Rekaman video yang menunjukkan perdebatan antara sejumlah crosser dengan pemilik lahan perkebunan pisang yang dilintasi peserta trail viral di media sosial.
Dalam video viral itu, seorang warga lokal pemilik lahan perkebunan pisang nampak mencak-mencak pada crosser yang dianggap merusak tanaman pisang miliknya. Pria itu kemudian meminta uang ganti rugi pada peserta trail tersebut.
Di beberapa akun media sosial, tertera narasi pemilik kebun pisang meluapkan kemarahannya pada peserta event motor trail di daerah Bandung Selatan, Jawa Barat. Terlihat ekspresi emosi pemilik lahan karena kebunnya rusak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan diketahui event tersebut digelar di daerah pegunungan Sanghyangkenit Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada 7 Januari 2024 lalu. Sementara video tersebut awalnya diunggah akun tiktok Jery Anaska dan di kanal YouTubenys, Jery22, lalu diunggah ulang oleh akun instagram dan media sosial lainnya.
Saat dikonfirmasi, Jeryanudin, pemilik akun tiktok Jery Anaska menjelaskan duduk perkara video yang viral tersebut. Berawal saat ia dan rombongan melintas jalur yang sudah ditentukan panitia penyelenggara
"Nah yang viral di tiktok saya itu kita nggak tahu siapa. Pemilik kebunnya (yang asli) ternyata welcome, malah bantu dorong dan tarik motor (peserta). Jadi senang, nggak ngerasa dirugikan," kata Jeryanudin saat dihubungi, Jumat (12/1/2024).
Untuk itu, ia dan peserta lainnya yang bersinggungan dengan pria tersebut mengaku agak curiga jika yang bersangkutan bukan pemilik lahan melainkan oknum yang mengambil kesempatan.
"Makanya kita agak curiga yang minta uang itu siapa? apakah oknum yang mengada-ada atau bagaimana? Atau memang bener pemilik lahan lainnya," ujar Jeryanudin.
Saat itu, ia diminta uang sebesar Rp150 ribu untuk penggantian kerusakan akibat dilintasi motor trail. Namun ia tak mengetahui apakah uang itu diminta juga ke peserta lainnya atau pada dirinya saja.
"Mintanya orang itu Rp150 ribu, saya nggak tahu per koli itu Rp15 ribu atau berapa. Karena yang nabrak kan bukan saya, yang lewat situ itu banyak banget. Kebayang kalau peserta lewat situ, diminta segitu. Saya nggak tahu itu buat per orang atau berapa," ujar Jeryanudin.
Menurutnya, dalam setiap event trail resmi yang diikutinya biasanya sudah ada perjanjian antara penyelenggara dengan warga dan pemilik lahan yang dilintasi kendaraan peserta trail.
"Namanya event seperti itu pasti ada ganti rugi dari panitia, semua event seperti itu. Pasti koordinasi sebelum dilaksanakan, tapi memang nggak semua tersampaikan ke warga karena jalur itu panjang banget. Cuma kan pasti sudah koordinasi dengan kades dan camat sebagai informasi kalau ada apa-apa nanti jangan kaget," tutur Jeryanudin.
Namun menurutnya, tak jadi masalah jika memang saat pelaksanaan ada warga atau siapapun yang akhirnya meminta uang. Biasanya, ia juga mengalami hal itu seperti saat diminta uang Rp5 ribu untuk melintasi titik tertentu.
"Sebetulnya sih nggak masalah juga minta uang, wajar. Cuma dia marah-marah, kasih citra lain yang kurang baik. Kalau disebut miskomunikasi juga nggak, ya mungkin itu orang-orang yang emosi atau ambil kesempatan," kata Jeryanudin.
Di sisi lain, event motor trail yang diikuti ribuan peserta sebetulnya memberikan dampak positif pada perekonomian warga sekitar yang dilintasi oleh jalur trabas para crosser.
"Justru dengan event ini, jalur yang dilalui sampai rusak tanamannya kan senang mereka (petani dan pemilik lahan). Tanamannya diganti langsung dengan uang. Jadi nggak berupa bibit lagi, kan ini instan, nggak capek tapi hasilnya langsung kerasa," kata Jeryanudin.
"Dengan kegiatan itu kan sebetulnya membantu ekonomi lokal juga. Kebayang 2 ribu lebih peserta, itu kan jajan dan makan di situ, jadi membantu ekonomi warga," imbuhnya.
(yum/yum)