PVMB Ungkap Kawasan Rongga Masuk Zona Menengah-Tinggi Pergerakan Tanah

PVMB Ungkap Kawasan Rongga Masuk Zona Menengah-Tinggi Pergerakan Tanah

Wisma Putra - detikJabar
Jumat, 01 Mar 2024 11:45 WIB
Area pergerakan tanah di permukiman warga di Kampung Cigombong, Rongga, Bandung Barat.
Area pergerakan tanah di permukiman warga di Kampung Cigombong, Rongga, Bandung Barat (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar).
Bandung -

Bencana alam pergerakan tanah terjadi di Kampung Cigombong, Kecamatan Rongga, Bandung Barat, Senin (19/3/2024). Akibat kejadian tersebut 192 jiwa terpaksa mengungsi ke tempat lebih aman.

Berdasarkan analisis yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, kawasan Rongga memang termasuk zona menengah hingga tinggi potenis terjadinya pegerakan tanah. Pada zona ini berpotensi terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Hal itu sesuai dengan hasil temuan PVMBG saat awal terjadinya gerakan tanah pada Minggu (18/2/2024). Gerakan tanah terjadi usai hujan dengan intensitas tinggi dan lama mengguyur kawasan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa rayapan yang merupakan jenis gerakan tanah tipe lambat. Gerakan tanah ini dicirikan dengan ditemukannya retakan, nendatan dan amblasan pada permukaan tanah," ucap Plt Kepala Badan Geologi M Wafid dalam keterangan tertulisnya, Jumat (1/3/2024).

Dampak dari pergerakan tanah ini, satu rumah rusak berat, enam rumah rusak ringan, 32 rumah terancam dan satu Fasilitas Umum yakni SDN Babakan Talang 1 dinding dan lantainya retak-retak hingga roboh serta halaman sekolah mengalami amblas Β± 20 cm.

ADVERTISEMENT

"Berdasarkan analisis dari data sekunder yang tersedia di badan geologi, secara umum lokasi bencana merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng landai sampai curam. Ketinggian lokasi gerakan tanah berada di 990 meter di atas permukaan laut," terang Wafid.

Wafid mengungkapkan, melihat pada Peta Geologi Lembar Sindangbarat Bandarbaru, Jawa (M. Koesmono, Kusnama, N. Suwarna, 1996), daerah bencana tersusun oleh Formasi Cimandiri (Tmc) yang terdiri dari perselingan batulempung, batulanau dan batupasir, setempat gampingan dan setempat meliputi endapan lahar yang tersusun dari tuf, breksi andesit dan breksi tuf.

Selain itu, berdasarkan peta prakiraan terjadi gerakan tanah di Bandung Barat, PVMBG, bulan Februari 2024, Kecamatan Rongga termasuk dalam zona potensi gerakan tanah menengah-tinggi.

Artinya daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

"Faktor penyebab terjadinya tanah longsor diperkirakan karena kemiringan lereng yang curam, bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan batuan yang bersifat lebih kedap dan berfungsi sebagai bidang gelincir dan curah hujan yang tinggi sebelum dan pada saat terjadinya bencana," tuturnya.

PVMBG mengingatkan, saat ini curah hujan yang masih tinggi maka sebagai langkah antisipasi potensi longsoran susulan maka direkomendasikan warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi untuk tetap waspada apabila terjadi hujan yang berlangsung lama karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan.

PVMBG juga meminta masyarakat disekitar lokasi bencana atau bahaya sebaiknya diungsikan dulu ke tempat yang lebih aman. Warga, aparat maupun tim yang bertugas untuk evakuasi harus mengantisipasi potensi longsoran susulan dan aliran bahan rombakan mengingat daerah tersebut masih rawan longsor serta material longsoran di kaki gunung masih banyak terutama jika turuh hujan.

"Apabila gerakan tanah terus berkembang, maka bangunan yang rusak dan terancam di daerah tersebut perlu direlokasi ke lokasi yang aman," tuturnya.

"Saluran air permukaan segera dibenahi agar lebih kedap air dan mampu menampung air jika debit air meningkat saat hujan. Tidak melakukan pengembangan pemukiman pada area terdampak pergerakan tanah," terangnya.

Wafid juga meminta, warga tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan lereng, tidak mencetak kolam baru di area longsoran untuk mengurangi penjenuhan lereng dan tidak melakukan penebangan pohon-pohon besar dengan sembarangan.

"Jika muncul retakan di sekitar lereng tersebut agar segera ditutup dengan tanah dan dipadatkan untuk mengurangi peresapan air ke dalam tanah serta mengarahkan aliran air menjauh dari retakan," ucapnya.

Dia juga meminta masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan selalu mengikuti arahan dari aparat pemerintah setempat dan BPBD. "Tim Tanggap Darurat Badan Geologi dari Tim kerja gerakan tanah akan dikirim ke lokasi bencana untuk menganalisis potensi longsor susulan," pungkasnya.

(wip/mso)


Hide Ads