Ancaman intoleransi, radikalisme dan terorisme masih tinggi terjadi di Indonesia. Detasemen Khusus (Densus) 88 mencatat ada sekitar 142 tersangka terorisme yang beberapa di antaranya diamankan dari Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi.
Menanggulangi hal tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menunjuk Desa Kebonpedes sebagai Desa Siap Siaga. Desa Kebonpedes menjadi satu dari lima desa di seluruh Indonesia yang menjadi pilot project dalam upaya pencegahan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
"Terkait pilot project Desa Siap Siaga ini memang merupakan program prioritas BNPT. Tahun 2023 ini kita membentuk atau menunjuk 5 desa sebagai pilot project, untuk Provinsi Jawa Barat kita tunjuk Desa Kebonpedes," kata Direktur Penindakan BNPT Brigjen Pol Mochaman Rosidi kepada detikjabar di Bale Sawala, Kebonpedes, Sukabumi, Kamis (21/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, deklarasi Desa Siap Siaga sudah dilakukan di keempat desa lainnya. Desa tersebut tersebar di Lampung, Banten hingga Jawa Timur. Dengan adanya penggerak Desa Siap Siaga, pihaknya berharap masyarakat dapat lebih waspada dalam perkembangan situasi di lingkungan sekitarnya.
Adapun alasan penunjukkan Desa Kebonpedes sebagai pilot project Desa Siap Siaga, Rosidi menuturkan, Kebonpedes merupakan salah satu desa dengan indeks potensi tertinggi. Hal itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisas.
"Dalam menunjuk Desa Siap Siaga sebagai pilot project ini kita berdasarkan indeks potensi radikalisme hasil penelitian yang dilakukan oleh direktorat pencegahan di kedeputian satu BNPT. Kami yakin Desa Kebonpedes ini memiliki tingkat kewaspadaan yang cukup tinggi dalam rangka menghadapi ancaman intoleransi, radikalisme dan terorisme," ujarnya.
Penyebaran Radikalisme Masif Via Media Sosial
Rosidi menerangkan, di era teknologi ini, para jaringan terorisme lokal dan internasional menggunakan media sosial sebagai alat propaganda. Aparat desa, kata dia, memiliki kewajiban untuk menyosialisasikan kepada masyarakat terkait memilih dan memilah informasi.
"Memang sekarang ini justru yang lebih masif lewat medsos, sejak ISIS memanfaatkan medsos sebagai alat untuk propagandanya nah itu medsos menjadi semakin meningkat. Di wilayah Kebonpedes ini kami membawa subdit teknologi informasi untuk memberikan pelatihan bagaimana masyarakat memilah dan memilah berita," katanya.
"Nah itu nanti masyarakat akan terus menerus diberikan pemahaman bagaimana kita menganalisa media ini sehingga melihat media menyaring sebelum men-sharing. Harapannya warga semakin faham terkait ciri-ciri, bagaimana orang yang berfaham radikal itu," sambung Rosidi.
Wakil Bupati Sukabumi Iyos Somantri menambahkan, dengan terbentuknya penggerak Desa Siap Siaga maka faham-faham radikalisme dapat dicegah sedari dini. Pihaknya berkomitmen akan memberikan dukungan penuh bagi desa tersebut.
"Ini yang harus kita kendalikan antisipasi agar tidak terjadi lagi (faham terorisme). Dukungan dari Pemda pertama setelah adanya pengarahan ini kami minta identifikasi kepada kepala desa apa sih yang memang dibutuhkan warga di sini, apakah ekonomi sosial atau apa. Yang jelas identifikasi dulu kemudian kita akan berikan program," kata Iyos.
Kepala Desa Kebonpedes Dadan Apriandi mengatakan, jumlah penggerak Desa Siap Siaga ada sebanyak 120 orang. Mereka yang akan menyosialisasikan kepada 30 ribu penduduk Desa Kebonpedes untuk menolak faham intoleransi, radikalisme dan terorisme.
"Mudah-mudahan dengan Desa Siap Siaga ini, terutama support dari Pemkab bisa meningkatkan ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan. Kalau dibilang rawan sih nggak, karena desa ini dari duku punya sejarah juga dengan adanya oknum-oknum yang mungkin mempunyai faham radikalisme. Insyaallah saya jamin warga Desa Kebonpedes, warganya soleh-solehah," tutupnya.
(mso/mso)