Keluh Kesah Mahasiswa ITB, Berat Bayar UKT tapi Ditawari Pinjol

Keluh Kesah Mahasiswa ITB, Berat Bayar UKT tapi Ditawari Pinjol

Bima Bagaskara - detikJabar
Senin, 29 Jan 2024 19:00 WIB
Aksi mahasiswa di depan Gedung Rektorat ITB
Aksi mahasiswa di depan Gedung Rektorat ITB (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (KM ITB) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Rektorat, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Senin (29/1/2034) siang. Aksi ini dilakukan untuk memprotes kebijakan kampus yang dianggap tidak pro terhadap mahasiswa.

Ketua KM ITB Muhammad Yogi Syahputra mengatakan, saat ini banyak mahasiswa yang terancam tidak bisa ikut kuliah karena memiliki tunggakan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Namun kata dia, solusi yang ditawarkan ITB justru memberatkan dengan tawaran dicicil via pinjaman online (pinjol).

"Kampus memberikan solusi yakni melalui pinjaman kepada teman-teman mahasiswa, berikan pinjaman Rp12,5 juta dan membayarkan rentang waktu 12 bulan dengan membayarkan Rp15,5 juta. Yang mana itu (bunga) berkisar pada kisaran 20% dan ini sangat memberatkan," kata Yogi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yogi menyebut, KM ITB telah berupaya meminta advokasi kepada pihak kampus. Namun hingga saat ini, permintaan itu tak kunjung digubris dan membuat mahasiswa akhirnya turun ke jalan.

Dia juga mengungkap, sejauh tercatat ada 137 mahasiswa yang terancam tidak bisa mengikuti kuliah gegara belum melunasi pembayaran UKT. Upaya membantu mahasiswa yang terkendala itu juga telah dilakukan dan menyisakan 93 mahasiswa lagi.

ADVERTISEMENT

"Total mahasiswa di awal itu ada 137 mahasiswa terancam tidak bisa mengikuti kuliah pada semester selanjutnya, namun hingga hari ini kami juga mengupayakan berbagai bantuan dari alumni masih tersisa 93 mahasiswa yang masih terancam tidak bisa kuliah," jelasnya.

Lebih lanjut, Yogi menjelaskan, mahasiswa hanya punya waktu dua hari lagi sebelum batas waktu pengisian Formulir Rencana Studi (FRS) ditutup pada 30 Januari 2024 nanti. Jika tetap tidak bisa membayar UKT, mahasiswa kata dia dipaksa untuk cuti.

"Kalau tidak bisa membayar (harus) cuti, dan cuti juga mesti bayar kisaran 25-50%. Jadi ini semua kebijakan sama sekali tidak masuk akal," tegas Yogi.

Selain itu, Yogi juga mengatakan, banyak mahasiswa yang berupaya untuk mengajukan keringanan UKT. Namun sebagian besar pengajuan tersebut tidak dikabulkan pihak kampus. Padahal menurutnya, tidak semua orang tua mahasiswa adalah orang berada yang sanggup membayar UKT Rp12,5 juta.

"Mengapa mahasiswa sampai menunggak, tapi bukan enggak mau bayar, dari pihak mahasiswa keberatan dengan UKT yang ditetapkan ITB, Rp12,5 juta sedangkan banyak orang tua mahasiswa yang gajinya UMR, orang tua pekerjaannya hanya buruh," ujarnya.

"Mereka mengajukan keringanan tapi dari ITB menutup akses tersebut tidak ada keringanan sama sekali, sehingga dampaknya adalah tunggakan, padahal sebelumnya diberikan solusi konkrit melakukan beasiswa dan sebagainya, tapi kali ini mereka diberi kebijakan dengan dipaksa cuti," tutup Yogi.

(bba/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads