Israel terus menyerang Gaza, Palestina tanpa henti. Serangan ini terjadi sejak 7 Oktober 2023. Imbasnya, krisis dialami Gaza dan warga pun harus mengungsi.
Mengutip dari detikHealth, warga Gaza masih mengungsi. "Rasanya seperti 100 tahun. Beberapa tinggal di sekolah, beberapa di jalanan, di lantai, ada yang tidur di bangku," ucap salah satu dari sekitar 1,9 juta pengungsi yang ada di Gaza, Abdul Aziz Saadat dikutip dari France24, Jumat (12/1/2023).
Saat ini Aziz diketahui tinggal di Kota Rafah, selatan Gaza, bersama pengungsi lainnya. Ia menceritakan banyak keluarga yang saat ini berlindung di tenda-tenda darurat sembari melawan dinginnya musim dingin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian wilayah utara Jalur Gaza kini sudah menjadi gurun yang berdebu. Sebagian besar tidak berpenghuni setelah Israel melakukan invasi ke wilayah tersebut. Rumah sakit, sekolah, universitas, dan tempat ibadah menjadi sasaran lantaran dituding sebagai tempat persembunyian Hamas.
Sekarang yang hanya bisa dilakukan warga Gaza adalah untuk bertahan hidup. Ada banyak sekali jenazah yang masih tertimpa di reruntuhan bangunan. Warga Gaza mengaku tak bisa mengambil jenazah yang sudah membusuk tersebut karena takut terbunuh.
"Rumah sakit adalah tempat pertumpahan darah dan kekacauan. Saya belum pernah menyaksikan begitu banyak amputasi dalam hidup saya di antara orang dewasa dan anak-anak," ucap pihak WHO wilayah Palestina, Rik Peeperkorn.
Ahli bedah melakukan operasi tanpa anestesi dengan bantuan cahaya dari ponsel. PBB mengungkapkan kini tersisa 15 rumah sakit yang berfungsi sebagian dari 36 rumah sakit yang ada di Gaza.
Situasi pengungsian di Rafah dinilai dalam kondisi yang tidak baik. Kondisi sanitasi sangat buruk dan orang-orang juga berebut untuk mendapat makanan dari bantuan yang diberikan.
"Kami sudah kehilangan harapan. Kami mandi hanya sebulan sekali. Penyakit telah menyebar kemana-mana," ujar pengungsi lainnya Ibrahim Saadat.
Badan Anak-anak PBB melaporkan ada 71 ribu kasus diare dalam satu minggu pada bulan Desember 2023. Sebagian besar pertanian dan perikanan berhenti, toko roti kehabisan bahan bakar, dan rak-rak toko kosong.
"Semuanya sia-sia, semuanya hilang. Kami kehilangan semua impian kami," ucap pengungsi Hadeel Shehata meratapi nasib anak-anak di Gaza yang sudah tidak sekolah berbulan-bulan akibat perang.
Artikel ini telah tayang di detikHealth dengan judul Jeritan Warga Gaza Jadi Korban Serangan Israel: Krisis Kesehatan-Penyakit Merebak.
(sud/sud)