirtamaya.
Fajar namanya, pria berusia 47 tahun itu berasal dari Desa Juntikedokan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Fajar mengaku sudah menjadikan Pantai Tirtamaya sebagai ladang cuan. Berbagai cara sudah ia jajaki dari menjadi tukang asongan, fotografer hingga kini ia menjual jasa sewa tikar kepada pengunjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di sini dari kecil umur 12 tahunan. Awalnya bantu orang tua jual asongan di sekitar pantai ini," kata Fajar kepada detikJabar, belum lama ini.
Waktu dirasakan Fajar begitu cepat, bahkan setelah ia menginjak usia remaja, Fajar mulai mengasah kemampuannya di bidang fotografi. Apalagi, zaman itu dunia foto belum begitu ramai. Sehingga, bergabung dengan beberapa rekan lainnya menjual jasa foto.
Menjadi fotografer bagi para pengunjung pantai ditekuninya hampir selama 7 tahun. Namun, pada 1998 ia berhenti karena selain banyaknya persaingan juga seiring minat jasa foto yang menurun.
Kala itu, Fajar menggunakan kamera kodak polaroid otomatis saat mengabadikan momen setiap pelanggan yang datang.
"Terus tahun 1991 mulai terjun jadi fotografer. Dari seribu sampai naik Rp 3000 sampai Rp 30 ribu berhenti di tahun 1998," katanya.
Diakui Fajar, selain Pantai Tirtamaya, ia juga sering bekerja di tempat lain, mulai jadi nelayan hingga kuli bangunan. Namun, setelah selesai ia tetap kembali menyambung hidup di pantai legendaris tersebut.
Selama puluhan tahun bekerja di tempat wisata, Fajar mengalami masa sulit hingga bahagia apalagi ketika momen liburan yang memang ramai pengunjung.
Bahkan, dari jasa fotografi, Fajar menemukan jodohnya. Diceritakannya, saat itu perempuan yang kini menjadi ibu dari empat anaknya itu sedang liburan ke Tirtamaya.
"Bahkan sampai kenal sama istri dari saya jadi tukang foto. Waktu itu dia jalan-jalan sama keluarga. Terus kenalan. Kalau komunikasi ya pakai surat. Itu pun lama nunggunya sebulan," singkat Fajar ceritakan kisah romantisnya.
Sejak saat itu, Fajar mengaku semakin semangat bekerja demi menafkahi istri dan anaknya. Bahkan sesekali ia berburu menjadi kuli bangunan agar bisa menambah penghasilan.
Tidak terasa, anaknya mulai tumbuh dewasa. Sehingga, ia pun lebih ringan untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil.
"Kalau yang pertama (anak) sudah kerja. Anak kedua sudah nikah, nah tinggal dua yang ada sama ibunya," ujarnya.
Setelah memiliki tempat tinggal yang tetap. Kini Fajar kembali ke area Pantai Tirtamaya. Berbekal 30 tikar yang dimilikinya, Fajar rutin menyambut setiap pengunjung untuk menawarkan jasa sewa tikar.
Untuk satu tikar, Fajar biasa menawarkan sewa sekitar Rp10 ribu hingga Rp15 ribu saja. Hal itu pun sering terjadi tawar-menawar.
"Hari biasa tidak menentu sih kadang 30 kadang 50 kadang gak dapat, cuma hari Minggu pasti dapat kadang bisa nyampe 100 ribu. Itu kalau gak dapat sama sekali di musim hujan," ungkapnya.
Fajar mengaku menjadi penjual jasa sewa pun harus tetap bersaing. Namun, seringnya ketika sepi pengunjung, Fajar hanya seorang diri yang menawarkan jasa sewa tikar tersebut.