Sarana Olahraga (SOR) Merdeka atau lapangan Kerkhof di Kabupaten Garut tampil menawan usai diberi sentuhan rumput sintetis impor. Sebelum dikenal sebagai tempat berolahraga, lapangan ini punya sejarah panjang, termasuk menjadi saksi bisu terbunuhnya 3 pahlawan Indonesia asal luar negeri.
SOR Merdeka ini, dipercantik oleh Pemda Garut sejak akhir tahun 2023 lalu. Khususnya, area lapangan sepak bola, yang berada di tengah-tengah kawasan. Dengan duit Rp 5 miliar, landasan lapangan disulap dari yang tadinya beralas rumput liar dengan tanah, kini menjadi rumput sintetis. Kabarnya, rumput sintetis yang digunakan, berasal dari luar negeri dan berstandar FIFA.
Selain lapangan sepak bola, tahun ini Pemda Garut juga menggelontorkan dana sekitar Rp 4 miliar untuk menyulap jogging track yang ada di sana. Dari yang tadinya beralas serbuk batu bata, kini menjadi beralas karpet karet khusus tempat berlari seperti di tempat fasilitas olahraga wah di kota-kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi ini baru bisa digunakan bulan Maret ya. Karena sekarang ada waktu pemeliharaan 45 hari. Nanti bisa dipakai olahraga oleh masyarakat," kata Bupati Rudy Gunawan, saat meresmikan lapangan sepak bola Merdeka, pada Jumat, (12/1) lalu.
Direnovasinya SOR Merdeka ini, membawa kesenangan tersendiri bagi warga Garut. Sebab, SOR Merdeka merupakan salah satu fasilitas olahraga yang terbilang murah-meriah bagi masyarakat. Warga yang datang ke tempat ini, hanya dikenakan tarif Rp 2-5 ribuan saja untuk menikmati beragam fasilitas di dalamnya. Seperti sirkuit lari, lapangan basket, hingga arena voli pantai.
Sarana olahraga seluas dua hektare ini, berada di Jalan Merdeka, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut. Lokasinya, dekat dengan SMAN 1 Garut yang ada di sebelah timur, dan bundaran Leuwidaun yang ada di barat. SOR Merdeka, lebih dikenal dengan nama Lapangan Kerkhof. Warga Garut, kebanyakan menyebutnya dengan pelafalan 'kerkop'.
Tak seperti tempat olahraga pada umumnya, SOR Merdeka punya sejarah yang panjang. Sesuai dengan namanya, Kerkhof, yang dalam bahasa Belanda berarti kuburan, tempat ini memang dulunya benar-benar kuburan lho!.
detikJabar sempat berbincang dengan Warjita. Seorang sejarawan, asal Garut. Menurut Warjita, Kerkhof bahkan sudah ada sejak tahun 1923, dengan fungsi kuburan orang-orang Belanda dan Eropa.
"Memang awalnya kuburan Belanda. Berfungsi sejak tahun 1923 hingga kurang-lebih sampai tahun 1981-an," kata Warjita.
Kerkhof sebagai kuburan orang-orang Belanda dan Eropa, kemudian eksis hingga tahun 1981. Di tahun tersebut, Pemerintah Kabupaten Garut kemudian memindahkan makam-makam yang ada di sana, ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Santiong, yang berada di Kecamatan Karangpawitan.
Kemudian, pada masa kepemimpinan Bupati Taufik Hidayat (1983-1988) Pemkab Garut kemudian merubah fungsi Kerkhof dari yang tadinya kuburan Belanda, menjadi arena pacuan kuda.
Setelah puluhan tahun berlalu, barulah pada tahun 2003 silam, Bupati Dede Satibi merubah fungsi lapangan Kerkhof menjadi sarana olahraga, dan mengubah namanya menjadi SOR Merdeka.
Kendati kini sudah berubah fungsi dari kuburan menjadi tempat olahraga, tapi lapangan Kerkhof tak pernah kehilangan sejarahnya. Kerkhof masih menjadi saksi bisu, beragam peristiwa yang terjadi di sana.
Salah satu momen yang terjadi di Lapangan Kerkhof di masa lalu, adalah eksekusi mati terhadap Yang Chil Sung. Pria asal Korea Selatan, yang saat masa pasca kemerdekaan ikut membela rakyat Garut mengusir penjajah Belanda.
Sejarah ini, bermula ketika Yang Chil Sung alias Yanagawa Shichisei alias Komarudin itu, tertangkap oleh Belanda di Gunung Dora, perbatasan Garut-Tasikmalaya pada 25 Oktober 1948. Saat itu, selain Yang Chil Sung, ada 4 orang lainnya yang tertangkap. Yakni Masahiro Aoki alias Abubakar, Katsuo Hasegawa alias Usman/Oetman, Guk Jae Man alias Soebardjo, dan seorang pribumi bernama Letnan Djoehana.
Guk Jae Man dieksekusi Belanda lebih dulu, karena konon kabarnya mencoba melarikan diri. Tinggallah 4 orang ini, yang diadili oleh Belanda. Letnan Djoehana yang pandai berbahasa Belanda melakukan pembelaan dan akhirnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan militer.
Sedangkan Yang Chil Sung, Aoki dan Hasegawa dijatuhi vonis mati. Vonis mati itu, kemudian dilaksanakan pada bulan Mei 1949. Media Belanda, de Vrije Pers dalam sebuah artikel yang terbit di tanggal 25 Mei 1949 mengabarkan, Yang Chil Sung dkk dieksekusi mati pada tanggal 22 Mei 1949.
"Dini hari tanggal 22 Mei, hukuman mati dilaksanakan di Garut terhadap Aoki Jepang alias Abubakar, Hasegawa alias Uetman, dan Yanagawa alias Komaroedin. Yang pada saat itu, telah dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Militer Khusus," bunyi laporan berbahasa Belanda tersebut.
Terkait waktu eksekusi mati ini, masih menjadi perdebatan. Sebab, di batu nisan Yang Chil Sung, Aoki dan Hasegawa sendiri, tertera jika mereka meninggal dunia pada 10 Agustus 1949. Ada juga beberapa laporan media Belanda jadul, yang menyebutkan jika mereka mati pada tanggal 21 Mei 1949. Salah satunya, seperti laporan yang dirilis Indische Courant voor Nederland yang tayang pada 1 Juni 1949, dikutip detikJabar dari laman delpher.nl.
"Hukuman mati dilakukan di Garut pada 21 Mei. Warga Jepang, Aoki alias Abubakar, Hasegawa alias Oetman, dan Janagawa alias Komaroedin yang pada saat itu divonis mati oleh pengadilan militer khusus di Garut," ungkap laporan tersebut.
Terlepas dari misteri tanggal dieksekusi mati ketiga pahlawan tersebut, yang jelas, konon kabarnya, eksekusi mati itu dilakukan di lapangan Kerkhof yang sekarang menjadi SOR Merdeka.
Ada beragam kisah menarik, yang mengiringi gugurnya ketiga pahlawan tersebut. Pertama, mereka diketahui menyampaikan ingin dimakamkan secara Islam, setelah dieksekusi mati. Kemudian, mereka juga konon kabarnya minta agar dipakaikan kemeja putih dan sarung merah, saat ditembak mati.
Kisah mengenai Yang Chil Sung ini, belakangan banyak diperbincangkan di Garut. Setelah pemerintah mengungkap rencana pembuatan film berjudul Tanah Air Kedua yang akan mengisahkan perjuangan Yang Chil Sung dan kawan-kawan. Kabarnya, film tersebut sekarang sedang berproses, dan akan dibintangi Maudy Ayunda dan aktor kenamaan Korea Selatan, Kim Bum.