Selepas salat zuhur di Masjid Al-Ukhuwwah, Kota Bandung, ratusan jemaah berjalan menuju pintu keluar dan menuju trotoar di yang ada Jalan Wastukencana.
Seorang remaja pria, yang mengenakan baju polos dengan celana panjang seragam SMA berwarna abu berdiri di trotoar jalan itu untuk menawarkan permen jahe kepada jemaah yang keluar dari masjid tersebut.
Satu persatu jemaah yang keluar ditawari permen jahe oleh remaja tersebut. Permen jahe itu disimpannya di dalam boks berwarna cokelat muda bertuliskan 'PERMEN JAHE RP 2.000'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak semua jemaah yang ditawari remaja itu, membeli permen jahe yang dijualnya. Meski mendapatkan penolakan, remaja itu tetap melemparkan senyum kepada siapa saja yang sebelumnya ditawari permen jahe yang dijualnya.
Remaja pria penjual permen jahe itu bernama Adi Ardiansyah, detikJabar berkesempatan berbincang dengan Adi yang merupakan warga Cibarengkok Sukajadi. Kepada detikJabar, Adi mengatakan jika dia berjualan sepulang Sekolah.
"Sekolah di SMA Terbuka di SMA 4 Gardujati, sekarang kelas 10," kata Adi kepada detikJabar, Senin (19/2/2024).
Adi berujar, dia lahir dari keluarga sederhana yang nasibnya tidak seberuntung anak sebayanya. Saat duduk di sekolah dasar Adi bersekolah di SDN Luginasari, namun karena keterbatasan biaya saat memasuki jenjang SMP, Adi ikut jenjang persamaan atau paket B.
Bahkan, Adi juga harus masuk SMA Terbuka, karena di satu sisi selain ingin melanjutkan pendidikannya dia juga harus bekerja.
"Sekolah tidak tiap hari, seminggu paling 3 hari, tergantung kebijakan sekolah," ujarnya.
Semangat Adi patut dicontoh, karena selain sekolah dia juga mengaku tetap semangat untuk berjualan permen jahe butan saudaranya di Sukajadi.
"Permen dari saudara, ambil untung Rp 800. Alhamdulillah sehari bisa jual kurang lebih 50 bungkus," tuturnya.
Adi yang saat ini tinggal bersama ibu, kakak dan adiknya di Sukajadi menyebut, jika penghasilannya itu digunakan untuk biaya sekolah dan memberi sebagian penghasilannya kepada sang ibu.
"Jualan untuk biaya sekolah, sehari bisa dapat Rp 50-80 ribu. Jualan permen sama tisu, ada saja sampai Rp 80 ribu," tuturnya.
Ingin Kuliah di Jurusan Pariwisata
Adi mengisahkan, setiap hari dia harus berjalan kaki dan menyusuri jalanan Kota Bandung demi permen jahe yang dijualnya habis. Kerja kerasnya yang dilakukan Adi semata-mata ingin menggapai cita-citanya berkuliah di jurusan Parawisata.
"Keliling daerah sini aja, BIP, Sultan Agung atau di lampu merah. Setiap hari jalan kaki, kalau pulang aja pakai angkot," tuturnya.
"Cita-cita jadi tour guide, pemandu pariwisata," ucap Adi.
Menurut Adi, jika memiliki biaya dan ada rezekinya dia ingin berkuliah jurusan Pariwisata. Selain itu, dia juga ingin menyenangkan orang tua jika menjadi sarjana dan menyekolahkan adik-adiknya kelak.
"Kalau ada rezeki kuliah ambil pariwisata, jadi ingin melacarkan publik speaking, udah jualan belajar," ujarnya.
"Kalau saya pulangnya jam 12 an. Kalau yang reguler bisa setengah 4 sore, belajarnya sambil jualan, atau sepulang jualan, mudah-mudahan cita-cita saya terwujud," pungkasnya.
(wip/sud)