Pilu saat ini sedang dirasakan Agus Darusallam (33) dan istrinya. Warga Kecamatan Cijati, Cianjur itu terpaksa harus merelakan kepergian anaknya yang masih berusia 2,5 tahun untuk selamanya setelah mengalami demam dan kejang-kejang.
Sebetulnya, sang anak bisa diselamatkan dari kondisi kritis yang dialaminya berupa step atau kejang-kejang. Namun, ketersediaan obat Diazefam di Puskesmas Cijati yang kosong akhirnya membuat nyawa anak Agus itu tidak bisa tertolong.
Kasus kematian balita itu pun ramai setelah sang ayah memberikan kabar melalui pesan suara secara berantai. Dalam rekaman berdurasi 3 menit tersebut, Agus menceritakan bahwa nyawa anaknya tidak bisa diselamatkan karena stok obat kosong dan mengalami kejang yang terlalu lama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya anak saya saat itu kejang. Katanya stok obat diazefam di Puskesmas Cijati tidak ada. Nyari ke apotek juga tidak ada. Kemudian dirujuk. Tiba di RS Pagelaran jam 12 siang dan meninggal menjelang ashar. Katanya kalau kejang lebih dari satu jam akan berdampak pada saraf di otak, sehingga meninggal," kata Agus saat dikonfirmasi melalui telepon seluler, Kamis (4/1/2024).
Penyesalan itu pun tak bisa Agus lupakan. Apalagi, dia menyayangkan karena obat untuk anaknya yang mengalami kejang kala itu malah kosong. Padahal menurutnya, puskesmas tersebut menjadi layanan utama untuk wilayah pelosok.
"Iya kan kalau di pelosok seperti ini, jauh ke rumah sakit, puskesmas itu jadi layanan kesehatan utama untuk masyarakat. Tentu saya menyayangkan kenapa stok obat tidak lengkap," tegasnya.
Setelah kasus ini menjadi sorotan, pihak puskesmas akhirnya memberikan penjelasan. Kepala Puskesmas Cijati, Linda, mengatakan pasien tersebut masuk ke Puskesmas pada 14 Desember 2023. Menurutnya pasien itu sudah mengalami demam sejak malam hari namun baru dibawa ke puskesmas pada siang harinya.
"Dari hasil pemeriksaan awal, diketahui kalau demamnya itu ternyata dari malam hari, tetapi baru dibawa oleh keluarganya pada tanggal 14 Desember 2023 sekitar pukul 09.00 WIB," kata dia.
Pihak puskesmas pun kata dia sudah mengupayakan penanganan terbaik sesuai dengan SOP. Namun Linda mengakui jika stop obat diazefam untuk kejang sedang tidak ada.
"Kalau stok obatnya memang kosong, belum ada lagi. Kami juga sudah cari ke beberapa puskesmas terdekat, tapi semuanya juga sedang kosong. Termasuk di apotek," kata dia.
"Stok obat itu memang biasanya tidak banyak, karena obat khusus yang tidak bebas diperjual belikan. Masa kadaluarsanya juga cepat, sedangkan peristiwa pasien kejang sangat minim terjadi," ungkapnya menambahkan.
Bukan hanya itu saja. Dia juga mengaku sudah berupaya secepatnya merujuk pasien ke rumah sakit. Bahkan pihak puskesmas sudah menyiapkan ambulans, tetapi keluarga memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi.
"Kita sudah upayakan rujuk cepat. Tapi keluarganya memilih menggunakan mobil sendiri. Jadi sempat menunggu lama, belum berangkat karena nunggu kendaraannya. Padahal kita sudah siapkan ambulans," tuturnya.
Dia mengatakan pihak puskesmas sudah berusaha menjelaskan kepada keluarga pasien, namun hingga saat ini keluarga pasien belum bisa ditemui. "Kami sudah undang tapi orangtunya tidak kunjung datang," kata dia.
Linda menyebut puskesmas saat ini sudah kembali menyiapkan stok obat untuk pasien kejang. "Kita sudah siapkan lagi. Bahkan setelah kejadian itu kita cari obat di berbagai tempat, meskipun harganya tinggi," ucap dia.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Yusman Faisal, menuturkan setiap puskesmas memang seharusnya menyediakan obat-obatan dasar tersebut. "Memang seharusnya obat itu tersedia. Meskipun untuk mendapatkannya tidak mudah, karena merupakan obat yang diawasi ketat dan kadaluarsanya cepat," kata dia.
Yusman mengatakan Dinkes sudah menerjunkan tim untuk melakukan evaluasi dan pembinaan terhadap puskesmas terutama di wilayah pelosok. "Hari ini kita terjunkan tim, untuk monitoring dan evaluasi. Kita berikan arahan agar tidak terulang lagi. Stok obat harus aman, dan segera lapor ke Dinkes bila ada yang kosong," pungkasnya.
(ral/sud)