Gempa berkekuatan M 4,6 mengguncang Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Gempa terjadi pada Kamis (14/12/2023) pukul 06.35 WIB. Berdasarkan informasi dari BMKG, gempa terjadi pada titik koordinat 6.76 Lintang Selatan - 106.53 Bujur Timur atau 25 kilometer Barat Laut Kabupaten Sukabumi dengan kedalaman 5 kilometer.
BMKG juga menyampaikan hasil analisis gempa di Sukabumi berkekuatan magnitudo 4,6. BMKG mengatakan gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gempa tersebut diketahui mengakibatkan ratusan rumah rusak. Dari informasi BPBD Jabar, kerusakan ratusan rumah ini terjadi di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor.
Untuk Kabupaten Sukabumi kerusakan tercatat di 8 desa yang berada di 5 kecamatan. Sedangkan kerusakan yang terjadi di Kabupaten Bogor tercatat di 7 desa yang berada di 4 kecamatan.
Dari data sementara, kerusakan rumah yang ada di dua kabupaten itu mencapai 347 rumah dengan beragam kerusakan. Mulai dari kerusakan ringan, sedang dan berat.
"Laporan kerusakan masih dalam pengecekan untuk laporan dampak dari gempa tersebut," kata Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar Hadi dalam keterangan yang diterima detikJabar.
Sementara dalam analisisnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut gempa Sukabumi berpusat di darat dengan morfologi wilayah terdekat pada umumnya berupa dataran bergelombang, setempat lembah, dan perbukitan bergelombang hingga terjal.
"Menurut data Badan Geologi daerah terdampak guncangan gempa bumi tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah keras (kelas C)," kata Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan.
Hendra mengungkapkan, secara umum wilayah gempa di Sukabumi itu tersusun oleh endapan kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lapili, tuff) hasil erupsi gunung api.
"Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi," ujarnya.
"Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi," lanjutnya menerangkan.
PVMBG juga mencatat, melihat posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman, gempa tersebut disebabkan karena adanya aktivitas sesar aktif yang terletak di sekitar lokasi pusat gempa bumi.
"Enam hari sebelumnya di sekitar daerah ini juga terlanda kejadian gempa bumi merusak dengan magnitudo 4,0 dan kedalaman 5 km," ujar Hendra.
Petang harinya, gempa berkekuatan M 3,2 kembali terjadi di Kabupaten Sukabumi. Informasi yang diterima dari BMKG, gempa tersebut terjadi sekitar Pukul 18.08 WIB dengan titik koordinat 6.73 LS-106.55 BT yang berjarak 28 km Utara Sukabumi dengan kedalaman 10 Km.
BMKG juga terus mengidentifikasi penyebab terjadinya gempa, termasuk mencari sesar aktif di dalamnya.
.
"Kalau untuk sesar ini belum teridentifikasi, sehingga kita masih perlu melakukan pengkajian lebih lanjut terkait gempa bumi yang terjadi sekarang ini," kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas III BMKG Sukabumi Agung Saptaji, Jumat (15/12/2023).
Lebih lanjut, berdasarkan analisis awal BMKG, gempa bumi itu merupakan gempa bumi tektonik yang disebabkan oleh aktivitas sesar. Meski demikian, belum dapat diidentifikasi penamaan sesar yang berada di kawasan Gunung Salak tersebut.
Baca juga: Cianjur Tetapkan Status Waspada Bencana |
"Ya kalau kami dari BMKG, kami untuk analisis awal ini kemungkinan karena gempa bumi tektonik, karena sesar, seperti itu. Dan untuk hubungannya mungkin tadi panas bumi, geotermal, itu masih kita kaji secara lebih lanjut lagi, yang kami analisis di awal gempa bumi tektonik karena adanya sesar," ujarnya.
Dia menjelaskan, pusat studi gempa nasional yang berokasi di Bandung terdiri dari beberapa peneliti. Oleh sebab itu, sesar yang berada di sekitar Gunung Salak belum diteliti secara menyeluruh.
"Daerah sekitar Salak ini memang belum teridentifikasi secara baik, sehingga belum tahu penamaan dari sesar yang ada di sini. Ke depannya diharapkan adanya penelitian lebih lanjut, sehingga sesar yang menimbulkan gempa di sini itu bisa kita identifikasi nama sesar apa," jelasnya.
(bba/iqk)