Sebanyak 15 RW di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, menjadi titik penyebaran 308 ember berisi telur nyamuk Wolbachia sejak Selasa (31/10/2023) lalu. Hari ini, Selasa (28/11/2023) merupakan jadwal penggantian jentik nyamuk yang kedua kalinya.
"Jadi hari ini itu penggantian kedua ya, penerapan implementasi teknologi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia. Jadi kita coba di satu Kecamatan dulu, di Ujungberung kan ada 5 Kelurahan, kita coba di Pasanggrahan dulu nanti kalau hasilnya bagus kita lanjut ke 4 Kelurahan lainnya," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung Ira Dewi Jani.
Seperti diketahui, Kota Bandung menjadi kota pertama yang mendapat penyebaran nyamuk Wolbachia, yakni nyamuk berjenis aedes aegypti yang kemudian diinjeksi kuman Wolbachia. Sebabnya, Bandung menjadi kota pertama dengan kasus DBD tertinggi di Indonesia yakni 1.785 kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bakteri Wolbachia yang dapat tumbuh di tubuh serangga ini, dianggap mampu melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga nyamuk itu tak bisa menularkan virus itu ke tubuh manusia.
Ditemui di kantornya, Ira mengatakan sebetulnya ruangannya lah yang jadi tempat berkembangnya nyamuk-nyamuk 'mahal' itu. Telur nyamuk yang telah diinjeksi bakteri Wolbachia itu dibiarkan berkembang dan menetas pada sebuah ember kecil berisi air. Setiap satu ember, diisi sebanyak 200-250 telur nyamuk dan pakan nyamuknya.
"Jadi sebelum diuji coba itu sudah dipastikan efeknya apa. Ya bentol, ya gatel, tapi teknologi ini jadi pelengkap yang dampaknya mungkin baru terasa 1-2 tahun ke depan. Setelah enam bulan, nanti akan dicek proporsi nyamuknya apakah sudah 60% itu nyamuk ber-Wolbachia atau belum? Kalau belum akan ditambah lagi sambil dicek mungkin kualitas telurnya yang nggak bagus," ucapnya.
Ia pun memastikan sejauh ini respon masyarakat setempat menerima dengan baik, hanya saja pemberitaan yang simpang siur kerap menuai kritik dari masyarakat. Sejak penyebaran pada akhir bulan Oktober lalu, Ira menyebut tidak ada komplain dari masyarakat setempat.
Ira menjelaskan, pemilihan Kecamatan Ujungberung sebagai titik pertama disebabkan karena kecamatan ini menjadi salah satu dari 10 kecamatan dengan angka kasus DBD tertinggi di Bandung. Maka dari itu, pelepasan telur nyamuk bertahap dilakukan pertama di Ujungberung selama enam bulan ke depan.
"Protes dari warga itu baru ada setelah kemarin berita di berbagai media sosial, jadi awalnya penerimaan sudah baik tapi ada yang mempertanyakan lagi. Punya efek bahaya enggak? Ya di lapangan kami ditemui kendala. Jadi harus teman-teman Puskesmas yang menjelaskan, karena data dan fakta sudah ada, ketika kita bicara tinggal dikasih buktinya," ujar Ira.
"Tapi ini juga jadi evaluasi buat kami. Kalau ada yang keberatan, biasanya karena belum paham seperti apa sih nyamuk wolbachia itu? Ternyata sosialisasi itu malah lebih cepat dari WhatsApp Grup. Jadi nanti pendekatannya kami bakal masif ke sosial media dan WA Grup, sambil program ini berjalan," lanjutnya.
Ira pun berpesan agar warga masyarakat tidak perlu khawatir. Jika nyamuk yang terlalu banyak dirasa mengganggu, ia mengatakan nyamuk tersebut tetap boleh dibasmi. Warga juga tetap harus menghindari adanya tempat-tempat genangan nyamuk, kecuali ember Wolbachia dari pemerintah.
"Kami hanya melepas jumlah telur 10% dari total jumlah populasi di alam. Kalau tiba-tiba jadi dirasa banyak nyamuk, silahkan boleh ditepuk, disemprot, request fogging pun tetap kami layani. Musim hujan ini jangan lupa cek tempat perindukan nyamuk seperti talang air, belakang kulkas, dan tempat-tempat genangan air lainnya," ucap Ira.
(aau/yum)