Jurus Pemikat Anjing Liar Ala Jagal Sukabumi

Sorot Jabar

Jurus Pemikat Anjing Liar Ala Jagal Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Kamis, 18 Jan 2024 15:30 WIB
Tempat ekseskusi dan penjualan daging anjing di Sukabumi, Jawa Barat
Tempat ekseskusi dan penjualan daging anjing di Sukabumi, Jawa Barat (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Bangkai ayam terihat tergeletak, asap tipis mengepul dari bulunya yang terbakar. Bau bangkai juga berasal dari jeroan ayam yang terlihat berceceran mulai dari jalan setapak tanah menuju sebuah gubuk di tepi hutan Sukabumi.

Bau menyengat tercium hingga sejauh 6 meter, siang itu Selasa (7/1/2024) hari pertama detikJabar menjejakan kaki di sebuah gubuk yang memang santer di masyarakat sebagai lokasi jagal hewan jenis babi dan anjing.

Saat kali pertama, kami tidak berhasil menemui pemilik bangunan yang berada di tepi hutan lindung tersebut. Eksplorasi di lokasi, kami leluasa mengambil gambar empat ekor anjing liar yang berada di luar dan di dalam gubuk dalam keadaan terperangkap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sekitar gubuk, kami juga menemukan tulang belulang yang sebagian masih lengkap dengan bulu-bulunya. Dari bentuk kaki dan kuku hewan tersebut, kami memastikan bahwa hewan yang baru dijagal tersebut adalah babi hutan.

Dari mana anjing-anjing tersebut diperoleh, hingga bagaimana cara si penangkap menjerat hewan tersebut baru terjawab keesokan harinya atau Rabu (17/1/2024). Bangkai ayam dengan kepulan asap yang kami temui di hari sebelumnya terjawab.

ADVERTISEMENT

"Pemikat, pakai ayam. Ayamnya dapat dari pemotongan, ayam bangkai. Bakar lalu pasang saja seteg (perangkap)," tutur C, pria berdarah Sumatera yang sudah biasa berurusan dengan aktivitas perdagangan anjing, saat kami menanyakan caranya menangkap.

Saat berbincang dengan detikJabar, C tidak sendiri. Ia ditemani seorang pria bertelanjang dada yang terlihat asyik memotong kepala babi menggunakan sebilah golok yang tampak tajam. Secepat kilat, kepala babi hutan itu terpisah menjadi bagian-bagian kecil.

"Pernah (kena gigitan) di kaki," lirih C menjawab pertanyaan detikJabar soal kekhawatiran tergigit anjing yang dia tangkap. Termasuk kekhawatiran terkena rabies.

"Ah dia sudah pakar, lamun manehna gegelnya gegel deui ku urang. Gegel deui, getihna olesin ke luka make getih manehna (Kalau dia terkena gigitan, gigit lagi sama kita. Gigit lagi, darahnya olesin ke luka pakai darah dia)," celetuk pria bertelanjang dada menyambung kalimat C.

"Pokoknya digigit anjing itu jangan di cuci. Ripuh, asup eta ka jero darahna (Parah, masuk ke dalam darahnya)," sambung C lagi.

C menyebut dalam satu minggu dia hanya bisa menjual sebanyak 6 ekor anjing. Anjing-anjing itu dia kumpulkan kemudian dia bawa ke daerah Cibadak. "Seminggu paling enam ekor," imbuh C.

Soal penangkapan anjing liar menggunakan bangkai ayam yang dibakar ternyata sudah lama dipakai sejak bertahun-tahun silam, hal itu diceritakan N, pria lainnya yang ditemui detikJabar di salah satu kafe di Kabupaten Sukabumi. Konon bau bulu ayam tersebut mampu memancing anjing liar untuk datang.

"Cara seperti itu memang sudah biasa dipakai oleh para pemburu anjing liar, saya juga memakai cara itu saat masih sering menangkapi anjing-anjing liar untuk dijual," tutur N.

N sendiri mengaku sudah lama berhenti dari aktivitas yang ia jalani pada tahun 2003 itu.

"Kita pikat pakai bangkai ayam yang dibakar, kemudian pasti terdengar lolongan karena asapnya sengaja kita bikin tebal supaya tercium sampai jauh. Biasanya kita lakukan di lokasi yang memang kita survey banyak anjing liarnya. Anjing- anjing itu berdatangan mendekati perangkap," kisahnya.

"Yang sulit itu memang saat mengeluarkan anjing itu dari karung. Kita jerat dulu lehernya, kita angkat lalu kita ikat moncongnya. Kalau sudah begitu tinggal kita masukan ke dalam karung," sambungnya menambahkan.

Biasanya jerat yang digunakan untuk mengikat leher anjing terbuat dari tali rem mobil yang dibuat sedemikian rupa agar kuat mengikat anjing yang ditangkap. "Sekarang berhenti, sudah lama berhenti total. Saya juga kenal dengan C, karena kadang anjing hasil tangkapan saya jual ke dia," pungkasnya.

Aktivitas perdagangan anjing di Jawa Barat diketahui terus terjadi dari tahun ke tahun. Jawa Barat bahkan disebut sebagai pemasok utama daging anjing di Pulau Jawa. Salah, satunya di Sukabumi.

Pemerintah Kabupaten Sukabumi, melalui Dinas Peternakan, mengaku sudah membuat regulasi aturan yang bersifat imbauan terkait hal itu.

"Kita sudah membuat surat edaran juga, terkait pelarangan konsumsi peredaran daging anjing. hal itu dikeluarkan bulan lalu, kita sudah merespons dengan cepat. Kita bikin surat edaran ke camat ke UPTD supaya disosialisasikan ke masyarakat," kata Plt Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi Asep Kurniadi, Selasa (16//2024).

Asep tidak menampik, dari hasil monitoring, masih banyak yang memperjualbelikan anjing. Namun lebih banyak untuk dijual ke Jakarta dan daerah lainnya.

"Kita monitoring kalau dulu memang terindikasi banyak yang dijual katanya untuk ke Jakarta dan daerah lainnya. Kalau sekarang pelakunya sudah tidak ada cenderung menurun, kalau hari ini paling ada penjualan anjing untuk berburu bukan untuk dikonsumsi," jelas Asep.

(sya/iqk)

Sorot Jabar

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjabar


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads