Kenaikan harga beras yang terjadi dalam beberapa hari terakhir cukup membuat warga tak mampu kelimpungan. Setidaknya hal itu dialami oleh Jojoh (67) warga Desa Langkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.
Janda lansia ini mengaku kelabakan menghadapi kenaikan harga beras yang mencapai Rp 17 ribu per kilogram. Apalagi dirinya mengaku tak berpenghasilan tetap.
"Beli satu kilo, satu kilo saja, kadang setengah kilo. Biasa Rp 13 ribu sekarang naik Rp 17 ribu, duit dari mana atuh orang seperti saya," kata Jojoh di lapang Kecamatan Manonjaya, Jumat (23/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesedihan Jojoh semakin menjadi-jadi ketika sebelum Pemilu lalu dia ternyata tak masuk dalam penerima beras Bansos.
"Sedih saya nggak kebagian beras Bansos, malah orang-orang kaya yang dapat, padahal saya punya PKH (program keluarga harapan)," kata Jojoh.
Beruntung beberapa hari lalu uang bantuan PKH cair sehingga dia bisa belanja beras di kegiatan pasar murah di lapang Alun-alun Manonjaya. "Lumayan lebih murah, harga beras Rp 53 ribu dapat 5 kilogram, beli telor setengah kilo," kata Jojoh.
Dia mengaku harus berhemat dan mengutamakan persediaan pangan di rumahnya apalagi sebentar lagi bulan Ramadan. "Sebentar lagi bulan puasa, setidaknya beras harus punya," kata Jojoh.
Jojoh sempat berbagi kisah keluarganya, 15 tahun lalu suaminya meninggal. Dia kemudian harus berjuang sendiri membesarkan kedua anaknya. "Yang sulung perempuan sudah menikah tinggal di Cianjur, biasanya dia yang suka membantu. Tapi sejak terkena musibah gempa, dia juga sedang kesulitan," kata Jojoh.
Sementara anak bungsunya saat ini sudah bekerja dan menemaninya di rumah. Namun penghasilannya belum stabil.
"Yang bungsu memang sudah kerja, tapi untuk kebutuhannya sendiri pun masih kurang. Tapi tidak apa-apa, yang penting dia sayang dan mau menemani saya di rumah," kata Jojoh.
Direktur Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional, Maino Dwi Hartono mengatakan pihaknya menargetkan harga beras yang tinggi bisa turun dalam beberapa bulan ke depan. Hal itu seiring datangnya masa panen raya padi di sejumlah daerah.
"Terkait harga beras kita harus melihatnya secara utuh, tidak hanya di hilir harga tinggi. Tapi di hulu juga kita lihat, April, Mei, Juni nanti baru masuk masa panen raya. Sehingga harapannya April harga beras di pasaran bisa terkoreksi dengan sendirinya karena suplainya banyak," kata Maino.
Maino meminta masyarakat tidak melakukan aksi borong atau panic buying. Dia memastikan pemerintah punya stok beras yang cukup. Panic buying menurut Maino justru akan semakin memicu kenaikan harga. "Masyarakat jangan panic buying, stok beras nasional aman. Kita punya 1,4 juta ton beras," kata Maino.
Dia menambahkan gerakan pangan murah atau pasar murah sembako ini juga bagian upaya untuk membantu masyarakat akibat harga beras mahal. Selain itu pihaknya juga sudah menyalurkan bantuan beras kepada 22 keluarga penerima manfaat pada periode Januari - Maret 2024.
"Selain gerakan pangan murah, kami juga menyalurkan bantuan pangan beras, dari Badan Pangan Nasional kepada 22 juta KPM periode Januari sampai Maret," kata Maino.
Pembina Yayasan Srikandi Pujo Pertiwi yang menginisiasi kegiatan pasar murah ini, Iwan Saputra mengapresiasi upaya pemerintah menekan harga beras dengan operasi pasar murah. "Ini akan kita perluas, titiknya ditambah lagi. Kami bangga dengan dukungan pemerintah baik itu Bapanas, Bulog dan lainnya yang telah menghelat acara ini," kata Iwan.
Selisih harga yang cukup besar dari harga pasaran membuat antusiasme masyarakat untuk belanja sangat tinggi. Dalam waktu 4 jam, beras sebanyak 10 ton ludes terjual. "Kita sediakan 10 ton beras, habis, masyarakat antusias dan Alhamdulillah berjalan tertib, antrean rapi tak sampai berdesakan," kata Iwan.