Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat hari ini. Mulai dari perampok bersenjata api di Cianjur hingga pelaku pembunuhan ibu dan anak di Subang semakin kurus.
Berikut rangkuman beritanya di Jabar Hari Ini:
Perampok Bersenpi Beraksi di Cianjur
Perampok berpistol beraksi di Kabupaten Cianjur. Fitriyanti Rahmat (46) yang merupakan istri ketua RT di kampungnya me jadi korban kesadisan komplotan rampok itu di mana korban dilakukan penyekapan oleh pelaku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kejadian ini pelaku menggasak barang berharga berupa perhiasan senilai Rp 17 juta.
Aksi tersebut terjadi di kediaman korban yang berada di Kampung Darmaga, Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Senin (5/2) siang sekitar pukul 10.00 WIB.
Krisna (21) anak dari Fitriyanti mengatakan, berdasarkan penuturan ibunya,m kejadian itu bermula saat rumahnya kedatangan seorang perempuan misterius saat kejadian, Fitriyanti hanya seorang diri di rumahnya.
"Perempuan itu menanyakan ayah saya (Kepala RT) sedang kemana dan pulang jam berapa. Kemudian nanya juga anak-anaknya pada kemana. Sampai terakhir nanya soal harga padi, karena kan ayah saya petani. Saat itu ibu saya tidak curiga, karena kan bapak itu RT, dikiranya warga yang ada keperluan," ujar Krisna kepada detikJabar hari ini.
Perempuan yang menggunakan kacamata hitam dan masker itu kemudian pergi dari kediamannya. Fitriyanti lantas kembali masuk ke dalam rumah.
Namun sekitar pukul 11.30 WIB, rumah 'Bu RT' kedatangan seseorang secara tiba-tiba. Dia masuk melalui pintu belakang sambil menodongkan pistol.
"Yang pertama masuk itu satu orang, pakai jaket hitam, penutup kepala, dan sarung tangan. Kemudian menodongkan pistol ke ibu saya. Tidak tahu pistolnya asli atau hanya replika, yang jelas tahunya itu pistol dan membuat ibu saya panik," ungkapnya.
Secara spontan, korban berjalan mundur dan berusaha kabur. Tetapi tiba-tiba ada perampok lainnya yang memiting leher korban seraya menodongkan pisau di lehernya.
"Dikira hanya satu orang, tiba-tiba ada perampok lain memiting ibu saya dari belakang. Bahkan bukan hanya dua, tapi ada empat orang perampok yang masuk rumah. Mereka semua menggunakan jaket, sarung tangan, dan penutup kepala berwarna hitam," tuturnya.
Korban diseret ke kamar dan langsung diikat di bagian kaki dan tangan. Mulut korban juga disumpal dengan kain agar tidak berteriak dan meminta pertolongan.
"Ibu saya dibawa ke kamar, kemudian disekap di sana. Kaki dan tangan diikat, kemudian mulut disumpal," kata dia.
Keempat perampok itu pun langsung menyisir lemari dan tempat lain yang diduga menjadi penyimpanan barang berharga. Para pelaku pun berhasil membawa perhiasan emas dengan nilai total mencapai Rp 17 juta.
"Lemari dan kasur diacak-acak. Setelah menemukan emas di lemari, mereka langsung kabur dan meninggalkan ibu saya di kamar dalam kondisi terikat," tuturnya.
Fitriyanti akhirnya selamat. Adik dari korban datang ke rumah itu untuk salat. Lalu melihat kondisi Fitriyanti yang terikat.
"Bibi saya ke rumah, lihat rumah berantakan. Awalnya mengira sedang beres-beres atau cari sesuatu. Tapi saat cek kamar ternyata ibu saya sudah dalam kondisi terikat. Langsung dilepaskan dan minta bantuan ke tetangga," ucapnya. Korban sudah melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian.
Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Bojongpicung Iptu Dadang Arifin mengatakan pihaknya sudah melakukan cek dan olah tempat kejadian. Diduga pelaku yang berjumlah empat orang itu masuk melalui jendela yang tidak tertutup. Polisi masih mendalami kejadian ini.
"Kami sudah ke lokasi dan saat ini melakukan penyelidikan lebih lanjut," ujarnya.
Nenek di Garut Cegat dan Palak Pemobil
Aksi nenek-nenek di Garut cepat dan pelaku pempnil di wilayah Gatut Selatan viral di media sosial
Dilihat hari ini, video tersebut menampilkan kepanikan sekelompok pria dalam mobil.
Di depan mobil tersebut, terlihat seorang nenek berambut pendek menggunakan baju putih. Sekilas, nenek itu tampak menggenggam batu dan sebatang rokok di tangannya.
Tidak jelas motif yang sebenarnya terjadi sebelum momen ini terekam dalam video amatir tersebut. Namun, yang jelas, para pria di dalam mobil tampak panik dan hendak memberi sang nenek uang senilai Rp 20 ribu.
"Ke pinggir dulu, iya awas. Rp 20 ribu ya," celetuk sopir dalam video ini.
Setelah sang sopir memegang uang, kemudian membuka kaca, sang nenek menghampirinya. Videonya kemudian berakhir. Video tersebut mendapat perhatian warganet di media sosial TikTok.
Setelah ditelusuri, kejadian itu ternyata berlangsung di daerah selatan Kabupaten Garut. Tepatnya di Jalan Raya Garut-Pameungpeuk, perbatasan Kecamatan Cisompet dengan wilayah Gunung Gelap.
"Kejadiannya hari Sabtu kemarin. Informasinya beredar sejak hari Minggu. Setelah kejadian itu, kami langsung melakukan penelusuran," kata Kapolsek Cisompet AKP Hilman Nugraha.
Berdasarkan penelusuran polisi, nenek nekat ini diketahui merupakan warga lokal, berinisial F. F memang kerap melakukan hal tersebut. Diketahui, F merupakan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
"Yang bersangkutan mengalami keterbelakangan mental sejak kecil," ujar Hilman.
Pihak keluarga, yang ada di sana, kata Hilman, bukan tanpa upaya. Rumah F sudah dipagar tinggi agar F tak mengganggu warga dan pengguna jalan. Namun sayang, dia terus menerus berulah.
"Karena di rumah itu, yang bersangkutan hanya tinggal bersama ibunya yang sudah sangat tua. Jadi tidak ada yang mengawasi," katanya.
Usai aksi pemalakan yang dilakukan F ramai jadi perbincangan, tim dokter dari Puskesmas juga langsung didatangkan untuk memastikan kondisi kejiwaannya. Hasilnya, F memang benar-benar mengalami gangguan jiwa.
"Terkait aksi pencegatan yang dilakukan ini, memang sering terjadi. Tapi, yang bersangkutan ini hanya menakut-nakuti. Tidak berani untuk melempar batu ke kendaraan. Motifnya untuk mendapatkan uang dari pengendara yang melintas," pungkasHilman.
Tubuh Semakin Kurus, Yosep: Saya Dizalimi
Dua tersangka kasus pembunuhan Tuti dan Amalia Mustika Ratu atau Amel di Jalancagak, Subang, telah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Subang, hari ini.
Bukan hanya tersangka, beberapa barang bukti pun kini sudah berada di Kejari Subang.
Tersangka Danu datang lebih dulu ke Kejari Subang dengan didampingi langsung oleh LPSK. Tak lama kemudian, tersangka Yosep Hidayah datang menyusul dengan pengawalan ketat pihak kepolisian dari Polda Jabar.
Saat ditanya awak media terkait persiapan sidang, tersangka Danu yang menggunakan baju tahanan berwarna biru tersebut lebih memilih bungkam. Berbeda dengan Danu, tersangka Yosep justru dengan lantang mengaku siap dalam menjalankan persidangan nantinya.
"Allhamdulilah sehat. (Persiapan jelang sidang) siap lah pokoknya mah naha teuing (nggak masalah). (Saya) dizalimi," teriak Yosep saat akan masuk ke Kejari Subang.
Terpisah, pengacara Yosep, Rohman Hidayat mengatakan, hingga saat ini pihaknya tetap bersikukuh bahwa kliennya tidak terlibat dalam kasus pembunuhan yang terjadi pada 2021 lalu tersebut.
"Pak Yosep terlihat kurus hari ini karena sudah hampir 105 hari yah di tahanan Polda Jabar. Kita tetap optimis yah bahwa Pak Yosep tidak melakukan perbuatan keji itu, dan kita tahu itu hanya karangan dari Danu saja," ujar Rohman.
Untuk barang bukti yang kini telah berada di Kejari Subang diantaranya, mobil Alphard tempat Tuti dan Amel ditemukan tewas, dua kendaraan roda dua, serta satu unit kendaraan minibus milik korban Amel.
Seperti diketahui, polisi telah menetapkan 5 tersangka dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang. Mereka adalah Yosep Hidayah, suami sekaligus ayah korban, M Ramdanu alias Danu, keponakan sekaligus sepupu korban, istri muda Yosep, Mimin Mintarsih, serta kedua anaknya Arighi Reksa Pratama dan Abi Aulia.
Penyidik Polda Jabar pun kini sudah menahan Yosep dan Danu atas keterlibatan dalam kasus pembunuhan tersebut. Sementara 3 tersangka lainnya yaitu Mimin, Arighi dan Abi, belum ditahan atas dasar pertimbangan subjektif dari penyidik.
Polisi menjerat kelimanya dengan Pasal 340 dan Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan Berencana, serta Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP. Mereka diancam hukuman pidana maksimal hukuman mati, hukuman seumur hidup dan 20 tahun kurungan penjara.
Lansia Tersambar Petir di Pesawahan Pangandaran
Didi (60), seorang lanjut usia (lansia) di Pangandaran ditemukan tewas di area pesawahan. Ia diduga tewas tersambar petir di sawah Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran hari ini.
Kapolsek Pangandaran Kompol Usep Supiyan membenarkan adanya penemuan mayat yang diduga tersambar petir di pesawahan Desa Babakan.
"Tadi sekitar pukul 11.00 WIB saya baru menerima informasi. Langsung cek ke lokasi bersama SAR gabungan," katanya.
Menurutnya, kalau dilihat dari kondisi tubuh mayat saat ditemukan diduga seperti luka bakar tersambar petir. "Ya kami saat ini sudah mengevakuasi korban ke rumah duka. Hasil pemeriksaan tim medis dipastikan tersambar petir," ucap dia.
Melihat kondisi mayat saat ditemukan kondisi wajah hingga perut terlihat seperti luka bakar. Selain itu mayat juga ditemukan dalam kondisi terlentang di tengah sawah.
"Mayat ditemukan dalam kondisi terlentang di samping padi yang sepertinya hendak ia tanam," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Pangandaran Nana Suryana atau akrab disapa Nay menyebutkan jika mayat pertama kali ditemukan oleh petani setempat. "Ditemukan oleh petani yang akan beraktivitas di sawah," kata Nay.
Namun, kata Nay, korban diduga sementara tersambar petir, mengingat sejak Senin (5/2) kemarin cuaca di Pangandaran hujan angin disertai petir.
"Tadi mayat berhasil dievakuasi bersama masyarakat setempat setelah berkoordinasi dengan kepolisian dan Dinkes untuk penyelidikan lebih lanjut," katanya.
Pelajar Tawuran Vs Alumni di Sukabumi
Dua kelompok pelajar dan alumni dari tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Cireunghas dan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi terlibat tawuran. Akibatnya, seorang pemuda berinisial R (20) mengalami luka sobek di bagian kepala dan punggung hingga nyaris tewas terkena sabetan senjata tajam (sajam).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, peristiwa dugaan tawuran itu terjadi pada Senin (5/2) kemarin sekitar pukul 19:30 WIB di Jalan Gununggoong, Desa Cipurut. Ketiga sekolah yang terlibat tawuran yaitu sekolah negeri dan swasta asal Cireunghas dan satu sekolah swasta di Sukalarang.
Kapolsek Cireunghas Resor Sukabumi Kota Ipda Hendrayana mengatakan, kedua kelompok pelajar dan alumni itu janjian tawuran melalui WhatsApp Group (WAG) dengan membawa massa berjumlah belasan orang.
"Awalnya mereka janjian 4 VS 4 karena mereka datangnya dari kelompok sana (Sukalarang) lebih dari sekian orang, kurang lebih sembilan orang dari kelompok yang satu. Dari sini (Cireunghas) juga lebih dari sepuluh orang, tiba-tiba langsung terjadi (tawuran)," kata Hendra kepada detikJabar di Mapolsek Cireunghas, Kabupaten Sukabumi hari ini.
Tawuran yang mulanya empat lawan empat itu berubah menjadi adu kekuatan seluruh pelajar. Mereka juga membawa senjata tajam seperti corbek, stik golf hingga pattimura.
"Pada saat sudah janjian 4 VS 4 mereka datang ke TKP, tiba-tiba semua terlibat sehingga ada salah satu korban. Sebenarnya masing-masing kelompok itu ada satu sekolahan, malah ada yang satu kelas justru jadi lawan karena mereka berkelompok," ujarnya.
Hendra mengatakan, tawuran itu dilakukan tak hanya untuk adu kekuatan. Mereka juga mengambil video dari aksi tawuran yang dilakukan teman-temannya. Video itu pun diviralkan di media sosial, namun kini sudah dihapus.
"Akhirnya janjian-janjian untuk melakukan perkelahian, mereka videokan, biasa mereka viralkan di media sosial. Status mereka rata-rata pelajar SMP kelas 2 dan kelas 3," ungkapnya.
Hendra mengatakan, para anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) berhasil menangkap dua jam pasca kejadian. Jumlah pelajar dan alumni yang berhasil diamankan sebanyak 12 orang dan tiga lainnya masih berstatus DPO.
"Insyaallah hari ini, mudah-mudahan kita dimudahkan sisa pelaku tiga orang lagi. Kita sudah tahu titik keberadaan mereka. Korban saat ini masih kritis di rumah sakit Hermina baru selesai operasi," katanya.
"Ancaman hukumannya kita terapkan pasal 170 dengan pasal 351 juncto 351 ancaman hukumannya 5 tahun 6 bulan sampai 7 tahun namun ada sistem peradilan anak yang kita gunakan karena diduga pelakunya juga ABH meskipun korbannya dewasa 20 tahunan," tutup Hendra.