Cara curang masih dilakukan oknum pedagang untuk meraup keuntungan. Hal tersebut dilakukan oleh oknum perajin gula kelapa di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Kelakuan curang penjual gula kelapa ini bikin geger. Bagaimana tidak, untuk menambah berat timbangan penjual ini mengisi bata merah ke dalam balutan gula. Kejadian ini terungkap setelah videonya viral di media sosial (medsos).
Dari informasi yang didapatkan, kejadian ini terjadi di Kampung Lebak Sarom, Desa/Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi dan sudah mendapat perhatian dari aparat pemerintahan setempat hingga kepolisian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video yang beredar, terlihat gula kelapa berserakan. Perekam sengaja memperlihatkan satu persatu kondisi bata merah yang seolah sengaja dibalut menggunakan gula kelapa tersebut.
"Perbuatan jelema bangsa kieu, mentak kabina-bina. Buktina kieu tah. Di Oploskeun, buktina kapanggih ayeunamah (Perbuatan orang sampai seperti ini, keterlaluan. Buktinya begini, dioplos buktinya dapat sekarang)," suara laki-laki perekam video seperti dilihat detikJabar, Rabu (21/2).
Sesekali perekam video memperlihatkan tiap gula kelapa yang ada. Di dalam gula terlihat potongan bata merah. Benda itu sebelumnya berada di dalam balutan gula kelapa.
Camat Tegalbuleud Supendi mengatakan kasus ini sudah dalam proses penyelidikan pihak kepolisian.
"Saat ini sedang diselidiki oleh kepolisian, Forum Komunikasi Kecamatan sudah ke sana namun hari ini kita ke sana lagi kita akan korek keterangan dan ingin tahu sejauh mana sebenarnya peristiwa itu," kata Supendi kepada detikJabar.
Dia mengungkapkan, kawasan Kampung Lebak Sarom memang dikenal sebagai sentra perajin gula kelapa. Menurutnya yang ada di dalam video merugikan perajin yang lain.
"Kampung itu memang sentra gula dari kelapa, memang kawasan di sana banyak perajinnya. Perbuatan oknum itu berimbas kepada yang lain," ujar Supendi.
Supendi mengatakan, untuk alur produksi gula kelapa dari perajin kemudian dijual ke pengepul. Setelah itu, pengepul menjual gula kelapa itu ke pabrik-pabrik.
"Itu biasanya ada pengepul, dari pengepul ditarik ke pabrik jadi bukan untuk konsumsi masyarakat karena masyarakat di sana justru menggunakan gula kawung atau gula aren. Gula kelapa jarang dikonsumsi masyarakat hanya dijual, karena ada tengkulak dari sana ke pabrik," ungkapnya.
Terpisah, Bhabinkamtibmas Polsek Tegalbuleud Aipda Catur Widiantoro membenarkan kabar tersebut. Pihaknya akan kembali ke lokasi untuk mengecek kabar tersebut.
"Hari ini kami akan kembali ke lokasi, untuk mengecek kabar tersebut bersama Forkopimcam," ucapnya.
Sementara itu Kades Tegalbuleud Ramdan Arif Firmansyah mengungkap peristiwa itu ternyata merupakan akal-akalan oknum perajin gula. Ramdan memastikan hal serupa tidak akan terjadi kembali dan membuat jera para oknum perajin nakal.
"Diberikan bata merah itu untuk menambah berat timbangan, untuk harga memang tergantung cetakan. Kalau satu biasanya 5 kilogram jadi lebih berat timbangannnya. Kadang satu kilogram itu Rp 10 ribu, kadang Rp 15 ribu. Kalau sebelum puasa naik lagi harganya," kata Ramdan.
Menurut Ramdan ulah nakal tersebut sudah sering dilakukan oleh oknum perajin gula. Namun untuk kasus terakhir ini terekam kamera warganet dan viral di media sosial.
"Kejadian itu sering, bahkan pernah diisi pakai batu baterai, supaya memperberat timbangan. Aparat desa dan kecamatan juga kepolisian mau ngecek hari ini. Sebelumnya sering ada, tapi nggak sampai ke media sosial, merugikan petani lain," tuturnya.
Ramdan menjelaskan kondisi perkampungan memang sentra pembuatan gula kelapa dan gula aren. Di lokasi memang tumbuh pohon kelapa dan pohon aren, petani menyadap kemudian dibuat oleh perajin dan dijual ke borsom atau pengepul.
"Kampung itu memang kawasan kebun kelapa sampai ke wilayah Puncak Jengkol. Jadi itu petani, penyadap lalu dijual ke borsom. Borsom ini memberikan modal ke petani, setornya ke borsom," ungkap dia.
Terkait peristiwa yang viral, Ramdan telah mendapat kabar bahwa peristiwa itu bakal diselesaikan kekeluargaan antara pihak borsom dan petani perajin.
"Sebenarnya belum tahu jelas, karena kan memang baru kemarin, kabarnya secara kekeluargaan mau diganti dengan gula lagi. Borsom, atau pengepul dengan penjualnya petani mau diganti katanya," pungkasnya.
(wip/dir)