Melihat Cara Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Kota Bandung

Melihat Cara Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Kota Bandung

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 28 Nov 2023 22:45 WIB
Teknologi Wolbachia
Teknologi Wolbachia. Foto: Dok. Kemenkes
Bandung -

Jelang musim hujan, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) jadi salah satu yang harus diantisipasi di Kota Bandung. Menurut catatan sampai Oktober 2023, Kota Bandung masih jadi daerah paling tinggi kasus DBD se-Indonesia.

"Kasus DBD di Kota Bandung sejak 2021-2023 ini masih tinggi se-Indonesia. Per Oktober 2023 ada sebanyak 1.785 kasus, ini dibanding tahun kemarin berkurang tapi masih saja paling tinggi se-Indonesia. Terkini yang meninggal ada 8 orang, mayoritas anak-anak di bawah 5 tahun. Kami melakukan segala cara supaya 2030 bisa zero dengue," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani.

Fogging, sosialisasi pencegahan, hingga pengobatan terus dilakukan. Hingga akhirnya Kemenkes RI menunjuk Kota Bandung sebagai kota pertama untuk penyebaran nyamuk Wolbachia. Sebanyak 308 ember sudah disebar di Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung. Lalu, bagaimana teknis penyebarannya dan seperti apa wujudnya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ember-ember berwarna putih lengkap dengan tutup dan lubang ventilasinya, ditaruh di titik-titik yang sudah ditentukan. Ember bertuliskan 'Wujudkan Indonesia Bebas Dengue dengan Wolbachia' tersebut kemudian diisi kira-kira setengah ember. Ember tersebut dipasang oleh kader-kader dari Dinkes Kota Bandung.

"Setelah diisi air, dikasih telur yang sudah ditaruh dalam kain, dan pakannya. Pakan ini sejenis pelet ya, mirip pakan burung dan pakan ikan begitu. Nah untuk air sebetulnya nanti akan kami teliti lagi, apakah airnya harus air kemasan atau air keran sudah cukup bagus. Karena pakan, tempat penyimpanan ember, sampai ke airnya akan berpengaruh pada kualitas telur nyamuk," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Setelah telur nyamuk diberi air, telur berkembang menjadi jentik kemudian nyamuk. Setiap kain atau setiap ember terdapat 200-250 telur nyamuk ber-Wolbachia. Nantinya setelah berhasil menjadi nyamuk, hanya tersisa air dan selongsong dari nyamuk yang sudah menetas tersebut.

"Supaya bisa menetas itu jangan kena sinar matahari langsung. Butuh waktu selama 10-14 hari supaya dari telur jadi nyamuk, makanya setiap dua minggu sekali air harus diganti dan telur nyamuknya juga dikasih lagi. Kebanyakan juga ditaruhnya di ventilasi rumah begitu ya, itu karena kalau di tanah terlalu panas dan telur nyamuk bisa gagal menetas," ucap Ira.

Ember tersebut kemudian ditaruh dengan hitungan per-75 meter dari titik sebelumnya. Hitungan jarak ini disesuaikan dengan kemampuan jarak terbang nyamuk.

Hingga bulan Oktober 2023, tercatat di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung ada 28 warga yang terkena DBD. Kecamatan Ujung Berung memang menjadi salah satu daerah yang masuk 10 besar kasus DBD tertinggi. Maka dari itu, wilayah ini menjadi titik penyebaran Wolbachia pertama di kota Bandung.

"Ini kan sebetulnya dari nyamuk jantan Ujung Berung juga. Kemudian diambil dan dikawinkan dengan nyamuk lokal juga yang sudah diinjeksi bakteri wolbachia waktu masih menjadi telur. Kenapa nyamuk lokal? Supaya ya nanti wujudnya saat sudah menetas itu masih nyamuk lokal dan mudah kawin dengan nyamuk yang belum ber-Wolbachia," kata Ira.

"Aedes aegypti nanti akan bertelur. Nah telur itu diinjeksi kuman wolbachia. Nanti telurnya akan dibawa ke sini dan harus di air supaya bisa menetas. Jadi kalau ada penderita DBD digigit nyamuk, virus dengue yang pindah ke nyamuk yang ngegigit itu tidak akan menular. Virusnya udah mati, nggak mengandung dengue lagi. Kemudian kuman wobachia juga nggak akan pindah ke kita, nyamuknya nggak akan jadi transmittor," lanjutnya.

Jika program penyebaran nyamuk Wolbachia ini berhasil, Ira berharap agar kasus DBD di Kota Bandung bisa turun 77%, perawatan pasien turun 86%, dan berkurangnya permintaan fogging sampai 87%. "Targetnya Pemkot Bandung semoga pada tahun 2030 dapat terwujud Bandung Zero Dengue," kata Ira.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads