Dari kejauhan, nampak ada tiga remaja turun dari sebuah mobil pikap di Simpang Grand Hotel, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Ketiganya kemudian menyeberang jalan yang sedang ramai dilalui kendaraan wisatawan.
Mereka berjalan pelan mengumbar senyum. Sesekali melirik ke belakang, menunggu ada lagi kendaraan serupa yang sebelumnya mereka tumpangi. Saat ada mobil pikap melintas, mereka menyatukan telapak tangan sebagai isyarat memohon izin numpang di bak terbuka.
Saat ditanya lantaran mengundang penasaran, tiga remaja itu mengaku hendak menuju ke Pantai Pangandaran. Destinasi favorit untuk menghabiskan waktu berlibur, termasuk di momen libur sekolah kali ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siapapun bakal mengernyitkan dahi. Apa pasal mereka susah payah menumpang dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya menuju ke daerah yang terpaut jarak ratusan kilometer dari kawasan wisata Lembang? Padahal Lembang juga sebagai magnet wisatawan di musim libur seperti ini.
Mereka ialah Jaki Irsyad (15), Dodi Alam (15), dan Iwan Permana (18). Tiga sahabat yang berasal dari Kampung Ciloji dan Kampung Kiarapedes, Desa Kiarapedes, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta.
"Mau ke Pangandaran, mumpung libur sekolah," kata Jaki yang menjawab saat ditanya tujuan mereka, Senin (1/1/2024).
Remaja yang masih duduk di bangku kelas 3 SMP itu menceritakan perjalanan mereka dari Purwakarta. Mereka berangkat dari rumah sekitar pukul 10.00 WIB, lalu tiba di Lembang sekitar pukul 14.00 WIB.
"Tadi berangkat jam 9 dari rumah, baru dapat tumpangan jam 10 pagi. Nge-BM (menumpang kendaraan angkutan barang). Terus sampai di Lembang, dari Lembang mau lanjut lagi biar bisa sampai Pangandaran," tutur Jaki.
Perjalanan panjang itu mereka rencanakan sebelum libur sekolah. Tanpa memiliki modal uang yang cukup, bahkan bisa dibilang sangat kurang, mereka nekat tetap berangkat.
"Direncanainnya sebelum libur sekolah, sekarang baru bisa berangkat. Kalau modal uang nggak punya, tadi juga dari rumah cuma bekal Rp10 ribu," kata Iwan, si remaja tertua sembari tertawa.
Mereka sama sekali tak memikirkan bagaimana untuk membeli perbekalan makanan, kejadian tak terduga, apalagi biaya penginapan. Paling penting, hasrat liburan mereka bisa terpenuhi.
"Makan sama tidur gimana nanti, paling tidur di masjid atau musala. Makan juga ya sebisa-bisa paling minta saja. Baju juga nggak bawa, ya berangkat saja. Tadi bilang ke orangtua mau main ke Pangandaran, diizinkan," ujar Iwan.
Perjalanan panjang ke Pangandaran itu, mereka harapkan bisa terselesaikan dalam waktu sehari semalam. Mereka berbekal aplikasi google maps di ponsel yang mereka bawa.
"Tahu (rute). Dari sini ke Bandung, terus ke Cileunyi, arah Garut. Kan ada google maps jadi nggak akan nyasar," kata Iwan dengan percaya diri.
Bukan Perjalanan Modal Nekat Pertama
Setelah mengobrol lebih jauh dengan ketiganya, sudah sering melakukan perjalanan dengan istilah nge-BM itu. Jaki menyebut nama Gedung Sate, Kota Bandung yang sudah mereka kunjungi sebelas kali.
"Ke Gedung Sate sudah sebelas kali, sama nge-BM juga. Di situ ya foto-foto terus habis itu sore juga pulang lagi," kata Jaki.
Mereka juga pernah menempuh perjalanan ke Laut Putih di Kabupaten Karawang serta Pondok Bali di Indramayu. Semua dilakukan dengan modal nekat, tanpa berbekal uang banyak.
"Paling sering ya ke Gedung Sate. Paling jauh sekarang ke Pangandaran, rencana di sana 4 hari," ucap Jaki.
Tentu perjalanan bermodal nekat yang mereka tempuh bukan tanpa hambatan. Selain sulitnya mencari kendaraan yang sejalan dengan tempat tujuan mereka, cuaca yang tak menentu, juga ada risiko dipalak.
"Pernah dipalak waktu itu, karena nggak punya uang jadi jaket yang diambilnya," kata Dodi.
Namun hal itu tak membuat mereka kapok melakukan perjalanan ekstrem seperti ini. Bahkan mereka sudah menyimpan asa bisa berkunjung ke Candi Borobudur, meskipun belum bisa terlaksana.
"Sebetulnya kita ingin ke Borobudur, tapi belum kalaksana (terlaksana)," kata Dodi.
Obrolan akhirnya terhenti lantaran mereka mendapatkan tumpangan pikap untuk membuat jarak menuju Pantai Pangandaran semakin terpangkas. Tak lupa mereka mengucapkan terima kasih atas obrolan, doa, dan sedikit bekal yang dititipkan.
(yum/yum)