Kota Bandung

Harapan yang Ikut Singgah di Gang RS Mata

Rifat Alhamidi - detikJabar
Rabu, 31 Jan 2024 16:30 WIB
Suasana di Gang RS Mata, Kota Bandung. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

Gang sempit ini mungkin bagi mayoritas pengendara yang melintas di Jalan Cicendo, Kota Bandung, hanya dianggap tempat biasa. Akan tetapi, di balik hiruk-pikuk penduduknya, gang yang berada di Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung itu sudah menjadi tempat persinggahan, bahkan menaruh harapan untuk para pasien penyakit mata dari berbagai daerah di Indonesia.

Ya, nama gang ini adalah Gang RS Mata. Namanya memang identik dengan RS Mata Cicendo yang telah ditetapkan sebagai pusat pengobatan penyakit mata secara nasional. Ditambah, lokasi yang bersebelahan, membuat aktivitas warga setempat pun tidak bisa dilepaskan dari rumah sakit yang telah berdiri sejak zaman Kolonial.

Entah punya hubungan historis atau tidak, tapi yang jelas, kehadiran Gang RS Mata telah ikut memberikan sumbangsih dalam upaya pengobatan para pasien penyakit mata yang berasal dari Nusantara. Bukan dalam hal pengobatan medisnya, tapi warga di sana membantu dengan cara menyediakan penginapan murah yang jadi tempat singgah bagi pasien maupun keluarganya.

Salah satunya dilakukan Tatang Suherman (57). Ia sudah 10 tahun ini menyewakan 4 kamar di rumahnya menjadi penginapan bagi pasien rawat jalan hingga pasien yang akan dioperasi di RS Mata Cicendo. Lewat jasa Tatang juga, penginapan murah di Gang RS Mata kini menjamur dan diikuti warga lainnya untuk membantu pengobatan pasien.

"Saya buka kos-kosan (penginapan untuk pasien RS Mata) itu tahun 2013. Pokoknya yang saya ingat, itu pas setahun setelah rumah sakit membuka layanan buat pasien BPJS," kata Tatang mengawali perbincangannya dengan detikJabar belum lama ini.

Kata Tatang, RS Mata Cicendo memang baru membuka layanan melalui BPJS pada 2012. Sejak saat itu, pasien yang datang ke RS Mata makin beragam dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Sumatra, Kalimantan, hingga Papua.

Setelah menerima layanan BPJS, pasien yang mengalami masalah dengan matanya, akhirnya punya secercah harapan untuk bisa disembuhkan. Namun masalah lain kemudian datang, terutama bagi mereka yang berasal dari seberang Pulau Jawa yang ingin menjalani pengobatan.

Akar masalahnya terjadi, terutama bagi pasien yang berasal dari, misalnya, Sumatera, Kalimantan hingga Papua, harus merogoh biaya tambahan jika ingin berobat ke RS Mata. Otomatis, biaya lain seperti penginapan hingga akomodasi sehari-hari harus dikeluarkan seperti biaya makan, yang kadang membuat pasien berpikir ulang untuk datang ke Kota Kembang.

Karena faktor ini, Tatang punya inisiatif membuka penginapan bagi pasien di RS Mata. Tatang dengan keikhlasannya, selalu punya anggapan bahwa cara yang ia lakukan sedikitnya bisa meringankan biaya pengeluaran bagi mereka yang hendak melakukan pengobatan.

"Prinsipnya saya mah pengin ngebantu, biar bisa meringankan. Daripada harus nyewa hotel kan mahal, ya udah mending saya buka kos-kosan aja supaya terjangkau," ungkap pria yang kini sudah dikaruniai sepasang anak laki-laki dan perempuan tersebut.

Tatang pun masih ingat betul pasien pertama yang menyewa kamar di rumahnya, yaitu pasien asal Jambi. Saat itu, pada suatu siang hari di tahun 2013, pasien tersebut datang ke Gang RS Mata dan mencari-cari penginapan yang bisa ia tempati untuk jangka waktu lumayan lama.

Tapi setelah cukup lama mencari, penginapan yang diharapkan pasien tersebut tak kunjung ditemukan. Maklum, pada tahun tersebut, Gang RS Mata hanya jadi permukiman warga biasa yang belum membuka jasa penginapan sementara bagi pasien dari luar kota.

Tatang Suherman, pemilik sewa penginapan bagi pasien RS Mata Cicendo. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)

Lalu, ketika tiba di depan rumahnya, Tatang mengaku terketuk untuk membantu pasien berjenis kelamin perempuan itu. Ia kemudian mempersilakan pasien itu menginap di rumahnya dan menawarkan satu kamar kosong untuk jadi tempat singgah sementara.

"Yang pertama itu orang Jambi. Dia habis kontrol, terus mungkin ngerasa bakal lama di sini, akhirnya nyari penginapan," ucap Tatang.

Saat pertama kali membuka jasa penginapan, rumah Tatang kondisinya tak seperti sekarang. Kediamannya saat itu memang sudah dibangun 2 lantai. Namun, Tatang belum memfungsikan ruangan di lantai 2 untuk keperluan sehari-hari di rumahnya.

Bahkan saat kedatangan pasien asal Jambi tersebut, Tatang hanya memiliki 1 kamar kosong untuk disewakan. Kamar sederhana yang awal rencananya akan disiapkan untuk kamar anak Tatang pun akhirnya disulap supaya bisa digunakan sebagai tempat singgah sementara bagi pasien itu.

"Datang itu 3 orang, perempuan semua. Ibunya, pasien, sama anaknya. Awal-awal mah ya itu, tidurnya di kamar yang kosong. Jadi berbaur juga di sini tinggalnya," tutur Tatang.

Seingat Tatang, hampir 3 pekan pasien itu menyewa penginapan di rumahnya. Hari-hari pasien itu dilalui di rumah Tatang hingga ia dinyatakan sembuh dan bisa melanjutkan berobat jalan di kampung halamannya.

Setelah kedatangan pasien asal Jambi, Tatang berinisiatif menambah kamar penginapan yang bisa ia sewakan di rumahnya. Bagi Tatang, bukan urusan bisnis yang ingin kejar. Ia justru ingin ikut membantu pasien RS Mata Cicendo supaya merasa diringankan saat mengurus proses pengobatannya.




(ral/orb)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork