Suasana gegap gempita tampak terasa di depan Gang RS Mata, Jalan Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat. Meski awan mendung menyelimuti cuaca Kota Kembang pada siang saat itu, tapi warga di sana begitu larut menikmati alunan musik mulai dari pop lawas hingga dangdut.
Bak sedang menggelar pesta besar, warga di Gang RS Mata satu per satu ikut larut berjoget ria. Apalagi, saat alunan gendang dari lagu Secangkir Kopi miliknya Jhonny Iskandar makin terdengar bergema di telinga, pinggul rasanya tidak bisa menahan untuk ikut bergoyang bersama warga sekitar.
Alunan musik yang membuat warga larut ikut bergoyang itu ternyata hanya berasal dari sound system jinjing yang diletakkan tepat di depan Gang RS Mata. Didin Saprudin (49) adalah orang yang berinisiatif hingga membuat warga sekitar sana larut dalam hiburan sederhana yang diciptakannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ya, sehari-hari, pria bertubuh tegap dan tinggi yang biasa disapa Openg itu merupakan pengamen jalanan. Namun cara unik yang ia lakukan, bisa sukses membuat orang ikut bergoyang dan tidak membuat warga sekitar jadi sentimental.
"Saya selalu yakin, setiap orang itu punya jiwa seni di dirinya masing-masing. Asalkan pembawaan kita, cara kita komunikasinya enak, warga itu dengan sendirinya mengizinkan saya buat ngamen di tempatnya," kata Openg saat mengawali perbincangannya dengan detikJabar belum lama ini.
Bermodal sound system jinjing yang selalu ia bawa di motor matiknya, dalam sehari, Openg bisa berkeliling hingga ke sejumlah lokasi yang berbeda-beda. Mulai dari pasar, pangkalan ojek, hingga di depan gang pemukiman warga, bisa ia kunjungi untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
Tapi yang salutnya, meski mengamen, Openg tak melulu memprioritaskan uang di atas segalanya. Ia justru membawa hiburan sederhana di lokasi-lokasi yang didatanginya, sembari mengajak warga untuk sejenak melepas lelah usai seharian bekerja.
"Karena hiburan kayak gini itu nyandu. Banyak orang yang butuh buat sekedar ngelepasin penat dari aktivitasnya," ungkap Openg.
Openg memulai perjalannya sebagai pengaman pada 2 tahun yang lalu. Kondisi pandemi COVID-19 yang melanda, memaksanya untuk banting setir agar bisa menjaga dapul tetap ngebul di rumahnya.
Saat pertama kali mulai ngamen, Openg tak menampik suasana canggung kerap melanda. Apalagi, tempat yang ia datangi merupakan lokasi baru yang dipenuhi banyak orang dengan segudang campur aduk pemikiran di kepalanya masing-masing.
Tapi, berkat pembawaan Openg yang supel dan menyenangkan, situasi itu akhirnya bisa ia kendalikan. Pria kelahiran Kabupaten Lebak, Banten, lalu menempuh pendidikan dasar di NTT dan akhirnya menjalani masa remaja di Bandung hingga sekarang, kini bisa mengundang warga yang di datanginya untuk bernyanyi dan membawa hiburan yang begitu sederhana di sana.
"Kayak pedagang di pasar, tadinya malu-malu buat ikut nyanyi, eh sekarang ketagihan. Dibilang saya ngeracuni mereka, sekarang mah jadinya kalau saya datang ke sana pasti request lagu dan langsung minta nyanyi sendiri," ungkapnya sambil terkekeh.
Meski tak mengedepankan uang sebagai patokan, Openg punya siasat agar dapul rumah tetap terjaga. Biasanya, Openg kerap mendapat tawaran job nyanyi di hajatan-hajatan warga, hingga permintaan untuk menjadi pembawa acara atau MC.
Berkah itu, menurut Openg, bisa ia rasakan karena pengalamannya sebagai pengamen di jalan. Ada satu cerita yang bahkan tak bisa Openg lupakan ketika ia mendapat bayaran ngamen berupa sayuran hingga buah-buah dari pedagang di pasar.
"Soalnya bukan ngejar tentang duitnya, tapi bagi saya pengen masyarakatnya jadi terhibur. Saya nyanyi kadang enggak dikasih duit, malah dikasih sayuran, buah-buahan. Kalau punya uang ya saya terima, enggak juga enggak apa-apa," tuturnya.
Sebelum menutup perbincangan dengan detikJabar, Openg mengaku takkan jemu ngamen berkeliling ke tempat-tempat pemukiman warga. Satu hal yang selalu ia inginkan, ada silaturahmi yang terus dijaga sembari menghibur mereka melalui suara nyanyiannya.