Didikan Ortu Buat Januari Punya Mental Baja Jualan Risol di Kampus

Kabupaten Garut

Didikan Ortu Buat Januari Punya Mental Baja Jualan Risol di Kampus

Hakim Ghani - detikJabar
Minggu, 03 Des 2023 15:30 WIB
Januari saat berjualan risol di kampus
Januari saat berjualan risol di kampus (Foto: Hakim Ghani/detikJabar)
Garut -

Januari Yusuf Ibrahim mahasiswa asal Garut tampil menginspirasi karena tak malu berjualan risoles sambil kuliah di kampusnya. Di balik kisah pantang menyerahnya, ada cerita keluarga yang menyayat hati.

Januari merupakan anak ke-8 dari 9 anak pasangan Sri Winda dan Tedy Supriady warga Karangpawitan, Garut. Januari kini tercatat sebagai mahasiswa semester 9 Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Garut.

Lelaki berumur 22 tahun ini, jadi perbincangan karena menginspirasi. Sembari berkuliah, dia tak malu berjualan makanan ringan. Bermodal dua boks makanan serta bungkus plastik, Januari pede berkeliling dari gedung satu ke gedung lain di kampusnya untuk berjualan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jualan risoles, onde, donat, lemper, makaroni dan bacil," kata Januari kepada detikJabar.

Kisah keberanian Januari melawan malas, rasa malu hingga insecure ini, tak lepas dari peran kedua orang tuanya. Sadar bukan orang kaya, kedua orang tua Januari menanamkan etos kerja yang tinggi pada pria kelahiran Tangerang, 1 Januari 2001 ini.

ADVERTISEMENT
Januari saat berjualan risol di kampusJanuari saat berjualan risol di kampus Foto: Hakim Ghani/detikJabar

detikJabar berbincang dengan Sri Winda dan Tedy Supriadi, kedua orang tua Januari pada Minggu, (3/12/2023). Mereka bercerita kisah hidup keluarganya yang penuh perjuangan.

Sudah sejak dulu Winda dan Tedy merantau dari Garut ke Tangerang. Di kota orang, mereka mengadu nasib. Dikaruniai 9 orang anak bikin keduanya putar otak. Tedy yang bekerja sebagai buruh di Tangerang hanya bisa mencukupi biaya sehari-hari.

"Sedih kalau cerita. Kami dulu dimaki-maki, didatangi ke kontrakan karena enggak mampu bayar. Saya punya anak ada yang TK, SD, SMP, SMA semuanya harus sekolah. Dari situ kemudian saya putar otak karena enggak mau berpangku tangan. Saya jualan," ucap Winda.

Winda mengatakan, sebenarnya tak hanya Januari yang berdagang. Satu adik serta 7 kakak Januari pun diajarkannya untuk berwirausaha. Mereka dimodali beragam camilan buatan Winda. Uang modalnya disetor, keuntungannya untuk kebutuhan masing-masing.

"Karena saya ngomong ke anak-anak, Saya enggak punya perusahaan, enggak punya sawah hektare-an. Yang saya punya cuman keranjang buat dagang. Sok kalau kalian mau manfaatkan warisan ini untuk dagang," katanya.

Winda mengatakan, lika-liku dialami anak-anaknya. Khususnya Januari. Dia mengaku kerap mendapatkan cerita yang menyayat hati, dari anaknya itu. Januari sering diejek di sekolah karena jualan. Belum lagi ketika jualannya tidak laku, Januari kerap menangis.

"Ya namanya anak, awalnya saya suruh dagang juga malu, tapi akhirnya mau. Cuman memang banyak yang menghina, saya bilang enggak apa-apa jangan didengarkan. Kita hanya malu kalau mencuri, atau melanggar aturan," katanya.

"Dia sering nangis juga kalau jualannya tidak laku. Suka bilang ke saya, maafin Raja (panggilan Januari) ya mah, jualannya tidak laku. Itu yang menyayat hati," ucap Winda menambahkan.

Sang ayah, Tedy Supriady mengatakan jika didikan untuk menjadi wirausahawan sudah ditanamkan oleh ayahnya dulu. Didik oleh orang tua berlatar militer, bikin Tedy menekankan semangat yang sama kepada anak-anaknya.

"Saya juga dulu sama, dulu saya jualan pakai nyiru di sekolah," ungkap Tedy.

Januari sendiri kini bertekad untuk menyelesaikan kuliahnya dulu, yang sudah memasuki fase akhir. Dia menargetkan lulus di awal tahun 2024 mendatang dari kampus. Setelah itu, Januari ingin menjadi pengusaha hingga peternak. Meneruskan jejak sang ayah.

"Ya karena saya kan sempat ternak, jadi mungkin anak saya ingin melanjutkan menjadi pengusaha ternak. Apalagi kan dia sekarang kuliah di peternakan," pungkas Tedy.




(dir/dir)


Hide Ads