Manuver Soekarno Hadapi Rencana Berdirinya Negara Pasundan di Garut

Jejak Soekarno di Garut

Manuver Soekarno Hadapi Rencana Berdirinya Negara Pasundan di Garut

Hakim Ghani - detikJabar
Jumat, 09 Feb 2024 20:00 WIB
Kolase Suria Kartalegawa dan Soekarno
Kolase Suria Kartalegawa dan Soekarno (Foto: Istimewa/visualisasi Hakim Ghani)
Garut -

Momen kedua kunjungan Presiden Soekarno ke Garut di masa pasca kemerdekaan, terjadi pada tahun 1947. Saat itu, Soekarno datang ke Garut di tengah bergeloranya upaya untuk mendirikan Negara Pasundan, oleh mantan Bupati Garut, Uca.

Dalam kunjungannya kali ini, Soekarno diketahui didampingi oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta dan beberapa pihak lain. Soekarno dan Hatta, dilaporkan berada di Garut dalam beberapa hari.

Kunjungan kerja Soekarno-Hatta ke Garut ini, diabadikan dalam sebuah foto ikonik yang dirilis oleh pemerintah melalui website Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dengan judul 'Pres. Soekarno & Wkl. Pres. Drs. Moh. Hatta dalam rangka kunjungan beliau di Garut (Jabar), tgl 19 s/d 26 Mei 1947 menyambut baik pernyataan kesetiaan rakyat Pasundan di Yogyakarta, Mei 1947'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukti ini, diperkuat dengan sebuah artikel yang dirilis koran Belanda, Heerenveense Koerier pada tanggal 23 Mei 1947. Dalam laporannya, Heerenveense Koerier menyebut Soekarno dan Hatta berpidato di depan massa.

"Melaporkan dari Garoet bahwa ketika Soekarno menyelesaikan pidatonya di Garoet, puluhan ribu orang bersorak-sorai yang berlangsung selama lima belas menit. Hatta, Sjarifoeddin, Blokzijl dan Vijlbrief turut angkat bicara," tulis koran tersebut dalam bahasa Belanda. Diakses detikJabar dari laman delpher.nl.

ADVERTISEMENT
Foto Soekarno-HattaFoto Soekarno-Hatta Foto: (Dok Perpusnas)

Dijelaskan dalam laporan tersebut, sempat terjadi aksi bersorak-sorai, yang dilakukan oleh puluhan ribu massa yang hadir. Di tempat berlangsungnya acara, yang diyakini berlangsung di sekitaran Alun-alun Garut.

Setelah dilaksanakannya pertemuan tersebut, Soekarno dikabarkan menemui ibu Kartalegawa. Soekarno menyatakan, dirinya tidak membenci Kartalegawa, maupun keluarganya.

"Usai pertemuan, Soekarno menerima ibu Kartalegawa yang berusia 66 tahun. Terhadap pertanyaan yang relevan, Soekarno menjawab bahwa ia tidak membenci Kartalegawa, dan tentu saja tidak membenci keluarganya. Soekarno masih mempunyai hubungan keluarga dengan Kartalegawa, dari pihak ibunya. Ibu Kartalegawa telah menyatakan kesetiaannya kepada republik. (Kartalegawa adalah pemimpin Gerakan Pasoendan)," katanya.

Sejarawan Garut, Warjita menjelaskan konteks kunjungan dan pemberitaan Presiden Soekarno pada tahun tersebut. Menurut Warjita, kunjungan Soekarno-Hatta ke Garut di tahun tersebut tak lepas dari upaya 'memerangi' rencana berdirinya Negara Pasundan yang digelorakan oleh mantan Bupati Garut, Uca.

"Uca ini anti republik. Dia ingin mendirikan Negara Pasundan. Mantan Bupati Garut keenam inilah yang memimpin pergerakan. Makanya Bung Karno berkepentingan ke Garut," kata Warjita.

Raden Adipati Aria (RAA) Moehammad Moesa Soeria Kartalegawa, atau Moesa Soeria Kartalegawa alias Uca, adalah Bupati Garut keenam. Dia adalah anak dari Bupati Garut sebelumnya, RAA Soeria Kartalegawa. Uca memimpin Garut dari tahun 1929 hingga tahun 1944.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, kata Warjita, Uca yang anti republik melakukan penentangan. Penentangan itu, direalisasikan dengan cita-citanya mendirikan Negara Pasundan. Langkah itu, kemudian direalisasikan dengan mendirikan Partai Rakyat Pasundan di tanggal 20 November 1946.

"Uca kemudian mengadakan rapat umum dan mendeklarasikan berdirinya Negara Pasundan di Bandung pada 4 Mei 1947," katanya.

Pendirian Negara Pasundan ini, disambut dengan banyak respons negatif. Warjita mengatakan, makna kalimat 'Puluhan ribu orang bersorak-sorai yang berlangsung selama lima belas menit' ketika Soekarno berpidato dalam berita Heerenveense Koerier adalah suara masyarakat Garut yang pro terhadap kemerdekaan dan menentang Uca yang mendirikan Negara Pasundan.

"Di berita Belanda tadi juga kan disebutkan, bahwa Soekarno bertemu Ibu Kartalegawa. Konteks ibu dalam berita tersebut, adalah ibu kandung dari Uca. Memang aksi Uca memimpin Gerakan Pasundan itu sangat ditentang. Termasuk oleh ibu dan anaknya sendiri," kata Warjita.

Uca sendiri, konon kabarnya tidak menginginkan berdirinya republik karena takut kehilangan hak istimewanya. Karena dianggap menjadi antek-antek Belanda, Uca diberi julukan Soeria-Nica-Legawa.

(yum/yum)


Hide Ads