Menyelaraskan Pemahaman soal Operasi Vertical Rescue di Indonesia

Menyelaraskan Pemahaman soal Operasi Vertical Rescue di Indonesia

Whisnu Pradana - detikJabar
Selasa, 28 Nov 2023 20:37 WIB
Workshop Vertical Rescue di Gunung Masigit, KBB
Workshop Vertical Rescue di Gunung Masigit, KBB (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Bandung Barat -

Kondisi alam Indonesia yang berbukit, rawan letusan gunung berapi, bencana gempa, hingga tsunami perlu menjadi perhatian khusus terutama untuk mereka yang bergerak di bidang pertolongan dan penyelamatan.

Salah satu metode penyelamatan dan evakuasi korban bencana alam yakni vertical rescue atau evakuasi medan terjal. Sebuah metode penyelamatan dalam kondisi khusus yang mesti dikuasai para rescuer, baik dalam lembaga resmi seperti Basarnas, BPBD di tingkat kota/kabupaten, serta relawan.

Di Indonesia sendiri, bermunculan organisasi yang bergerak di bidang penyelamatan pada kondisi khusus, perlu disikapi dengan kesepahaman yang seragam demi kelancaran pra dan pada saat operasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi ini sebetulnya untuk mencari satu metode mengevakuasi korban di ketinggian yang cepat dan aman. Karena di sini ada 2 asosiasi, dari Federasi Panjat Tebing Indonesia dan Arai Indonesia," kata Harry Suliztiarto sebagai pengarah sekaligus pemateri kegiatan 'Vertical Rescue Workshop 2023' di Kampus Lapangan PPSDM Geominerba, Gunung Masigit, Padalarang, Selasa (28/11/2023).

Selain karena banyaknya organisasi atau lembaga yang bergerak di bidang evakuasi medan terjal, Harry menilai perbedaan sudut pandang pada dua organisasi itu juga bisa didasari oleh kurangnya kegiatan sosialisasi dan penyegaran terkait materi penyelamatan ataupun evakuasi kepada organisasi atau lembaga terkait yang tersebar di seluruh Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Maka dari itu, hari ini kita duduk bersama. Kita cari metode yang cepat dan aman. Semua orang punya metode dan referensi yang berbeda, tapi hari ini duduk bersama, kita diskusikan agar ada kesepahaman," kata Harry.

Pada workshop kali ini, Harry yang juga merupakan salah seorang yang turut mengenalkan olahraga panjat tebing di Indonesia, menyebut peserta bakal menerima 17 materi mengenai vertical rescue.

"Untuk yang disampaikan di workshop ini ada 17 materi. Misalnya membahas penggunaan angkur, bagaimana menurunkan korban dari ketinggian, bagaimana cara menyeberangkan korban yang sudah dievakuasi, dan lain sebagainya," kata Harry.

Belajar dari pengalaman puluhan tahun menggeluti dunia panjat tebing dan vertical rescue, Harry mengatakan ada beberapa hal yang mesti disempurnakan oleh para rescuer dan lembaga terkait di bidang tersebut.

"Sebetulnya bukan kesalahan ya, jadi nggak dengar istilah kesalahan. Misalnya rescuer kecelakaan, sebetulnya minim. Tapi mungkin teknis saja, seperti teknik sudah baik, safety, tapi kurang cepat. Cuma kan sekarang referensi sudah banyak, ilmunya banyak sekali jadi bisa belajar darimana saja," kata Harry.

Keterlibatan Basarnas menjadi hal yang juga penting. Sebab pada relawan di BPBD tingkat kota dan kabupaten, juga diperlukan kematangan dan pembagian personel sesuai kompetensinya.

"Kalau BPBD sebetulnya mereka 70 persen sudah tahu dan menguasai, 30 persen pada alat. Hanya saja setiap orang punya seragamnya masing-masing, misalnya orang ini tentang api, yang lain soal ketinggian, ada yang penyusuran gua. Intinya harus sesuai porsi supaya efektif dan efisien dalam pelaksanaan operasi," kata Harry.

"Tentu Basarnas mendukung, nanti asosiasi di luar basarnas akan menjadi tim mereka. Namanya potensi keahlian khusus. Misalnya ada yang porsinya menyelam, menyusuri gua, ketinggian, itu harus punya pasukan sendiri. Nah seperti ketinggian, itu kita diskusikan ilmunya di sini," imbuhnya.

Selain pada bencana alam, vertical rescue juga penting ada di sektor pariwisata dan industri mengingat Indonesia memiliki banyak bidang pekerjaan dan hiburan yang berhubungan dengan ketinggian.

"Misalnya di celah-celah tebing, gua, poros tambang, sumur, menara, tiang, dan silo serta pengaturan industri. Nah orang yang berkutat di aktivitas itu punya keharusan akan kemampuan dalam keterampilan bagaimana penyelamatan dilakukan secara aman, efektif, dan efisien jika terjadi kecelakaan," kata Harry.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads