Rona kesedihan masih terlihat dari wajah Nisa Armila (23) warga Leuwimalang Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Dia adalah ibu dari bayi berbobot 1,5 kg yang meninggal dunia usai bersalin di sebuah klinik.
Nisa mengaku masih teringat ketika momen memilukan sebelum anak pertamanya itu tiba-tiba tak sadarkan diri lalu dinyatakan meninggal dunia. Menurut Nisa bayinya sempat terlihat seperti kesulitan bernapas.
"Waktu di rumah, napas bayi sesak dan lemas. Kami telepon pihak klinik, tidak ada jawaban. Padahal itu penting. Kami mau tahu penanganan pertama untuk kejadian ini bagaimana," kata Nisa, Rabu (22/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah bayi tak ada respons, dan menelepon klinik tak dijawab, akhirnya Nisa dan keluarga memutuskan membawanya ke klinik.
"Selasa malam sekitar jam 22.00 WIB, bayi tidak bergerak. Kami ke sana, tutup. Padahal kan penting dan darurat. Klinik juga katanya 24 jam," kata Nisa. Setelah digedor-gedor akhirnya ada petugas yang melayani, namun bayi sudah dinyatakan meninggal dunia.
Nisa sendiri mengaku berusaha ikhlas menerima kenyataan pahit ini. Bayi pertama yang telah dikandungnya selama 9 bulan dan berusia sekitar 24 jam ini telah diberi nama Elzio Safwan Arrizki. "Namanya sudah disiapkan Elzio Safwan Arrizki, minta doanya semoga saya sekeluarga diberi keikhlasan," kata Nisa.
Meski berusaha ikhlas atas takdir kematian Elzio, Nisa tetap berharap masalah ini dituntaskan. "Ikhlas ya saya berusaha ikhlas, tapi proses hukum terus jalan, supaya kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Cukup saya saja, cukup anak saya saja," kata Nisa dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.
Selain itu Nisa juga mengaku ingin meluruskan narasi atau asumsi yang saat ini beredar di media sosial. Terutama berkaitan dengan konten foto anaknya.
"Sebenarnya bukan masalah foto yang dijadikan konten, tapi pelayanan yang kurang atau buruk. Bukan masalah foto. Memang foto itu diambil tanpa izin. Namun, kami lebih fokus masalah pelayanan," kata Nisa.
Pelayanan buruk yang dimaksud Nisa berkaitan dengan lambannya penanganan serta langkah-langkah yang diambil pihak klinik.
"Misalnya bayi yang katanya mau dicek sejam sekali, tapi tidak ada. Jadi diinkubator hanya empat jam, padahal bayi beratnya kurang, hanya 1,7 kilogram atau 1,5 kilogram," kata Nisa.
Dia juga menyayangkan mengapa pihak klinik tak merujuk anaknya ke rumah sakit jika memang bobotnya dianggap kurang ideal.
"Saya melahirkan tidak prematur. Lahir setelah 9 bulan dan normal. Saya disuruh pulang paginya. Lahiran jam 10 malam, paginya disuruh pulang. Keluarga khawatir, karena berat kurang. Kenapa tidak dirujuk ke rumah sakit? Paling nggak diinkubator beberapa hari. Tapi ini disuruh pulang," kata Nisa.
Hal lain yang tak kalah membuatnya heran adalah pelayanan klinik yang sama sekali tidak memberikan dokumen atau sekedar kwitansi pembayaran.
"Kami juga tidak diberikan berkas apapun. Surat kelahiran, keterangan bayi sehat, kwitansi pembayaran, tidak ada. Pulang hanya bawa si dede saja," kata Nisa.
Sementara itu detikJabar pada Rabu (22/11/2023) kembali berusaha untuk meminta penjelasan dari Klinik A yang berada di Jalan Bantarsari Kota Tasikmalaya. Namun petugas di klinik itu enggan berkomentar dan mengatakan pemilik klinik sedang tidak ada.
Petugas perempuan itu menambahkan pihaknya akan memberikan keterangan melalui pengacara yang telah ditunjuk oleh pihak klinik.
(sud/sud)